Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.
Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.
Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.
Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,
Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Okni
Ucap Gura, sambil melangkah dan ingin pergi.
"Gura... Kain waang ndak baok sakali. Di rumah ibuk waang yo la diam lai." (Gura... Pakain kamu bawa sekalian, tinggal saja di rumah ibuk mu itu.) Ucap Nenek nya, dengan wajah kesal.
"Mak... usah mangecek bantuak itu." (Mak... jangan bicara seperti itu.) Ucap Ibu nya Gura, sambil nyapu lantai.
"La... Heran Amak kini mancaliak Gura ko, bantuak ndak tantu yo jalan pulang dek nyo lai, dari pado kain sakolah nyo tu sajo di baok kian, elok sagalo pakaian nyo baok karumah ibuk nyo sarato." (Sudah Heran Amak kini melihat Gura, seperti tidak tahu saja jalan pulang oleh dia, dari pada pakaian sekolah nya saja di bawa kesana, bagus segala pakaian nya di bawa ke rumah Ibuk nya serta). Ucap Nenek nya agak marah. Lalu Gura mendekat ke arah Nenek nya.
"Bantuak nyo Nenek ndak pernah marasoan pacar sadang sakik do ma?". (Seperti nya Nenek tidak pernah merasakan pacar sedang sakit ya?). Ucap Gura tersenyum lembut pada Nenek nya, lalu Gura memegang tangan nenek nya dan langsung mencium nya lalu dia lari, karena nenek nya sering menjewer telinga Gura jika dia bicara nggak karuan.
"Gura!...". Panggil nenek nya, tapi Gura telah tiba di halaman.
Setelah Gura tiba di rumah Yuni, maklum lah orang pada ramai, selain putri dari guru, papa nya nya juga dosen. Kelihatan ada satu anak laki-laki yang tidak begitu bersahabat dengan Gura, anak dari teman mama nya Yuni, dia itu termasuk murid kelas satu SMA juga murid bagi mama nya Yuni.
Teman mama Yuni ini Juga Guru SMA mengajar di sekolah yang sama dengan mama Yuni, dia bernama Buk Nia, dan putra nya bernama Okni.
"Buk... Ini ramuan obat nya, kata kakek di giling lunak-lunak, balut kan pada leher Yuni". Ucap Gura.
"Giling saja oleh mu Gur... ini teman ibuk juga datang bersama putra nya melihat Yuni". Ucap mama Yuni.
"Oke...". Jawab Gura, sambil terus berjalan menuju dapur.
"Mbak... Kenapa Yuni tidak di bawah ke rumah sakit saja". Ucap teman nya mama Yuni. Mereka terus berbincang hendak menuju kamar Yuni.
"Penyakit Yuni, sesuatu yang tidak bisa di obat oleh rumah sakit mbak". Jawab mama Yuni.
"Di mana mbak tahu, di coba aja belum". Jawab teman nya.
"Apa lagi ini di obat pake daun, bisa-bisa membuat kulit mulus Yuni akan hancur dan jelek, jika di rumah sakit alat nya canggih, dengan berbagai macam obat-obat yang bagus, yang di buat oleh orang-orang ahli, juga telah di akui dunia". Ucap nya lagi.
"Benar, aku akui alat rumah sakit itu canggih, tapi sakit Yuni, sesuatu yang tidak bisa di obati oleh benda canggih". Ucap mama Yuni.
"Jadi sakit Yuni hanya bisa di obati dukun, begitu cerita nya?". Tanya teman nya lagi.
"Bukan dukun, tapi seseorang yang mengetahui tentang obat kuno, dan doa-doa penawar sihir". Jawab mama Yuni.
"Iya... itu nama nya dukun". Ucap teman nya.
"Sebelum ada dokter, hanya ada tabib dan dukun, dukun dan tabib itu sudah ada sejak kuno, aku tidak bisa pungkiri itu, dukun dan tabib itu sama turun nya dengan mahluk pertama ke dunia". Ucap Mama Yuni, kelihatan teman nya mengkerut kan dahi seakan kecewa dengan jawaban mama Yuni.
Setelah mereka sampai ke dalam kamar Yuni, ternyata papa dan juga kedua adik Yuni serta nenek Yuni berada dalam kamar, dan Yuni saat itu tertidur, sebab tadi malam dia kurang tidur, kata Yuni leher nya tidak sakit tapi panas terasa di kasih cabe.
"Assalamualaikum". Tiba-Tiba suara dari pintu kamar.
"Alaikumsalam". Jawab mereka serempak.
"Nek, ini pasangkan pada leher Yuni". Ucap Gura kepada nenek nya.
"Yun... Yuni... bangun, pasangkan obat mu". Ucap nenek nya, tiba-tiba mata Yuni terbuka perlahan, kelihatan nya dari mata sayu nya, dia sangat tersiksa.
"Kamu seharian ini kemana saja?". Tanya Yuni dengan suara lemah pada Gura.
"Ya... sejak pulang sekolah tadi, aku cari obat". Jawab Gura.
"Alasan kamu, mencari obat segini kok hampir setengah hari". Ucap Yuni.
"Ramuan nya memang tidak berapa macam, tapi letak dan jarak ramuan itu berjauhan". Jawab Gura.
"Usah berang-berang Jo ka Gura tu Yun". (Jangan marah-marah terus pada Gura Yun). Ucap nenek nya menegur Yuni.
"Yuni...". Sapa teman mama nya.
"Oh... Tante Nia, kapan tante tiba?". Tanya Yuni.
"Barusan, belum lama". Jawab Teman nya mama Yuni.
"Halo... Yun...". Sapa anak teman mama nya.
"Eh... Okni, kamu juga kesini?". Tanya Yuni. Lalu Okni mengangguk.
"Yuni... Lebih bagus kamu berobat ke rumah sakit, masa dengan obat seperti ini kamu akan sembuh". Ucap Nia teman mama nya.
"Aku berobat sama kakek datuk ku saja tante, orang-orang juga banyak berobat sama beliau". Jawab Yuni.
"Tante kasih saran sama mama kamu tapi dia tidak mau, sudah ku bilang tadi sama mama mu, selain alat nya yang canggih dan juga di rumah sakit itu, pel dan obat-obatan nya sangat bagus, telah lulus uji coba". Ucap Nia teman mama nya Yuni.
"Maaf tante, sakit ku sesuatu yang tidak bisa di obati di rumah sakit, aku masih yakin pada kakek datuk ku, aku juga malas berobat ke rumah sakit". Jawab Yuni.
"Kamu masih ingat om mu, suami tante". Belum sampai ucapan Nia ke ujung, langsung di jawab oleh Yuni dengan wajah tidak senang.
"Ya... Ingat tante, aku tidak mau ke rumah sakit". Ucap Yuni, karena dia telah melihat Gura hanya menundukkan kepala, kelihatan di wajah Gura dia tidak senang dengan segala ucapan teman mama nya Yuni.
"Ya... Sudah kalau kamu tidak mau mengikuti saran tante". Ucap teman mama nya.
"Kamu kalau pergi jangan lama-lama". Ucap Yuni pada Gura, mengalih kan pembicaraan, dengan teman mama nya.
"Ya... Tadi kan aku mencari ramuan obat" Jawab Gura.
Tapi Gura seakan di cibir kan oleh putra teman mama Yuni, dia melihat Gura dengan sinis dengan memandang secara sudut mata nya saja. Dengan pandangan angkuh penuh kesombongan pada Gura.
Sejak Yuni kelas dua SMP, Gura telah mengenali putra dari teman mama Yuni, tapi sekedar mengenali, tapi mereka tidak berteman, saat ada acara atau hajatan apa pun, keluarga buk Nia sering di undang oleh mama Yuni, tapi dari mulai pertama Gura bertemu dengan putra buk Nia, dia kelihatan tidak bersahabat.