Wira Pramana, seorang murid senior di Perguruan Rantai Emas, memulai petualangannya di dunia persilatan. Petualangan yang justru mengantarnya menyingkap sebuah rahasia di balik jati dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Persyada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenaikan Tingkat
Ki Damar langsung membawa timnya menemui Ketua Raksala yang berada di aula utama begitu mereka tiba di Perguruan Rantai Emas. Wira melihat pada guru yang merupakan pendekar tingkat tinggi juga hadir di ruangan luas tersebut.
Ki Damar menyampaikan laporan tentang misi yang mereka lakukan seringkas mungkin tanpa melewatkan peran dari setiap anggota tim itu. Ketua Raksala dan yang lainnya menyimak laporan tersebut dengan saksama.
Beberapa hal, khususnya tentang kondisi tawanan yang terdapat dalam dua markas kelompok bandit tersebut sempat membuat mereka terdiam dan menghela napas, tetapi hal itu tidak mengecilkan apresiasi terhadap Ki Damar dan seluruh anggota timnya.
Setelah penyampaian laporan tersebut selesai, Ketua Raksala mempersilakan para pendekar untuk beristirahat dan mengatakan mereka dapat mengambil kompensasi yang telah disiapkan, termasuk juga tiga prajurit yang ikut serta dalam tim itu.
Ketika para anggota tim telah membubarkan diri, Ketua Raksala pergi bersama Ki Damar dan Harya tama beserta beberapa guru lainnya seakan hendak melakukan pembicaraan lebih lanjut. Sementara itu, Alang Ganendra menghampiri Wira dan menyampaikan beberapa kabar terbaru yang Wira lewatkan sejak semua kelompok misi perburuan telah kembali.
“A-apa? Guru tidak bercanda kan?” Wira terkejur saat Alang mengatakan bahwa kelompok tujuh berhasil menyabet predikat kelompok terbaik dalam misi perburuan tahunan kali ini.
“Hahaha, sudah kuduga kau tidak akan percaya saat mendengar ini. Tapi, hasil itu telah mendapat persetujuan dari kelompok-kelompok lainnya. Oh tentunya mereka juga sudah mendengar bagaimana sepak terjang setiap orang dalam kelompok tujuh, terutama dirimu.”
Wira hanya menunduk dan tersenyum canggung mendengarkan hal itu.
“Wiraaa!””
Wira melihat segerombolan orang berlari ke arahnya begitu dirinya dan Alang keluar dari aula utama. Mereka adalah Nala, Ratnasari, hampir seluruh murid senior yang tergabung dalam kelompok tujuh, bahkan terlihat pula Mahendra dan Sularsa dan banyak murid lainnya.
“Nah, lihat kan betapa tersohornya kau sekarang?” kata Alang sambil menyikut Wira.
Wira yang sedang meringis kesakitan pun masih harus mendapat rangkulan dari Nala dan juga Danu serta beberapa murid lainnya.
“Kau ini …,” kata Nala sambil mengacak-acak rambut Wira, “selalu saja berhasil mengejutkanku ya, hahaha!”
“Aku tak mengira Ki Damar akan memilihmu untuk ikut dalam misi itu Wira.” kata Mahendra.
“Wira, kau baik-baik saja kan? Apa ayahku menyulitkanmu?” pertanyaan Ratnasari yang tiba-tiba itu membuat suasana hening sejenak.
“Ehem, Neng Ratna,” bisik Danu dengan tampang usilnya, “jangan lupa … ada juga lo yang nguatirin Wira … ehem-ehem-ehuuuueewwk!” sebuah tinju tiba-tiba mendarat dengan telak di perutnya dan membuatnya terbatuk keras.
“Eeehhh bukan-bukan … bukan begitu Kak Ratna …,” Santika yang refleks memukul Danu pun buru-buru menyangkal perkataan temannya itu.
Ratnasari yang terkejut justru tergelak melihat tingkah rekan-rekannya itu. Hal ini pun memancing tawa dari murid-murid lainnya yang sedang berada di situ.
“Hahahaha, baiklah … baiklah …,” Alang menepuk-nepukkan tangannya, “sebaiknya kalian biarkan Wira untuk beristirahat terlebih dahulu.” katanya sambil menepuk punggung Wira.
“Oh, dan jangan lupa memberitahunya tentang ujian kenaikan tingkat yang akan diadakan.” Alang Ganendra berpesan sambil berbalik dan meninggalkan sekumpulan murid tersebut.
“Murid mengerti Guru!” jawab semuanya serempak.
“Eh Wira bagaimana misinya?”
“Nah iya Wira, ceritakan pada kami …,”
“Hei hei … sebaiknya kita beri dulu bagian Wira dari hasi misi kemarin …, ingat kan kata senior Saka dan Amita …?”
Pertanyaan demi pertanyaan terus keluar dari mulut para murid senior tersebut. Wira sendiri sejak tadi bahkan tak sempat menjawab satu pertanyaan pun. Melihat ekspresi teman-temannya saat itu, hati Wira tersentuh. Ia tak menyangka akan mendapatkan sambutan yang demikian dari saudara-saudara seperguruannya.
...***...
Nyatanya, Wira baru bisa membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya sendiri saat hari telah larut sebab saudara-saudara seperguruannya terus mengikutinya hingga ke area dapur. Mbok Narti dan Kang Mardi sampai terheran-heran sebab selama ini tak banyak murid maupun pendekar perguruan yang sampai makan dan minum bersama di area tersebut.
Akibatnya, suasana dapur sejak sore itu pun menjadi ramai sebab para murid tersebut tak sekadar makan dan minum saja, tetapi juga ikut nimbrung bersama para pekerja di sana. Wira tercengang saat Ratnasari dan Santika ikut membantu Mbok Narti merebus air dan menyiapkan minuman hangat hingga jajanan untuk mereka santap sambil bercengkrama di tempat itu.
Wira tersenyum sendiri memikirkan semua itu dan ia tak sedikit pun keberatan meski hal itu membuatnya harus menunda waktu untuk beristirahat. Bagaimanapun juga, seluruh perhatian yang ia terima hari itu berarti wujud dari harapannya yang ingin melihat mereka semua setelah misi perburuan ini dalam keadaan baik-baik saja.
Kini, dalam kesendiriannya, Wira mulai memikirkan tentang ujian kenaikan tingkat yang tadi sempat mereka bahas bersama. Selain menandakan bahwa mereka telah menempuh tiga tahun pelatihan sebagai murid senior, ujian kenaikan tingkat adalah pintu yang akan menentukan apakah mereka telah layak menyandang status pendekar berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh perguruan.
Ujian kenaikan tingkat diadakan bagi murid Perguruan Rantai Emas setelah tiga tahun mereka menduduki jenjang pelatihannya masing-masing. Para murid dasar yang telah berada di tahun ketiga akan menghadapi ujian untuk naik ke tingkat murid junior. Para murid junior yang telah tiga tahun berlatih akan bersiap untuk naik ke tingkat murid senior. Bagi para murid senior tahun ketiga, seperti Wira dan yang lainnya, ujian ini akan menjadi tolok ukur apakah mereka telah layak menyandang status pendekar Perguruan Rantai Emas.
Pelaksanaan ujian ini biasanya akan terdiri dari beberapa tahapan. Tentunya, jumlah tahapan dan tingkat kesulitan ujian pada setiap jenjang pun berbeda-beda. Bagi para murid senior, tiga tahap pertama adalah bagian terpenting dari ujian tersebut. Setiap tahapannya telah dirancang sedemikian rupa sehingga mereka yang berhasil lulus dalam tiga tahapan itu adalah mereka yang benar-benar telah berada dalam ranah pendekar purwa.
Kemudian, dua tahap terakhir merupakan tahap yang kerap disebut sebagai tahap tantangan. Mereka yang telah lulus pada tahap pertama dibebaskan untuk memilih apakah akan melanjutkan mengikuti tahap keempat dan kelima atau tidak. Mereka yang dapat melalui dua tahap terakhir dari ujian tersebut secara tidak langsung telah menunjukkan kemampuan seorang pendekar madya.
Biasanya, setelah ujian kenaikan tingkat itu diumumkan, para murid senior pun mendapat kesempatan untuk melakukan pelatihan khusus di bawah pengawasan seorang mentor atau pembimbing. Orang-orang yang mendapat tugas sebagai mentor atau pembimbing ini adalah pendekar-pendekar perguruan yang telah berada dalam ranah pendekar madya.
Para murid senior pun berhak untuk mengajukan siapa yang akan menjadi mentornya. Tentunya, pengajuan itu sebenarnya juga merupakan bentuk ujian bagi para murid tentang sejauh mana mereka dapat mengenali potensi masing-masing. Nala, misalnya, telah mendapat persetujuan untuk berlatih di bawah bimbingan Amita demi mengembangkan potensinya sebagai pengguna senjata tombak.
Di samping itu, para murid senior juga dapat melakukan pelatihan khususnya di luar area perguruan yang telah disepakati dengan mentor masing-masing dan tentunya mendapat izin dari perguruan. Meskipun terkesan rumit, perguruan sengaja merancang mekanisme yang demikian ini demi menempa kemampuan, karakter, dan mental setiap muridnya agar dapat menjadi pendekar-pendekar yang tangguh dalam mengarungi kehidupan di dunia persilatan yang sangat luas dan terkenal keras.
Wira pun sedang memikirkan langkah-langkah yang akan ia lakukan untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian kenaikan tingkat ini. Berbagai kemungkinan telah memenuhi benaknya yang tengah menatap langit-langit kamarnya sendiri.
Wira bahkan telah memikirkan beberapa buku atau kitab di perpustakaan yang akan dikajinya sebelum mencari mentor dan lokasi yang sesuai untuk pelatihan yang akan ia jalani. Di samping itu, sebagaimana yang pernah diniatkannya, Wira mungkin juga harus meminta petunjuk kepada Ki Damar mengenai beberapa hal.
Seiring dengan malam yang semakin larut, Wira pun mulai mengantuk. Perlahan-lahan, sepasang matanya menjadi semakin berat hingga dirinya pun tertidur. Walau fisik dan pikirannya telah terasah berkat metode pernapasan nirvana, mentalnya yang terus mendapat gempuran selama lebih dari dua bulan terakhir pun tak dapat lagi mengelak dari kelelahan.