NovelToon NovelToon
Kemelut Lara

Kemelut Lara

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:958
Nilai: 5
Nama Author: _NM_

Kala gemerlut hati semakin menumpuk dan melarikan diri bukan pilihan yang tepat.

Itulah yang tengah Gia Answara hadapi. Berpikir melarikan diri adalah solusi, namun nyatanya tak akan pernah menjadi solusi terbaik untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _NM_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

XXIV

Gia berjalan menyusuri rumah sakit, menuju ruang icu. Gia hendak menjemput Shila dan Bara dari rumah sakit. Ah, bukan Shila dan Bara yang sakit, tetapi ibu tiri mereka yang harus dilarikan kerumah sakit. Membuat Jordan mau tak mau membawa anak-anaknya kerumah sakit karena terlampau khawatir oleh keadaan sang istri yang tengah mengandung anaknya itu.

Gia memelankan langkahnya, kala netra matanya telah menangkap keberadaan anak-anak dan mantan suaminya itu. Disana juga terdapat Ara dan Kara, yang tengah saling membagi pelukan, tampak sekali perasaan khawatir dan sedih dari raut wajah anak-anaknya itu. Gia sebagai seorang ibu tentu turut merasa sedih menatap kesedihan anak-anaknya.

Sedangkan Shila dan Bara duduk terpaku disamping Ara dan Kara. Mata Shila menatap prihatin kearah Ara dan Kara, bagaimanapun mereka adalah saudara kembarnya, tentu rasa iba merasuk pada jiwa Shila. Begitu juga dengan Bara, meski wajahnya tampak anteng menatap ke arah dinding yang berada dihadapannya, Gia amat yakin dibalik ketenangan itu terdapat suara berisik dalam pikiran anaknya itu.

Mata Gia beralih pada Jordan yang tengah berdiri di sudut tembok rumah sakit, tampak betapa cemasnya Jordan pada istrinya. Lihat saja, pria matang itu tengah acak-acakan pakaiannya hingga rambutnya ikut kusut karena terlalu sering diacak-acak oleh dirinya sendiri.

Ah, lihat Keysha betapa beruntungnya kamu mendapatkan semua perhatian itu. Bahkan Gia tak yakin, jika Gia berada diposisi Keysha saat ini, apakah Gia juga akan mendapatkan perlakuan yang sama.

Gia menghela napas, menelan mentah-mentah rasa iri yang tiba-tiba merasuk pada batinnya.

Nyatanya Gia tak akan pernah menjadi tokoh utama, baik itu dikisah orang lain ataupun kisahnya.

Bara yang mendapati keberadaan sang ibunda pun mulai menyapa. " Bunda sudah sampai? "

Suara tenang itu menginterupsi semua orang yang berada ditempat itu menoleh ke arah Gia. Sontak saja Gia merasa kikuk ditempatnya, seolah tengah berada di waktu yang salah.

Bara dan Shila beranjak ke arah Gia, menyalami Gia.

" Bunda.. " Suara itu dari Shila. Anak gadis Shila itu memeluk bundanya dengan erat.

Entahlah, Shila pun bingung mendeskripsikan apa yang tengah dirasa oleh gadis itu. Suasana dilorong ini tampak menghimpit rungu Shila, membuat Shila membutuhkan pelukan bunda.

" Apa yang terjadi, sayang? Tante Keysha kok bisa sampai masuk rumah sakit. " Ucap Gia menenangkan dengan sesekali mengusap jilbab Shilla dan semakin mengeratkan pelukan Shila.

Dalam pelukan, Shila menggeleng kecil. Tak tahu apa yang tengah terjadi. " Gak tahu Bun. Tadi pas perjalanan pulang, Ara nelfon, nangis-nangis katanya Tante pingsan. Terus sekarang Tante didalem ICU gak keluar keluar. "

Mendengar hal itu Gia menoleh ke arah Ara yang masih menyembunyikan wajahnya pada dekapan Kara. Bukannya mendapati wajah Ara, pandangan Gia malah bertabrakan dengan tatapan Kara. Seketika saja Kata memalingkan wajahnya dari Gia.

Tentu hal itu cukup membuat hati Gia berdenyut nyeri, tanpa bisa dicegah.

Gia kembali menghembuskan napas perlahan. Mencoba kembali fokus pada Shila.

" Bunda, Tante akan baik-baik saja kan? " Lirih Shila. " Kasian Ara sama Kara pasti sedih. " Pelan, sangat pelan ketika ucapan itu terlontarkan dari bibir Shila, bahkan hampir tenggelam dalam suara AC ruangan itu.

Gia termenung sesaat mendengar itu. Gia sedikit menjauhkan tubuhnya dari Shila, menangkup pipi anaknya penuh sayang.

Ternyata sejauh apapun jarak membentang antara saudara-saudari kembar itu, tetap tak ada yang bisa mencegah keterikatan diantara satu sama lain. Meski tampaknya Shila dan Bara tak terlalu menunjukkan empati yang berarti, nyatanya Gia tahu keterikatan batik anak-anaknya itu tak akan bisa lenyap. Jika ada satu yang sedih, tentu yang lain akan ikut sedih.

" Kita doain aja yah, semoga Tante Keysha cepet sembuh terus bisa kembali ke rutinitas seperti biasanya. " Gia mengembangkan senyumannya.

Dari balik sudut mata, Gia dapat melihat kali ini bukan Kara yang mencuri pandang kearahnya, tetapi Ara. Hati ibu siapa yang tak terenyuh, kala mata putri kecilnya menitikkan air mata. Ara, bayi yang telah Gia kandung tengah menitikkan air matanya. Membuat sesak di lubuk hati Gia semakin membuncah.

Gia mengusap wajah Shila penuh kelembutan " Bunda kesana dulu yah. " Menunjuk dari ekor matanya ke arah Ara dan Kara.

Shila mengangguk, memperbolehkan. Sedikit menyikir, memberikan jalan sang ibunda ke arah saudari dan saudaranya.

Gia berjalan perlahan hingga berada tepat didepan Ara dan Kara. Duduk berlutut dihadapan putri kecilnya, Ara. Tangan kecilnya hendak menyentuh puncak kepala Ara.

" Don't touch me, please. " Suara itu terdengar lirih, namun cukup membuat Gia bergetar ditempatnya. Usapan tangan Gia melayang di udara.

Entah bagaimana Gia menyikapi keadaannya saat ini. Pada satu sisi Gia merasa sangat sedih, ketika putri yang telah Gia perjuangkan kehadirannya tengah menolaknya mentah-mentah. Hati ibu mana yang tak sakit merasakan itu. Dan disisi lainnya, hati Gia bergetar. Untuk pertama kalinya Gia mendengar suara itu, suara putri kecil yang telah bertahun-tahun ia rindukan. Bahkan telah banyak doa yang ia panjatkan, hanya untuk sekedar mendengarkan suara lirihan kecil itu. Sebesar apapun kecewanya Gia akan kalah dengan rasa haru yang teramat besar. Rasanya Gia ingin mengucapkan syukur yang teramat mendalam.

Akhirnya.. Akhirnya setelah sekian lama dunia memisahkan, Gia dapat tetap bertemu dengan putrinya. Meski dalam kondisi dan keadaan yang tak baik sekalipun. Paling tidak Gia dapat bertemu dan bersua dengan sang putri.

Mata Gia berkaca-kaca. Mulutnya terasa Kelu untuk berbicara. Tubuhnya bergetar ditempatnya. Mungkin jika orang lain yang melihat mereka akan salah paham dengan perasaan yang tengah Gia rasakan. Tapi biarlah, tahu apa mereka tentang kehidupan Gia?

Penuh perlahan dan takut akan menyakiti, tangan Gia kembali mencoba meraih putri kecilnya. Meski Ara sempat menghindar, namun pada akhirnya tangan Gia tetap dapat menyentuh puncak kepala Ara penuh kelembutan.

Gia menatap lamat-lamat wajah putri yang amat ia rindukan itu.

Tangan Gia beralih ke arah pipi Ara, mengusapnya tak kalah lembut. Bahkan mungkin saja, Ara merasakan getaran kecil dari tangan bundanya yang Tremor.

" Putri kecil bunda.. " satu kalimat, akhirnya lolos dari bibir Gia.

Ara tak menjawab, diam dalam seribu bahasa.

" Putri bunda lagi sedih yah.. its oke, sedih aja. " Gia menghirup udara sedikit lebih dalam, entah mengapa rasa sesak hampir membuat Gia tak bisa bernapas.

" Kalau Ara capek, pengen cerita, butuh sandaran, bunda disini. Ara bisa ceritain apapun ke bunda, apapun itu meski hanya sekedar mengadu kalau Ara digigit nyamuk. " Gia terkekeh kecil, terdengar hambar ditelinga siapapun.

Ara menatap wajah bundanya dengan ekspresi datar. Ara lelah, Ara tak sanggup, Ara tak tahu harus berbuat seperti apa.

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir yaa /Hey/
Jeremiah Jade Bertos Baldon
Aku ngerasa masuk ke dalam cerita, coba cepetan lanjutin thor!
Dzakwan Dzakwan
Wuih, nggak sabar lanjutin!
Harry
Ngebayangin jadi karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!