Karena salah paham saat mendengar percakapan Ayahnya tentang pelaku yang terlibat dalam kecelakaan Kakeknya saat dia.masih kecil sehingga membuat seorang pemuda bernama lengkap Arishaka Narendra membalaskan dendamnya kepada seorang gadis bernama Nindia Asatya yang tidak tahu menahu akan permasalahan orang tua mereka di masa lalu.
Akankah Nindia yang akrab di sapa Nindi itu akan memaafkan Shaka yang telah melukainya begitu dalam?
dan Bagaimana perjuangan Shaka dalam meluluhkan hati Nindia gadis yang telah ia sakiti hatinya itu!
Mari kita simak saja kisah selanjutnya.
Bijaklah dalam membaca mohon maaf bila ada nama tokoh atau tempat yang sama. semua ini hanya hasil karangan semata tidak untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Choki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat tinggal baru.
Rani kembali kedepan dengan bibir komat-kamit. Kesal kepergok oleh Lia saat dirinya mengata-ngatai Nindia tadi. "Kenapa sih, Lia harus ada disana! Kan aku jadi ketahuan sama dia." Dumelnya sembari menghentakkan kakinya Karena kesal.
"Ini kak Susunya. Dua dus kan tadi?" Nindia meletakkan dua dus susu kemasan kecil di hadapan Rika. Yang berdiri di belakang meja kasir.
"Terima kasih Ndi. Iya betul." Ucap Rika.
"Sama-sama kak." Sahut N8ndia yang di respon menye-menye oleh Rani yang berdiri tidak jauh dari mereka. Definisi dari rasa iri yang sudah di ubun-ubun.
"Terima kasih Ibu! " Rika berucap kepada Ibu yang merupakan customer itu.
"Nindi, nggak usah di perduliin. Anggap saja kamu nggak liat apa-apa." Nasehatnya kepada Nindia. Rika bukannya tidak tahu Rani yang sering kali kedapatan tengah mengata-ngatai Nindia. Namun Rika tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya bukanlah senior seperti Lia dan Ardi. Begitupun dengan Dani.
"Iya kak Rika.Terima kasih ya, sudah mau menerima aku jadi teman kakak." Ucap Nindia tersenyum manis kepada Rika.
"Ish, apaan sih. Jangan berlebihan seperti itu. Kita ini satu seperjuangan mengadu nasib. Mencari sesuap nasi. Buat apa kita saling memusuhi. Bikin capek-capek diri saja." Balas Rika membuat Nindia tersenyum. Bersyukur masih ada orang-orang baik yang mau menerima keadaanya.
Denting jam bergerak sesuai porosnya. Tidak terasa kini sudah tiba waktunya pulang. Nindia tidak sabar ingin cepat-cepat pulang. Ingin membersihkan tempat tinggal barunya bersama Luna.
"Nindi, mu Abang anter?" Tawar Ardi saat semuanya hendak keluar dari Toko. Hal itu tentu saja semakin membuat Rani membenci Nindia. Kenapa Nindia selalu mendapatkan perhatian lebih dari para teman-temannya. Berbeda sekali dengan dirinya yang sudah lama menaruh hati pada Seniornya itu.
"Terima kasih Bang, tapi saya di jemput teman kost saya. Itu dia baru datang. Saya duluan ya semuanya. Terima kasih Bang sebelumnya. " Nindia segera keluar lebih dulu saat melihat kedatangan Luna dengan motor matic yang sama seperti tadi pagi.
"Oke Ndi! Hati-hati dijalan ya." Ucap Lia. Sembari membalas lambaian tangan Nindia.
"Sabar Bang, nggak mudah bagi seseorang yang pernah patah hati, bahkan hancur berkeping-keping. Aku perhatikan dia itu sedikit trauma dengan pria " bisik Lia, kepada Ardi.
Ardi menganggukkan kepalanya, paham sekali bagaimana perasaan wanita muda nan Malang itu. Di usia muda sudah menyandang status yang selalu di pandang remeh oleh kebanyakan orang di luar sana.
"Udah yuk! Kita juga cabut, udah sore banget ini. Udah gerah banget pengen mandi." Ucap Lia lagi.
"Beb, ayo naik.aku antar kamu pulang " Dani mengajak Rani yang masih manyun untuk segera naik di boncengan motornya.
"Sana Ran, buruan naik. Kamu itu harusnya bersyukur masih ada Dani yang selalu setia sama kamu. Walaupun kamu suka kadang-kadang." Tukas Lia sembari menstater motornya siap untuk membela jalan raya di sore hari yang macet itu.
Rani semakin memonyongkan bibirnya mendengar kalimat Lia yang menyindirnya itu. Harapannya bukan Dani yang mengantarnya pulang. Tetapi Ardi. Namun lagi-lagi pria itu tetap lempeng kepadanya. Tetapi akan sangat ramah dan perhatian terhadap Nindia. Itulah menggapa Rani begitu iri dan begitu benci pada Nindia. Berharap Nindia segera enyah dari Toko itu.
🌻🌻🌻🌻🌻
"Ndi, kita beli makan malam sekalian ya, beli apa ya yang murah enak dan banyak?" Tanya Luna sembari tetap fokus melajukan motornya.
"Beli apa kak, aku bingung soalnya uangku sudah sekarat. Gajian masih seminggu lagi." Sahut Nindia diiringi dengan kekehan kecil.
"Tenang, aku ada uang tadi di kasih boss. Katanya buat beli makan. Nanti kalau rumah sudah rapih, baru kita beli perabotan dapur sedikit-sedikit ya. Kita masak sendiri saja untuk makan kita. Beli itu enak tinggal makan. Tapi boros." Ucap Luna yang di setujui oleh Nindia.
Jam 5 lewat 15 menit Luna memasukan motornya kedalam ruang tamu rumah itu. Rumah itu lumayan luas untuk ukuran mereka yang hanya berdua saja. Rumah yang memiliki dua kamar dengan kamar mandi di dalamnya.
"Nindi, kamu mandi duluan gih, nanti setelah itu baru aku." Luna menyuruh Nindia untuk segera mandi. Sebeb kamar baru satu saja yang bersih. Sedangkan ruangan lain masih kotor.
"Baik kak, aku mandi duluannya!" Nindia segera masuk ke dalam kamar yang masih menjadi kamarnya dengan Luna.
Setelah keduanya mandi, kini dua wanita itu sudah duduk saling berhadapan. Di tengah-tengah mereka saat ini ini adalah sebungkus nasi padang dengan lauk telor dadar dengan satu bungkus nasi putih. Agar keduanya bisa makan dengan kenyang malam ini.
"Mari kita makan enak Ndi! Hehehe!." Ajak Luna yang sudah merapihkan duduknya siap menyantap makan malamnya.
Keduanya makan dengan lahap. Walaupun hanya berlauk kan telor dadar beserta sayur daun singkong. Sudah begitu nikmat bagi kedua wanita itu.
Usai menandaskan makanan mereka. Keduanya pun mulai bersih-bersih kamar ke dua. Keduanya mulai menyapu debu yang lumayan tebal itu, kemudi mengepelnya dengan bersih.
Kamar kedua ini akan di tempati oleh Nindia. Nantinya.
"Ndi, udah. Jangan terlalu capek. Ingat kamu lagi hamil, jangan sampai kenapa-napa dengan kehamilan kamu. " Cegah Luna kerika melihat Nindia yang akan lanjut membersihkan kamar mandinya.
"Nggak apa-apa kak, aku belum capek kok. Masih kuat dan semangat ini." Sahut Nindia yang bersemangat membersihkan ruangan itu.
"Jangan! sebaiknya kita istirahat dulu. Besok kita masih harus bekerja kan. Jadi jangan di habiskan sekarang tenaganya. Sisakan untuk besok, yuk kita istirahat. " Luna tetap mencegah Ninda untuk melanjutkan bersih-bersih nya. Sisanya bisa di lanjut besok lagi.
"Kak, Luna terimakasih ya. Sudah perduli sama aku yang sebatang kara ini. Aku nggak tahu harus berterima kasih dengan cara apa untuk semua kebaikan kak Luna ini. Aku nggak punya apa-apa kak." Ucap Nindia lagi. Saat ini keduanya sudah berada di tempat tidur. Yang hanya beralaskan ambal tipis milik Luna yang ia bawa dari kost-kostan nya sebelumnya.
"Sama-sama Ndi, nggak usah berlebihan. Cukup kita sama-sama melengkapi satu sama lain. Aku membantumu karna aku berasa kita itu senasib. Kita sama-sama dari desa yang tidak memiliki sanak saudara di kota ini."
"Disisi lain, aku juga nggak tega sama kamu. Apalagi dalam kondisi seperti ini. Aku khawatir kamu kenapa-napa. Aku khawatir kamu stres dengan keadaan hamil dan tidak memiliki tempat tinggal." Jawab Luna tulus.
"Terima kasih lagi ya kak. Untuk kepeduliannya." Ucap Nindia dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Udah ih, nggak usah berterima kasih terus. Pokoknya kita sama-sama saling melengkapi aja ya Ndi. Sama-sama kita berjuang. Kamu harus semangat, ingat ada calon baby di perut kamu. Jangan banyak pikiran, banyak-banyak bersyukur kepada Tuhan semesta Alam. Kita masih di beri kesehatan, itu yang paling penting." Balas DLuna lagi
Nindia mengangguk mendengar kata-kata dari Luna. Wanita baik yang begitu perduli kepadanya. Bela-belain mencarinya hingga ke TPU.
"Sekarang kita tidur yuk besok kita harus kerja. Jadi kudu istirahat yang cukup." Luna mengajak Nindia untuk segera tidur.
"Baik kak, selamat tidur."
"Terimakasih kak Luna" Batin Nindia sebelum benar-benar terlelap.
Next.....