Pernikahan Mentari dan Bayu hanya tinggal dua hari lagi namun secara mengejutkan Mentari memergoki Bayu berselingkuh dengan Purnama, adik kandungnya sendiri.
Tak ingin menorehkan malu di wajah kedua orang tuanya, Mentari terpaksa dinikahkan dengan Senja, saudara sepupu Bayu.
Tanpa Mentari ketahui, Senja adalah lelaki paling aneh yang ia kenal. Apakah rumah tangga Mentari dan Senja akan bertahan meski tak ada cinta di hati Mentari untuk Senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Mampu, Mentari.
Senja
Kesibukanku sekarang bertambah. Pagi hari aku harus mengantar Mentari berangkat kerja dan sorenya aku juga harus menjemputnya. Mentari masih belum tahu kota Jakarta, aku takut ia nyasar dan bertemu orang jahat.
Dengan terpaksa, aku harus merubah jam kerjaku. Biasanya aku bekerja di malam hari seraya menunggu pengiriman barang datang tapi kini aku harus merubah jadwal kerjaku menjadi pagi hari.
Selesai mengantar Mentari, aku langsung menuju ke gudang. Kukumpulkan semua karyawanku untuk melakukan briefing. Kuberitahukan kalau mulai sekarang jadwal kerjaku berubah. Demi mengikuti ritme kerja Mentari dan juga karena aku tak rela Mentari diantar jemput oleh Fajar, terpaksa aku mengubah jam kerjaku menjadi pagi hari.
"Mulai sekarang, untuk penerimaan barang, pengecekan dan pengiriman barang, kupercayakan pada Arif." Aku menunjuk orang kepercayaanku untuk mengawasi di malam hari. Sepertinya sekarang pola tidurku harus berubah. Ya... harus, karena sekarang aku sudah menikah dan ada Mentari yang harus kuperhatikan lebih.
Selesai mengatur gudang, aku pun pergi ke kantorku. Walau terlihat bak pengangguran di mata Mentari, nyatanya aku punya kantor sendiri, meski bukan di gedung pencakar langit dan hanya sebuah ruko 3 lantai tapi ruko itu milikku sendiri, yang kubeli dengan jerih payahku sendiri.
Aku jarang datang ke kantor karena lebih suka bekerja langsung di gudang. Bagiku, bekerja langsung di gudang bisa membangun suasana akrab dengan para karyawanku.
Kuparkirkan sepeda motor Beat carbu butut milikku di samping motor keluaran terbaru milik salah satu karyawanku. Terlihat perbedaan yang begitu mencolok tapi tak masalah. Bagiku, motor Beat carbu ini punya nilai sejarah, motor ini yang menemaniku saat aku merintis bisnis sampai bisa di titik ini.
Aku mengecek laporan penjualan snack yang kami titip di toko oleh-oleh. Tahun ini, penjualan kami lumayan meningkat. Akan kusisihkan sebagian keuntungan untuk bonus karyawanku.
.
.
.
Sejak kecil, aku selalu ikut Bapak berjualan di pasar. Dulu, hasil panen Bapak belum sebanyak sekarang, belum bisa mempekerjakan karyawan. Setelah berguru dengan Pak Yusuf, Bapak semakin pintar mengolah hasil panen dan akhirnya bisa mempekerjakan warga sekitar.
Hasil panen Bapak semakin melimpah namun terkadang ada yang tidak laku dan busuk. Mentari yang sedang berkunjung ke rumahku waktu itu mengatakan sesuatu yang menjadi inspirasiku. "Andai hasil panen ini bisa lebih awet dan disimpan dalam waktu lama, pasti para petani tidak akan terlalu rugi karena hasil panen yang busuk. Coba saja ada alat Doraemon, pasti Doraemon bisa mengubah tomat menjadi kue yang lezat."
Ucapan Mentari membuatku penasaran dan terus mencari tahu bagaimana cara mengubah hasil panen menjadi bahan setengah jadi dan bahan jadi. Aku banyak belajar, hari-hariku aku habiskan di perpustakaan dan sering bertanya kepada guru. Tak puas di situ, aku juga ikut beberapa seminar selama aku sekolah SMA.
Dengan modal awal dari Bapak, aku mulai mengembangkan usaha. Awalnya hanya tetangga sekitar rumah yang ikut membantu namun lama-kelamaan semakin banyak yang menjadi karyawanku. Aku pun pindah ke Jakarta dan merantau seorang diri untuk membesarkan lagi usaha yang kubangun. Aku mulai dengan menyewa rumah kontrakan kecil sampai kini aku mampu membeli ruko 3 lantai dan punya tabungan di bank dengan jumlah yang fantastis.
Aku memang belum membeli rumah dan masih ngontrak tapi bukan berarti tidak punya uang. Aku ingin membeli rumah yang disukai oleh istriku kelak. Jika Mentari sudah benar-benar membuka hatinya padaku, aku akan mengajaknya membeli rumah baru. Pelan-pelan saja. Aku tak mau memaksa Mentari untuk menerima dan mencintaiku. Biarlah semua mengalir apa adanya.
.
.
.
Sudah hampir jam 04.00 sore. Aku harus bergegas jika ingin sampai ke kantor Mentari tepat waktu. Sebelum sampai ke kantor Mentari, aku mampir dulu di salah satu toko helm. Wajah sebal Mentari tak bisa ia sembunyikan saat melihat helm pemberianku. Aku pikir Mentari suka dengan Marsha and The Bear tapi ternyata tidak. Aku pun memilih helm berwarna biru muda dengan gambar Daisy Donald. Aku yakin dia pasti suka.
Aku menunggu di dekat ruko tempat Mentari bekerja bersama para ojek online. Aku memang mudah akrab dengan orang, baru sebentar di sana aku sudah punya teman dan tertawa bersama. Itulah kelebihanku yang mudah sekali membaur.
"Ja!" Aku menoleh dan melihat Mentari datang dengan wajah lesu.
"Waalaikumsalam, wahai wanita karir!" sindirku. Abang ojek online di sebelah ikut tertawa melihatku menjawab salam Mentari.
Mentari memanyunkan bibirnya. "Iya, lupa. Assalamualaikum!"
Aku harus menahan senyum melihat sikap Mentari, lucu dan menggemaskan sekali dia. Aku pamit pada teman-teman baruku lalu berjalan menuju motor Beat carbu kesayanganku.
"Bagaimana bekerja di hari pertama? Seru?" Kuambilkan helm warna biru yang baru kubeli lalu kupakaikan di wajah Mentari yang cantik meski terlihat lelah.
"Capek," jawab Mentari singkat.
Aku ingin menertawai Mentari karena wajahnya sangat lucu tapi aku tahan. Nanti dia bisa marah padaku dan berpikir kalau aku tidak menghargainya. "Sabar. Namanya juga baru hari pertama, masih harus beradaptasi. Coba besok bekerja lagi, siapa tau kamu sudah betah dan terbiasa. Tapi kalau kamu memang tidak kuat, ya tinggal berhenti saja. Kamu bisa stand by di rumah sambil nonton sinetron kesukaanmu, gimana?" Kukeluarkan jaket dari dalam tas lalu kupakaikan jaket tersebut pada Mentari yang pasrah saja saat kupakaikan.
"Nggak mau! Susah payah aku dapat pekerjaan ini, masa baru sehari bekerja aku semudah itu menyerah?" jawab Mentari.
"Nah, itu kamu tau. Kerja itu capek dan nggak mudah, jadi kamu harus kuat, tahan semua dengan hati yang kuat. Kalau di hari pertama sudah putus asa, hari selanjutnya bagaimana?" nasehatku.
Mentari makin memanyunkan bibirnya. "Sok tahu kamu, kayak kamu kerja kantoran saja!"
Aku tersenyum mendengar balasan Mentari. Andai Mentari tahu betapa kerasnya aku bekerja sampai bisa menjadi seperti sekarang, mungkin penilaiannya tentangku akan berubah. Bisa saja sih aku beritahu sekarang tapi aku tak mau dia menyukaiku karena apa yang aku miliki. Aku mau dia menyukaiku apa adanya. Aku mau Mentari bisa dengan tulus mencintaiku agar nama Mas Bayu bisa segera enyah dari hatinya tanpa sisa.
Aku naik ke atas motor lalu menyalakan mesin motor. "Kata siapa? Sekarang aku lagi kerja, tepatnya jadi tukang ojek. Mau kemana Mbak, sesuai aplikasi?"
Mentari naik ke atas motor masih sambil memanyunkan bibirnya. "Makan!"
"Oke, siap. Mau makan apa? Steak, spaghetti, masakan Padang atau makanan Jepang?"
"Ish... jangan kebanyakan gaya! Makan bakso saja! Murah meriah dan segar lagi," jawab Mentari.
Aku selalu menahan senyumku setiap kali melihat Mentari memikirkan apakah aku punya uang atau tidak. Aku mampu, Mentari. Aku punya uang. Kamu mau makan steak yang mahal pun aku mampu, tapi karena kamu meminta untuk makan bakso, ya sudah... uangnya nanti buat kita bulan madu saja.
"Oke. Berangkat!" Tanpa aba-aba, aku tarik tangan Mentari agar memeluk pinggangku dan memeganginya dengan tangan kiriku agar tidak ia lepas. Mentari awalnya mau protes tapi aku pantang menyerah, tetap kupegangi tangannya sampai akhirnya Mentari pasrah dan memelukku sepanjang perjalanan. He... he... he... lumayan dapat pelukan gratis.
****
makanyaaaaa
tapi itu gak akan lama lagi, senja
ttg motivasi hidup, semangat kerja, juga percintaan
semua penuh akan Mentari
benar2 my wife my inspiration judule
hahaaaa semangaaaaaaaatttt ✊ ja
Alon waton kelakon
apalagi status mentari sah 'milikmu'
dia pasti gakan bisa kemana2
tinggal tunggu waktu aja, dimana lama kelamaan hatinya akan luluh, kemudian seutuhnya berpaling samamu
jare the massive juga ngene👉 jangan menyerah jangan menyerah jangan menyerah ah ah ahhhhhhh
bener senja... bisa saja dia bersikap patriarki, karena senja seorang suami yg memiliki mentari seutuh nya. Tapi senja sabar menunggu mentari mencintainya yg akhirnya menyerahkan seluruh hidupnya untuk hidup bersama selamanya
eh ortumu pulang ke kampung masih tidur sekamar sama tari kan Nja?