NovelToon NovelToon
Pesona Mantan Isteri

Pesona Mantan Isteri

Status: tamat
Genre:Cintamanis / Lari Saat Hamil / Single Mom / Janda / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:199.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fhatt Trah

Menikah karena perjodohan, dihamili tanpa sengaja, lalu diceraikan. Enam tahun kemudian Renata tak sengaja bertemu dengan mantan suami dalam situasi yang tak terduga.

Bertemu kembali dengan Renata dalam penampilan yang berbeda, membuat Mirza jatuh dalam pesonanya. Yang kemudian menumbuhkan hasrat Mirza untuk mendapatkan Renata kembali. Lantas apakah yang akan dilakukan oleh Renata? Apalagi ketika Mirza tahu telah ada seorang anak yang lahir dari hasil ketidaksengajaan dirinya di malam disaat ia mabuk berat. Timbullah keinginan Mirza untuk merebut anak itu dari tangan Renata. Apakah Renata akan membiarkan hal itu terjadi? Ataukah Renata akan membuka hati untuk pria lain demi menghindari mantan suaminya itu?

“Kamu sudah menceraikan aku. Diantara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi tolong jangan ganggu aku.”

- Renata Amalia -

“Kamu pernah jadi milikku. Sekarang pun kamu harus jadi milikku lagi. Akan aku pastikan kamu dan anak kita akan berkumpul kembali.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Diam-Diam Ada Cemburu

PMI 27. Diam-Diam Ada Cemburu

“Ren, kenapa hatiku berdebar-debar jika teringat kamu?” gumam Mirza tanpa sadar. Dan gumaman yang lolos dari lisan Mirza itu pun sampai ke telinga Vanessa yang baru kembali dari toilet.

“Apa kamu bilang?” Vanessa tiba-tiba muncul. Ia terkejut mendengar Mirza lagi-lagi menyebut nama Renata. Untung saja ia tidak lama-lama saling berteleponan dengan Reymond di toilet, sehingga ia bisa memergoki Mirza yang lagi-lagi malah membayangkan mantan isterinya itu.

“Renata?” Dengan wajah marah Vanessa menyebut nama itu. Ia tak menyangka wanita itu akan menjadi momok baru dalam hubungannya dengan Mirza. Bisa gawat nanti kalau sampai Mirza jatuh hati pada wanita itu. Bisa-bisa ia akan kehilangan sumber dana untuk biaya kehidupannya selama ini. Walaupun sekarang ia sudah menjadi seorang artis, tetap saja ia masih membutuhkan sokongan dana dari Mirza untuk memenuhi kebutuhannya.

Mirza tersentak kaget. Kotak cincin di tangan lekas ia simpan ke dalam kantong celana chinos yang ia kenakan. Kemudian ia berdiri mendekati Vanessa.

“Kamu salah paham, Van,” kata Mirza.

“Salah paham? Salah paham gimana maksud kamu? Aku tadi dengar kamu menyebut nama perempuan itu. Aku tahu kamu lagi membayangkan perempuan itu. Iya, kan? Apa kamu terpesona melihat dia yang sekarang? Jangan bilang kalau kamu mulai suka sama dia.”

“Tidak seperti itu, Van. Tadi aku memang sempat teringat Renata. Tapi itu tidak sengaja karena aku ... karena aku ...” Mendadak Mirza kehilangan kata-kata. Ia memang sedang mengingat dan membayangkan Renata karena terpesona oleh Renata yang sekarang. Bohong jika ia tidak menyukai Renata. Karena nyatanya, ia sudah jatuh hati pada Renata.

“Karena apa? Karena apa, Za?” Alis Vanessa saling bertaut karena dikuasai amarah. Ia yang mudah tersulut emosi itu benar-benar tidak terima jika Mirza menyukai wanita lain selain dirinya.

Mirza bingung jawaban apa yang harus ia beri. Tidak mungkin juga ia mengakui kalau ia mulai jatuh hati pada Renata. Dan kenangan Renata mewarnai pikirannya beberapa hari ini. Niatnya ingin melamar Vanessa kembali itu pun perlahan mulai pupus dari hatinya. Dan hati itu kini mulai meragu.

“Kamu bilang, kamu ngajak aku ke sini agar kita punya lebih banyak waktu berdua. Tapi kenapa malah ada perempuan itu diantara kita sekarang. Kamu juga bilang kalau kamu mau melamar aku sekali lagi. Tapi, mana? Mana, Za? Kenapa kamu belum melakukan itu sampai sekarang? Atau kamu tidak serius ingin melamar aku?” cecar Vanessa dikuasai amarah. Ia sungguh menyesal datang ke tempat ini. Andai ia tahu di tempat ini ada Vanessa, mana mungkin ia akan datang menyusul Mirza. Lebih baik ia bersenang-senang bersama Reymond, memuaskan kebutuhan batinnya bersama Reymond.

Mirza berkacak pinggang, menyugar rambutnya dengan gusar. Sifat Vanessa yang mudah emosi seperti ini terkadang membuatnya berpikir ulang untuk menikahi wanita itu. Walaupun ia mencintai Vanessa, namun jika Vanessa terus bersikap seperti ini, lama kelamaan ia juga akan merasa bosan. Bahkan ia sudah bisa membayangkan akan seperti apa rumah tangganya nanti bersama Vanessa. Mungkin setiap hari rumah tangganya akan diwarnai keributan.

“Aku males banget berdebat dengan kamu, Van. Kamu itu tidak seperti Renata. Dia selalu sabar menghadapi aku, walaupun aku bersikap kasar padanya. Lama-lama aku capek kalau kamu tidak bisa mengendalikan emosimu.” Mirza kemudian melenggang pergi usai berkata demikian. Yang membuat Vanessa menganga tak percaya.

“Kamu sekarang mulai berani membanding-bandingkan aku dengan perempuan itu, Za? Mirza ...” Renata jengkel Mirza pergi meninggalkannya begitu saja. Padahal ia membutuhkan penjelasan pria itu.

“Awas kamu, ya, Ren,” geram Vanessa mengepalkan tinjunya erat. Ia tidak mau kehilangan Mirza, sumber keuangannya. Ia sadar jika karirnya di industri hiburan tidak akan bertahan lama. Sebab industri hiburan memiliki pasang surutnya. Sehingga ia membutuhkan seseorang yang bisa mendanai kehidupannya. Ia tidak ingin hidup miskin dan melarat.

****

Pagi harinya, Mirza meninggalkan Vanessa yang masih terlelap di atas tempat tidur. Dengan mengenakan pakaian santai ia berjalan-jalan di area resort menikmati suasana pagi seorang diri.

Semalam setelah perdebatan singkat dengan Vanessa, ia memilih tidur lebih dulu dan mengabaikan Vanessa yang mengajaknya mengobrol. Ia bahkan sudah tidak bernafsu lagi saat Vanessa merayunya, berusaha membangkitkan hasratnya. Ia tidur dengan memunggungi Vanessa, benar-benar tidak mempedulikan lagi wanita itu.

Tadinya Mirza ingin sarapan di dalam kamar bersama Vanessa seperti biasa. Tapi, karena ia yang masih kesal dengan wanita itu, sehingga ia memilih mencari sarapan di luar kamar. Ia hendak menuju salah satu restoran yang tersedia dalam resort itu saat sepasang matanya menangkap sosok Renata yang baru saja turun dari mobil.

Langkah Mirza yang sempat terhenti itu pun kemudian mengayun cepat menghampiri Renata yang berjalan gontai menuju kantor.

“Hai, Ren,” sapanya begitu berada dekat dengan Renata, mensejajari langkahnya.

Renata tersentak kaget. Langkahnya terhenti sejenak, sontak ia menoleh.

“Hai, Pak Mirza,” balas Renata. Kemudian melanjutkan langkahnya.

“Apa kabarmu, Ren.” Padahal Mirza sudah melihat sendiri jika Renata baik-baik saja, sehat dan tak kurang satu pun. Tapi, entahlah, ia seolah kesulitan menemukan topik obrolan saat berada di dekat Renata.

“Saya baik-baik saja, Pak Mirza.” Renata bersikap biasa-biasa saja, memperlakukan Mirza layaknya tamu.

“Kamu sudah lama bekerja bareng Tony?”

“Lumayan lama. Memangnya kenapa?”

“Apa Tony memperlakukan kamu dengan baik?”

“Sangat baik sekali. Dia itu seperti malaikat penolong buat saya.”

“Kamu mencintai, Tony?”

Pertanyaan itu pun menghentikan langkah Renata seketika. Lantas menoleh, memandangi Mirza yang terlihat salah tingkah.

“Apa maksud Anda bertanya seperti itu?” tanya Renata. Entah apa maksud Mirza bertanya seperti itu padanya, yang jelas Mirza tidak boleh tahu alasan yang sebenarnya ia menerima Tony. Tadinya hubungannya dengan Tony hanya pura-pura saja di depan Mirza. Tapi sekarang, hubungan itu akan menjadi kenyataan.

Mirza mengusap tengkuk. Pertanyaan itu sebenarnya meluncur begitu saja dari mulutnya. Setelah dahulu ia tak pernah peduli perasaan Renata, kini entah mengapa ia sangat ingin tahu tentang perasaan Renata. Hati kecilnya seolah tak rela jika di hati Renata ada pria lain.

“Aku ... aku ...” Mirza kebingungan. Ia tidak menemukan alasan mengapa ia sampai bertanya seperti itu, selain ingin mengulur waktu karena ia masih ingin berlama-lama mengobrol dengan Renata.

“Aku hanya ingin tau saja. Tony itu teman baikku. Aku hanya tidak mau dia salah memilih.” Akhirnya alasan itu yang terlontar dari lisan Mirza. Sebuah alasan yang klise, namun menyinggung perasaan Renata. Sebab kalimat itu terdengar seperti meremehkan Renata.

“Jadi maksud Anda saya ini bukan wanita yang pantas untuk teman Anda karena saya seorang janda?” tukas Renata yang mengerti maksud kalimat itu. Sedikit menyinggung perasaannya juga melukai harga dirinya, sebab dari kalimat itu seolah-olah ia bukan wanita baik-baik.

Mirza semakin salah tingkah. “Bu-bukan seperti itu maksud aku, Ren. Aku ...” Mirza menggaruk kepala. Ia sungguh bingung harus berkata apa. Ia sadar sudah membuat Renata tersinggung dengan ucapannya.

“Memangnya kenapa kalau dia seorang janda?” Suara yang terdengar itu pun sontak mengalihkan perhatian Renata dan Mirza seketika.

Entah dari mana datangnya tiba-tiba Tony sudah berdiri di antara mereka. Pria itu memandangi Mirza dengan sorot mata tak biasa. Seolah tersimpan amarah dalam sorot mata itu.

“Eh, Ton?” Mirza masih salah tingkah. Ia tak menyangka ucapannya akan terdengar oleh Tony. Padahal ia bertanya seperti itu hanya untuk menutupi perasaan tak relanya saja. Jika wanita masa lalunya itu telah berpaling darinya.

“Hai, Za. Tumben kamu sendiri. Vanesa ke mana?” tanya Tony.

“Dia masih tidur. Aku tidak tega membangunkan dia. Aku tidak sengaja bertemu Renata. Tadinya aku mau cari sarapan.”

“Bukannya tempat ini memberikan layanan kamar? Apa sarapan kamu belum diantar ke sana?”

“Sudah, sih. Cuma aku bosan saja, lagi pengen sarapan di luar. Oh ya, apa kalian sudah sarapan? Mau sarapan bareng?”

“Kalau aku sudah. Dan setau aku Renata tidak pernah melewatkan sarapannya di rumah. Iya, kan, sayang?” Tony menoleh pada Renata. Senyuman Renata pun tersungging untuknya.

“Oh, begitu ya. Kalau gitu aku sarapan sendiri saja,” gumam Mirza sedikit kecewa.

“Kalau begitu selamat sarapan, Za. Aku dan Renata harus bekerja sekarang. Ayo, sayang.” Tony meraih tangan Renata, menggandeng wanita itu ikut bersamanya meninggalkan Mirza yang terbengong-bengong sendiri melihat perlakuan manis Tony pada mantan isterinya itu.

To be continued...

1
Ririn Nursisminingsih
pingin tak gibenge ae mirza kok ngeyelae
Ririn Nursisminingsih
mirza ini emang gedek banget udah salah ngeyel..
Ririn Nursisminingsih
emang kok setiap kita marah,cemburu,kesel sama pasangan solosinya bercinra🤣🤣
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): otomatis langsung baikan lagi ya😆😆
total 1 replies
Ninik Srikatmini
mantul ren.. skak mak tuh si clau
Ririn Nursisminingsih
kasian renata selalu disakiti kpn bahagianya
Ririn Nursisminingsih
PD sekali kmu mirza..
Ninik Srikatmini
👍👍👍gpp thor
Ninik Srikatmini
😜😜😜
Ninik Srikatmini
hareudaaaang...
Ninik Srikatmini
hahahaaas kna mental luh mirza- vannesa
Ninik Srikatmini
😘😘semangat ya
Ririn Nursisminingsih
rasain loo kmu bercinta dg jalanh yg kmu cintai ternyata player
Ririn Nursisminingsih
syukurin mirza lagian dulu wktu berhubungan sama mirza dipaksa yas ren
Ririn Nursisminingsih
kmu aja yg bodoh virza dimanfaati doang coba dong diselidiki..
Ririn Nursisminingsih
mirza goblok banget main dg wanita bekas laki2 lain
Ririn Nursisminingsih
mirza yg bodoh bercinta dg jalang
Ririn Nursisminingsih
mirza2 bodoh kmu buang berlian demi batu kerikil
Ririn Nursisminingsih
cantikk thor udah visualnya ini aja
Umi Aswari
kok nmnya anknya dito Thor.. kyk nm bapak2
Dea Abdullah
teori renata sm tong aja mantan sk celap celup
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!