Asisten CEO Ditubuh Menantu Lemah

Setelah Hani dan Rizky pergi, Nyonya besar tak tahan untuk melototi putranya yang telah melakukan kesalahan besar, "badjingan!" Bentak nyonya besar langsung memukuli lengan putranya dengan frustasi, "Apa kau mau melihatku mati hingga kau mulai menggila memberikan semua aset milik mereka? Tidak cukup melihat ayahmu dalam kondisi sekarat hingga kau juga menginginkan kematian ibumu?!"

Buk buk buk...

Nyonya besar terus memukuli putranya dengan gila.

"Ibu tenanglah," Hardi membawa sang ibu kepelukannya, "Tentu saja tidak seperti yang Ibu pikirkan. Bagaimana mungkin aku benar-benar memberikan semua aset berharga itu pada keluarga sampah seperti mereka? Ini hanya sedikit trik kecil saja," kata Dedi akhirnya menenangkan sang ibu.

Mereka melonggarkan pelukan dan nyonya besar berkata, "lalu apa yang sebenarnya kau rencanakan?" Tanya nyonya besar terlalu geram mengingat Bagaimana tatapan Hani yang ditunjukkan pada mereka.

Perempuan itu terlihat sangat merendahkan mereka, seolah-olah dunia sudah terbalik.

Dedi berjalan ke arah ruang tamu dan duduk di sana diikuti oleh ibu dan istrinya, wajah kedua perempuan itu tampak penasaran dengan hal yang akan dikatakan oleh Dedi hingga nyonya besar tak tahan untuk mendesak Dedi, "cepat katakan!" Perintah nyonya besar.

"keluarga Jayata akan bekerja sama dengan kita, Bahkan dalam salah satu proyek besar yang akan dijalankan dalam waktu dekat ini. Tapi presdir Jayata tampaknya menyukai Hani, pria tua itu bahkan terlihat akan mendengarkan apa yang dikatakan Hani, jadi untuk sementara waktu saja sampai pihak Jayata menyetujui kerjasama dengan menandatangani berkas, maka kita harus memperlakukan Hani dengan baik," ucap Dedi.

Nyonya besar dan menantunya tercengang mendengar ucapan Dedi.

"Bagaimana bisa Hani memiliki hubungan dekat dengan keluarga Jayata? Sampai-sampai keluarga Jayata akan membatalkan kerjasama kita dengan mereka hanya karena perempuan itu?! Mustahil! Hani hanya perempuan yatim piatu yang dipungut dari panti asuhan!" Ucap nyonya besar sama sekali tak percaya dengan ucapan putranya.

"Benar," Delita mengangguk, "Ibu benar, dia hanya berasal dari panti asuhan dan setelah diambil dari panti asuhan, dia terus berada di kediaman kita. Jadi bagaimana bisa dia kenal dengan orang dari keluarga Jayata, bahkan dekat dengan mereka? Sangat mustahil!"; Kata Delita setuju dengan ucapan Ibu mertuanya.

Dedi tahu bagaimana kedua orang itu sangat tidak percaya apa yang dia ceritakan, sebab dia sendiri sampai sekarang masih sulit untuk memercayai Presdir Jayata bersikap baik terhadap Hani.

Bahkan presdir jayata sendiri mengingatkannya untuk memperlakukan hani dengan baik jika benar-benar ingin ada kerjasama antara keluarga jayata dan keluarga mereka.

"Tidak penting bagaimana mereka bisa kenal dan dekat, yang penting saat ini kita tidak boleh kehilangan kesempatan bekerja sama dengan keluarga jayata. Jadi jaga sikap kalian, jangan membuat Hani terancam!" Tugas Dedi sebelum bangkit meninggalkan dua perempuan di sana.

Delita menatap Ibu mertuanya, Tentu saja dia masih sulit untuk percaya kata-kata suaminya, "aku sudah membuat bangkrut janda yang menampung keluarga gila itu, tapi bagaimana bisa... Sulit dipercaya sekarang Hani memiliki hubungan dekat dengan keluarga jayata. Ibu sependapat denganku kan?" Ucap Delita dengan menggelengkan kepalanya.

"Suruh beberapa orang untuk mencari tahu segala sesuatu tentang keluarga kedua supaya kita tahu bagaimana mereka bisa dekat dengan keluarga Jayata," ucap nyonya besar.

"Baik Bu," Delita menganggukkan kepalanya, tangannya terkepal kuat memikirkan rasa kesalnya pada keluarga kedua.

Sementara di lantai atas, saat ini di dalam kamar mandi, Hardi sedang memukuli istrinya.

Buk buk buk...

Pukulan Hardi mengenai tubuh Clara, tetapi pria itu memastikan pukulannya mengenai tubuh Clara yang bisa ditutupi dengan pakaian supaya nantinya tidak akan menimbulkan kecurigaan dari orang lain.

"Hentikan! Tolong!" Clara berteriak, tapi tentu saja peredam suara di tempat itu tidak akan bisa membantunya untuk menarik perhatian orang luar.

"Wanita gila! Sekali lagi kau berfikir untuk melakukan hal yang tidak tidak, aku akan membunuhmu dan memalsukan kematianmu sebagai bunuh diri!" Teriak Hardi penuh emosi masih terus memukuli perempuan yang sudah ter pojok di sudut ruangan.

Clara gemetar menahan rasa sakit, hingga akhirnya perempuan itu jatuh tak sadarkan diri.

Hardi menghentikan aksinya, berdiri bertolak pinggang memandangi perempuan yang terbaring lemah di lantai kamar mandi, "sial!" Umpat Hardi sebelum berbalik pergi.

Drring..... Dring.... Drriing....

Tiba-tiba ponsel Hardi berdering, jadi pria itu segera memeriksa ponselnya dan mendapati panggilan telepon dari selingkuhannya.

Wajah kesal Hardi langsung berubah dihiasi senyum bahagia seraya mengangkat panggilan telepon yang masuk, "kau dimana? Ayo ketemu di apartemen mu," ucap Hardi mengambil mantelnya dan keluar dari kamar.