NovelToon NovelToon
Antara Ada Dan Tiada

Antara Ada Dan Tiada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:361
Nilai: 5
Nama Author: Sazzzy

"Apa yang kamu bicarakan Lin Yi? A-aku sudah kotor sejak kecil haha, dan kamu, dan kalian kenapa masih tertarik pada perempuan sepertiku? Sepertinya kalian kurang berbaur ya, diluar sana masih banyak loh gadis yang lebih dariku dari segi fisik dan mental, so, kerjasama kita bertiga harus profesional ya!" Sebenarnya Safma hanya mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, walaupun Safma sendiri tidak terlalu paham dengan maksud dari kalimatnya secara mendalam. Tidak ada airmata dari wajah Safma, wajahnya benar-benar pintar menyembunyikan emosinya.

"Safma!" Sudah habis kesabaran Lin Yi, kemudian menarik tangan Safma pelan juga tiba-tiba namun dapat membuat gadis itu terhuyung karena tidak seimbang. "Jangan bicarakan hal itu lagi, hatiku sangat sakit mendengarnya. Kamu terlalu berharga untukku, Please biarkan aku terus mencintaimu!" Lirih Lin Yi dibarengi air mata yang mulai berjatuhan tanpa seijinnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sazzzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Safma dan 2 bayi besar

Beberapa Minggu kemudian, keseharian mereka terbilang normal dan bahkan seperti layaknya kakak beradik, dan Safma seperti anak terakhir diantara mereka.

Dan untuk usahanya, Alhamdulillah lancar jaya, bahkan kini mau tidak mau Safma membangun sebuah bangunan khusus untuk memproduksi sabun herbal dan barang herbal lainnya sekaligus merekrut karyawan untuk memudahkannya. Karena memang marketing Lin Yi tidak bisa diremehkan, benar-benar menguntungkan bagi Safma.

Ditambah River dan Bambang juga karyawan lainnya yang ikut andil dalam rencana Safma untuk TOSERBA herbal miliknya. Lebih dari sebulan ini membuahkan keuntungan yang cukup besar, bahkan karyawan TOSERBA Safma mendapatkan kenaikan gaji juga bonus karenanya.

Saat hari libur tiba, karena memang akhir tahun jadi Safma meliburkan karyawannya. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, mereka bertiga berinteraksi layaknya keluarga dan sangat harmonis diselingi canda tawa.

Lalu tiba-tiba bel rumah berbunyi, Safma yang sedang asyik memakan cemilan ditangannya pun berhenti di udara. Siapa yang bertamu ke rumahnya, tumben sekali, dan dilihatnya melalui ponsel.

Dan alangkah terkejutnya Safma saat tahu keluarganya datang disertai adik kandungnya. Wah, sudah dipastikan, akan ada yang menginap disini. Refleks Safma menoleh ke arah River dan Lin Yi yang sedang rebahan di pangkuannya. Dua pemuda itu tidur dipaha Safma dengan satu sisi kanan dan satu sisi kiri.

Ck, jika tadi author menggambarkan mereka seperti keluarga sendiri dengan Safma yang menjadi adik terakhir, namun saat seperti ini malah terlihat seperti Safma adalah ibu mereka yang membuat mereka ingin bermanja-manja.

"Keluargaku datang," tahu Safma.

Refleks bangun saat Safma berkata demikian, "Keluarga kamu?" Shock River.

"Keluarga kita?" Senang Lin Yi.

"Ya, mereka datang." Lalu menghela nafasnya.

Buru-buru Safma turun dari sofa dan berjalan menghampiri pintu, "Iya." Menyahuti bunyi bel.

Saat pintu terbuka, tampaklah keluarga Safma yang mulai masuk kedalam beriringan. Dan terjadilah ketegangan diantara mereka, entah itu River, Lin Yi, Safma ataupun keluarga Safma.

Kalau boleh jujur, Safma bingung dengan situasi sekarang, tumben sekali keluarganya mengunjunginya, biasanya juga di rumah sakit saat Safma drop.

"Oh ya, kenalkan, mereka temen ku, ini Lin Yi dan ini River." Tunjuk Safma berusaha biasa saja, dan yang dikenalkan pun hanya berdiri, membungkukkan badannya dengan tersenyum.

"Udah lama kamu gak main kerumah, kenapa gak ke rumah, liburan tahun baru?" Tanya Bapak Safma.

Rumah letaknya cuma beda dusun saja, kenapa seperti ia merantau ke luar negeri? Lagian juga percuma jika dia pulang ke rumahnya, toh jika dia pulang, waktu balik ke rumah pasti dengan sakit hati ya mending dia tidak pergi. Pikir Safma.

"Belum sempet."Safma tersenyum karir.

"Apa gak kangen masakan mamak?" Tanya ibunya Safma yang biasa dipanggil mamak itu.

"Iya, kapan-kapan kesana."

Ibunya Safma langsung pergi ke dapur, seperti biasanya jika main kesini, maka akan langsung menuju dapur untuk memasak makanan. "Mamak ke dapur dulu."

"Iya."

Dan untuk bapak, terlihat bapak Safma memainkan ponselnya, acuh tak acuh, yah seperti itulah. Jadi taukan sekarang, Safma mendapatkan sifat cuek dari siapa?

Lalu tiba-tiba adik Safma yang sudah berumur 18 tahun itu mendekatinya, dan berbisik pelan. "Buka hp!"

Dan Safma pun melakukannya, lalu terpampang lah notification pesan dari Asa, adik kandung Safma. Yang isinya, 'Mereka bukan orang Indonesia ya?'

Ck, adeknya ini. Kemudian membalas pesan Asa, 'Iya bukan orang Indonesia, gak sengaja ketemu waktu liburan kemarin, dan akrab sampai sekarang.'

Langsung dibaca dan dibalas, 'Ganteng banget weh, asli mana?'

Menggelengkan kepalanya, 'Indonesia.'

'Bukan kamu, mereka berdua?'

'Asia selatan sana, tebak saja nanti dari bahasanya.' Safma main teka-teki.

Membaca pesan dari mbaknya, Asa memberengut kesal, bisa-bisanya main teka-teki.

Bel berbunyi lagi, Asa yang membuka pintunya. Dan muncullah satu keluarga lagi yang tak lain tak bukan adalah kakak perempuan Safma yang sudah memiliki 2 anak laki-laki yang menggemaskan. Tapi menyebalkan saat dititipkan pada Safma.

"Kiky ... Umay?" Sapa Asa.

"Hey, bocil?" Sapa Safma gemas.

Balita bernama Umay langsung berlari menghampiri Safma dan meminta untuk digendong, dengan senang hati Safma menggendongnya. Dan Umar langsung dibawa Asa ke lemari tempat banyak jajanan kemasan disimpan. Huh, Safma hanya menggeleng kepala melihatnya, dua anak itu tujuannya selalu sama setiap kesini.

"Ekhem!" Goda Uli, Kakak perempuan Safma, diikuti oleh kakak iparnya.

Huh, menyebalkan.

"Lin yi, River, mereka temanku." Tahu Safma memperkenalkan.

"Oh teman ..." Goda Mbak Uli.

"Bantu mamak aja sono ke dapur!" Usir Safma.

"Yayaya, temen ya?" Goda Uli lagi.

Kakak ipar Safma bergabung dengan bapak dan entah bercerita apa, sebenarnya Safma tau kalau bapak ingin ngobrol dengan temannya ini, tapis sayang gak paham bahasanya.

"Kamu sudah cocok," menaik-turunkan alisnya, Lin Yi dengan tampang menyebalkan.

"Diamlah!" Kesal Safma.

Sedangkan River hanya terkekeh mendengar perdebatan dari dua orang yang entah kenapa seperti kucing dan tikus setelah hari dimana ia pertama bekerja. Dan untuk rasa cemburunya, River mencoba menyimpan itu dan mulai bekerja keras selain menjadi karyawan toko Safma, ia bekerja freelance online ngebut supaya dapat bersanding dengan Safma terlihat pantas.

Setelah itu mereka semua makan bersama secara lesehan, karena meja makan Safma tidak lah cukup untuk mereka. Diakhir acara makan bersama, bapak terlihat seperti ingin menanyakan sesuatu namun tarik ulur karena ragu.

"Teman kamu ini asal C ya?" Tanya bapak.

Safma mengangguk, "Iya. Mereka asal C."

"Mamak sering ketemu dia saat belanja di toko kamu, lah, kalau asal C, dia tinggal dimana? Kayaknya disini gak ada kontrakan ataupun kos-kosan." Penasaran mamak.

"Mereka berdua tinggal di belakang, kamar tamu." Tahu Safma santai.

"Nduk, kamu gadis sendiri?" Kaget ibunya Safma.

"Iya, percayalah, kami tidak melakukan hal di luar batas norma dan etika." Tutur Safma menyakinkan.

"Kami tahu kamu bisa sampai sekarang karena kerja keras kamu sendiri, bahkan sampai membantu kami juga, tapi bukan berarti kamu bisa membawa lawan jenis untuk menginap dirumah kamu nak. Kita gak tahu pemikiran mereka." Waspada ibu Safma.

"Bener kata mamak, kamu ini gadis loh, sendirian lagi dirumah ini. Kamu kok ya ceroboh banget, gampangan banget!" Tambah kak Uli.

Menatap malas, "Hal itu, aku udah memikirkannya matang-matang sebelumnya, lagipula salah satu dari mereka ada yang menyuntik dana untuk usahaku. Mereka juga punya alasan kenapa bisa tinggal bareng aku, yang jelas kami saling simbiosis mutualisme." Jelas Safma.

"Apapun alasannya, gak kumpul kebo kan bisa?" Celetuk kak Uli.

"Kumpul kebo apanya, lagian mereka tinggal pisah rumah loh. Kami kumpul saat kerja sama makan doang," tak terima Safma, emang segampang itu apa dia.

"Mbak," tegur Asa.

"Bapak paham kalau mamak itu khawatir sama kamu, dan bapak juga paham kalau kamu pasti lebih tau apa yang terbaik buat kamu. Jadi, kami kesini sepertinya hal yang tepat buat bahas sesuatu. Karena kamu udah umur 21 tahun, dan mereka juga tinggal bareng kamu, kamu nikah aja sama temen kakak ipar kamu yang beberapa waktu yang lalu pernah main kerumah ituloh!" Jabar bapak yang membuat Safma mengernyitkan dahinya tak habis pikir.

Kakak ipar mengangguk, "Nah, daripada kamu digosipin tetangga gara-gara mereka berdua. Lebih baik kamu nikah sama temenku biar ada yang jaga."

Seakan setuju, Kak Uli ikut menimpali, "Banyak loh, cowok yang suka sama kamu, ada tuh pengen ke rumah buat silaturahmi sama kamu, tapi kamu nolak terus-menerus. Ini demi kebaikan kamu loh."

"Bener kata mereka mbak, lagipula mereka cuma karyawan dan partner kerja kan?" Kini Asa menimpali.

Ini kenapa jadi bahas nikah terus sih sejak tahun lalu, dulu waktu kecil disuruh rajin belajar secara mandiri okelah, lulus SMP langsung diminta ambil paket C karena ga ada biaya ya okelah, terus disuruh kerja tapi gak dibekali apapun, dan sekarang dipaksa menikah.

Entah keberuntungan atau kemalangan, mereka selalu menuntut hal yang di luar batas keinginan juga kemampuan Safma. Menuntut hal yang harus dipenuhi saat itu juga, sangat diktaktor.

"Aku akan menikah saat aku siap, bukan karena hal lain." Putus Safma tegas.

Tidak sampai disitu, kak Uli terus saja merayunya untuk menikah, begitu juga dengan yang lainnya. Dan Safma dengan setia terus menolaknya dengan tegas dan penuh penekanan. Ya, acara makan bersama itu diakhiri dengan berdebat tak berujung, 5 banding 1.

Disisi lain, Lin Yi dan River hanya bisa menonton mereka, tidak ada yang berbicara sepatah katapun. Karena mereka tidak paham pembicaraan keluarga didepannya, mereka juga tidak tahu mau berbuat apa, jadi diam dan mendengarkan obrolan yang tidak mereka pahami.

Dan akhirnya, perdebatan itu dimenangkan oleh Safma, lalu keluarganya pulang kerumahnya masing-masing, tidak ada yang menginap. Ya, tahun baru nasional ditemani dengan hati yang dongkol seperti biasa.

"Safma, apa kamu baik-baik saja?" Khawatir Lin Yi saat melihat wajah Safma yang muram dan mendung.

"Safma, tolong katakan sesuatu." Pinta River.

"I'm okay." Senyum Safma.

Berbeda dengan Lin Yi dan River yang kemudian saling tatap dengan pikiran yang sepertinya sama, ah entahlah.

Lin Yi paham, sepertinya Safma ingin sendiri dan memikirkan perdebatan tadi. Dan begitu pula River, pemuda itu paham akan Safma yang terlihat malas akan suatu hal.

Sedangkan Safma, gadis itu kesal dan semua mood buruk datang padanya. Bagaimana mereka bisa melakukannya, bagaimana mereka memaksa menikah saat mereka sendiri memiliki hubungan toxic dan egois.

"Aku akan tidur cepat malam ini." Tahu Safma yang kemudian berlalu pergi meninggalkan dua insan yang menatap punggung Safma iba.

"Ya, selamat malam." Lembut Lin Yi dan River berbarengan.

"Apa yang gadis itu rasakan sekarang?" Gumam River.

"Yang jelas suasana hatinya sangat buruk saat ini." Balas Lin Yi.

Tiba-tiba terdengar hujan sangat deras deras mengguyur, dan lampu juga ikut padam saat suara gemuruh petir saling bersahutan layaknya berlomba untuk membuktikan suara siapa paling menggelegar.

Dilain sisi, Safma sibuk menggambar apa yang tangannya gambar, ia tak menyadari bahwa lampu di rumahnya padam karena didalam bunker memiliki aliran listrik sendiri. Lalu tatapan matanya tak sengaja menangkap dua bayangan manusia meringkuk berlawanan arah dilantai satu.

Mata Safma menajam untuk memastikan penglihatannya, dan benar, itu River dan Lin Yi. Mereka berdua sama-sama berjongkok dan meringkuk berlawanan arah seperti orang ketakutan?

Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka berdua terlihat ketakutan diwaktu bersamaan? Safma pikir tidak ada hantu dirumahnya, lalu apa yang mereka takutkan? Lin Yi sibuk menutup kedua telinganya dan River sibuk menutup matanya.

Akhirnya Safma berinisiatif untuk melihat secara langsung, dan bertanya apa yang membuat mereka berdua seperti itu. Setelah sampai, Safma mencari mereka berdua dengan senter hp miliknya.

"Lin Yi? River?" Panggil Safma dengan pandangan menyapu.

River membuka matanya yang tertutup rapat oleh telapak tangannya sendiri. "Safma!" Senang River langsung memeluk tubuh Safma erat.

Berbeda dengan Lin Yi yang masih setia menutupi kedua telinganya dengan tubuh bergetar.

"Kamu kenapa?"tanya Safma penasaran.

"A-aku-aku takut suara hujan dimalam hari." Jujur River sambil bergetar.

Oh, apakah dia memiliki phobia terhadap hujan? Dimalam hari? Kasian sekali pemuda itu, ck. Eh, Safma sadar harus mencari Lin Yi juga, dimana pria muda itu? Safma pun berjalan dengan tangan kiri dirangkul erat oleh River, yasudah, Safma pasrah saja.

"Lin Yi?" Temu Safma melihat perawakan Lin Yi yang meringkuk di dekat dinding. Namun tak ada respon dari Lin Yi, pria muda itu terlihat bergetar hebat dengan keringat samar terlihat di pelipisnya.

"Safma ..." Gumam River masih ketakutan.

"Ada aku tenang saja." Berusaha menenangkan pada kedua nya.

Sekali lagi Safma mendekati Lin Yi, duduk disebelahnya dan ikut membantu Lin Yi menutup telinganya. Masih tak ada respon, akhirnya Safma melepas kedua tangannya. Kemudian tangannya yang sebelah kanan mulai mengusap lembut surai Lin Yi, berusaha menenangkan Lin Yi.

"Lin Yi, ini aku, hey, aku Safma, aku disini. Tenanglah!" Tegur Safma, tangannya masih setia mengusap lembut surai Lin Yi. Berulangkali Safam melakukan hal ini sampai akhirnya ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!