Alana harus menerima takdirnya yang menjadi istri secara mendadak. Alana menikah dengan Raymond, pria dingin yang tidak mempunyai pilihan untuk menjaga nama baik keluarganya yang harus menikah dengan Alana karena calon pengantinnya yang lari di hari pernikahan itu.
Posisi Alana benar-benar sangat sulit. Apalagi posisinya di kaitkan dengan hutang Budi pada keluarga calon istri Raymond. Mau tidak mau Alana menerima takdirnya.
Masuk kedalam keluarga Raymond bukanlah hal yang mudah dan apalagi Alana adalah gadis sederhana. Raymond juga menolaknya dan menekankan tidak menginginkannya sebagai istri.
Alana berusaha untuk berdamai dengan keadaan dan ternyata banyak rahasia yang dia ketahui dalam keluarga Raymond yang memiliki latar belakang baik-baik saja yang bertolak belakang pada kenyataannya.
Bagaimana Alana menjalani pernikahannya?
"Apakah simpatik Alana akan tumbuh menjadi cinta?"
"Lalu bagaimana Raymond menghadapi pernikahannya dengan wanita yang tidak dia cintai?"
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Suami Tegas
Melihat Alana yang tampak jelas kesakitan membuat Raymond tiba-tiba memegang dahi Alana. Dahi itu memang memerah akibat benturan yang terjadi antara pasangan suami istri itu.
Alana tumben tidak menepis tangan Raymond dan dia malah terdiam yang melihat pria itu tampak meniup dengan sangat lembut dan dari wajahnya juga tanpa khawatir. Hal itu mampu membuat jantung Alana berdebar begitu kencang.
"Bagaimana? Apa masih sakit?" tanya Raymond yang membuat Alana menggelengkan kepala.
Karena terlihat jelas sangat gugup Alana langsung kembali pada posisi duduknya yang menghindari Raymond.
"Makanya lain kali hati-hati dan jangan ceroboh seperti itu!" tegas Raymond yang membuat Alana menganggukkan kepala.
"Kita sekarang sebaiknya pulang. Aku benar-benar sangat lelah hari ini," ucap Raymond.
Alana kembali mengangguk yang menurut saja apapun yang dikatakan suaminya.
****
Alana dan Raymond sudah sampai rumah dan seperti biasa Raymond akan tidur di ruang kerjanya. Alana yang berada di atas tempat tidur tampak gelisah yang berbaring miring dengan kedua telapak tangannya yang disatukan dilipat di bawah pipinya.
Alana ternyata masih memikirkan apa yang barusan dia lihat di rumah sakit bagaimana Ibu mertuanya memiliki hubungan spesial dengan Dokter dari ibunya.
"Ya, Allah sebenarnya semua ini bukanlah kuasa Alana untuk ikut campur urusan keluarga ini. Alana tidak berhak menjudge atau ingin lebih tahu lagi bagaimana kehidupan di keluarga ini. Tapi Alana sangat khawatir dan bagaimana jika benar kalau suami Alana ternyata tidak mengetahui hal itu," batin Alana yang kerap kali kepikiran dan sepertinya Alana hanya mementingkan perasaan Raymond.
Dia melihat bagaimana berusahanya Raymond yang selalu tegas kepada ibunya agar sekali-sekali bisa tegas kepada Anthony agar tidak bertingkah, tetapi ternyata ada pengkhianatan lagi yang terlihat dari Lastri bukan karena dia ikhlas, justru karena dia juga memiliki pria lain selain suaminya.
***
Alana menuruni anak tangga setelah bersih-bersih di kamar, Alana pagi-pagi memang selalu sudah mandi dan rapi-rapi terlebih dahulu sebelum Raymond bangun. Dia sangat menghindari mandi di saat ada Raymond yang pastinya Alana menghindari bersih-bersih di pagi hari karena Raymond juga pria yang bangun pasti sangat pagi.
Alana menuruni anak tangga yang berpapasan dengan Anthony. Melihat Anthony seketika membuat Alana panik yang langsung menundukkan kepala tampak jelas ketakutan di wajahnya.
"Kamu buatkan kopi dan antarkan ke ruang kerja saya!" titah Anthony yang membuat Alana kaget mendengarkan perintah itu.
"Kenapa? Apa kamu tidak ingin melakukannya?" tanya Anthony.
"Bu-bukan seperti itu. Pah! Ta-tapi bukankah biasanya Papa tidak ingin diantarkan teh ke ruangan Papa?" tanya Alana dengan suara bergetar yang saat ini benar-benar sangat ketakutan.
"Yang meminum teh itu adalah mulut saya dan terserah saya kapan mood saya akan datang untuk minum teh," jawab Anthony yang membuat Alana terdiam dengan menelan salivanya.
"Ayo cepat saya tunggu!" ucap Anthony yang langsung berlalu dari hadapan Alana.
"Bagaimana ini?"
"Apa aku harus melakukan hal itu?"
"Tapi bagaimana jika kejadian kemarin terulang kembali?" Alana yang kembali begitu panik dengan penuh ketakutan.
"Ya, Allah apa yang harus Alana lakukan? apa Alana harus menuruti dan tidak mungkin juga tidak melakukannya," Alana bergerutu kebingungan.
***
Alana yang serba salah berada di rumah itu yang ternyata mau tidak mau dia membuatkan kopi yang diinginkan Ayah mertuanya. Wajahnya terlihat begitu panik saat berjalan memegang gelas kopi tersebut yang dilapisi dengan telenan piring kecil.
Alana berpapasan dengan Raymond yang ingin pergi kerja. Bahkan Raymond menghalangi jalan Alana membuat Alana mengangkat kepalanya.
"Untuk siapa itu?" tanya Raymond.
"Untuk Papa!" jawab Alana dengan gugup.
"Kau kembali memiliki inisiatif untuk membuatkan padanya? apa jangan-jangan kau sengaja cari-cari perhatian padanya?" tanya Raymond sudah begitu kesal kepada istrinya itu.
"Bukan, papa yang meminta sendiri untuk aku yang membuatkannya dan mengantarkan ke ruangannya," jawab Alana.
"Cih!" Raymond mendengus kasar dan langsung mengambil cangkir kopi tersebut yang masih dipegang Alana tanpa basa-basi Raymond langsung membuang ke tong sampah yang membuat Alana kaget.
"kau dengarkan apapun yang aku katakan dan bukan mendengarkan pria itu!" tegas Raymond yang membuat Alana hanya diam.
Raymond meletakkan cangkir teh itu di atas meja.
Raymond tidak mengatakan apapun kepada Alana dan dia langsung berlalu dari hadapan Alana.
"Aku juga sebenarnya tidak ingin melakukan hal itu, tetapi aku tidak punya pilihan lain. Aku hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik," batin Alana dengan wajahnya yang tampak semakin sedih.
Anthony sepertinya sengaja menyuruh Alana untuk membuatkannya kopi dan mungkinkah dia hanya ingin mengerjai Alana atau sengaja membuat Raymond kesal.
Ternyata di ujung anak tangga ada Lastri dan dia mendengarkan pembicaraan pasangan suami istri itu.
"Kenapa Mas Anthony menyuruh Alana membuatkannya kopi dan mengantar ke ruangannya?" tanya Lastri.
"Ini tidak mungkin!" Lastri sepertinya memikirkan sesuatu dibalik rencana suaminya itu yang pasti ada niat dan maksud pada Alana. Tetapi Lastri masih tidak bisa menarik kesimpulan karena merasa hal itu tidak mungkin.
***
Setelah mendapatkan izin dari dokter yang akhirnya Lia Ibu Alana bisa juga pulang kembali ke rumah dan seperti apa yang dikatakan ibunya jika sepupu Alana gendis akan menemaninya.
"Gendis menyusun pakaian Tante Lia terlebih dahulu ya Kak," ucap gendis-gadis berusia 17 tahun itu.
"Iya," jawab Alana dan kemudian dia membantu ibunya untuk duduk di sofa.
"Mama sudah tidak tahu berapa lama meninggalkan rumah ini, Mama benar-benar sangat merindukan rumah ini," ucap Lia dengan kepalanya berkeliling.
"Mama sudah berjanji pada Alana dan juga Dokter. Kalau diizinkan pulang maka harus tetap menjaga kesehatan dan harus tetap menjalani rawat jalan demi kesehatan Mama," ucap Alana.
"Iya Alana! Mama tidak akan mengecewakan kamu dan juga Dokter!" jawab Lia.
Alana menganggukkan kepala yang terlihat wajahnya kurang semangat hari ini.
"Kamu sedang memikirkan sesuatu Alana?" tanya Lia.
"Tidak! Memang Mama melihat sesuatu yang aneh dari wajah Alana?" tanya Alana.
"Mama melihat kamu tampak sedih. Apa ada yang kamu pikirkan atau ada sesuatu dengan pernikahan kamu?" tanya Lia.
"Alana tidak apa-apa. Alana baik-baik saja," jawab Alana dengan tersenyum yang tidak mungkin menceritakan apapun tentang bagaimana rumah yang dia tempati saat ini walau pikirannya tidak pernah tenang dalam hal itu.
"Oh. Iya, Ma! Alana lupa untuk menebus obat Mama di apotek. Alana sebaiknya tebus terlebih dahulu dan kembali pulang. Nanti kalau Alana pulang terlalu sore. Mertua Alana bisa marah," ucap Alana yang mengingat ada beberapa hal yang harus dia kerjakan.
"Biar gendis saja nanti yang menebus obatnya, kamu sebaiknya pulang saja," sahut Lia yang juga tidak ingin merepotkan Alana terlalu banyak.
"Tidak apa-apa. Apoteknya juga dekat dari sini. Alana harus memastikan jika obat-obatan sudah ada dan tidak salah. Jadi Alana akan pergi sebentar untuk membelinya," ucapnya berdiri dari tempat duduknya.
"Kalau begitu kamu hati-hati!" sahut Ratih yang membuat Alana menganggukkan kepala.
Alana tidak berbicara lagi dan langsung keluar dari rumah yang tampak sederhana itu untuk memastikan seluruh perlengkapan ibunya sebelum dia pulang karena belum tentu dia mendapatkan izin untuk datang ke rumah itu lagi.
Bersambung.....
pasti bentar lagi jadi anggota PERBUCINAN.
Harusnya kamu bersyukur punya putra Raymond dan bertemu dr Furman laki2 yg tulus mencintaimu?
Berceraioah dg Anthony dan menikah dg Firman, supaya kamu punya harga diri dan demi kebaikan mental putra Raymond??
jangan sampai dia mengetahui perselingkuhan mu juga?? 🤔😇😇
dan jika suatu hari nanti Raymond mengetahui perselingkuhan ortunya , dia bisa meninggalkan keluarganya dan tinggal bersama Alana 🤔🤔🤔
biar dia mentalnya gak down saat nanti dia harus mengetahui kenyataan pahit tentang kebejatan tingkah laku mereka??🤔😇😇