Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.
Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.
Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.
"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.
Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Kecewa Dan Bahagia
Tangan Yoda mengepal, rahangnya mengeras. Dia kesal dengan Amira yang ternyata lebih memilih jalan dengan Iqbal, padahal kemarin malam dia sengaja mengajak Amira joging Minggu ini, via pesan WA.
"Pantas saja Amira tidak memberi jawaban yang pasti, ternyata dia memilih dengan polisi itu. Mereka benar-benar pacaran. Harusnya Amira bilang kalau dia tidak bisa dan akan jalan sama pacarnya. Sialan, kenapa aku begitu besar terhadap Amira?"
Yoda sangat kecewa, dia berdiri dengan emosi yang membara. Langkah kakinya kasar, ia berjalan menghampiri pedagang kaki lima yang ditongkrongi Amira dan Iqbal.
Dengan sengaja Yoda membeli minuman dingin di sana. Dia mengambil satu botol minuman mineral dari box yang berisi berbagai minuman dingin.
"Berapa?" tanyanya pada pedagang batagor kuah itu dengan suara yang keras. Wajahnya sengaja ia tolehkan ke arah Amira dan Iqbal tanpa berpaling, sampai Amira dan Iqbal benar-benar beralih padanya.
"Empat ribu," sahut pedagang batagor kuah itu. Yoda meraih uang lima ribu lalu membayar air mineral itu tanpa meminta kembalian. Dan benar saja, Amira dan Iqbal yang duduk lesehan berhadap-hadapan, menoleh ke arah Yoda bersamaan.
Amira tersentak, Iqbal juga. Namun, Iqbal langsung menguasai keadaan, dia memasang wajah angkuh dengan cepat. Dia seperti ingin mengatakan, 'nih aku sedang bersama Amira'.
Tatap Iqbal seperti mengejek bagi Yoda. Yoda membalas tatapan Iqbal dengan sinis. Lalu ia beralih menatap Amira, agak lama. Tatap Yoda menyiratkan perasaan yang sangat kecewa. Dia mendilak sebelum kakinya benar-benar melangkah pergi, tanpa menyapa atau berkata apa-apa terhadap Amira.
Amira masih kaget sampai sosok Yoda pergi menjauh.
"Kak Yoda," panggilnya, tangannya terayun ke atas.
"Om tentara lagi. Dia itu, ya, seperti benar-benar mengikuti kita saja. Apa sih maunya?" Iqbal mendengus tidak suka. Amira mendongak, menatap sekilas pada Iqbal. Ada perasaan tidak suka ketika Iqbal ngomel barusan terhadap Yoda.
"Dia bukan mengikuti kita. Tapi, hari ini kebetulan hari Minggu. Orang-orang banyak yang keluar untuk joging dan sekedar jajan di kaki lima," tutur Amira seperti sedang membela Yoda.
"Tidak mungkin. Pasti dia itu sengaja menguntit kamu dan mengikuti sampai sini. Untung saja kamu bersama aku. Kalau nggak, kamu pasti sudah kena rayuan buayanya," sergah Iqbal. Kata-katanya lagi-lagi sarat dengan provokasi. Itu hal yang paling Amira tidak suka dari Iqbal.
"Nggak Kak. Sebetulnya, Kak Yoda tadi malam mengirimkan pesan WA sama aku. Dia ngajak joging hari ini, tapi aku tadi malam tidak memberi kepastian. Tadi pagi, sebetulnya aku mau kirimkan balasan untuknya, tapi terlupakan karena Kak Iqbal keburu datang sangat pagi sekali," tutur Amira panjang.
Iqbal tersentak, ternyata Yoda sudah lebih dulu daripadanya mengajak Amira joging. Beberapa saat kemudian, bibir Iqbal melebar, dia merasa senang melihat Yoda kecewa melihat kebersamaan dirinya dan Amira.
"Untung saja aku keburu duluan menjemputmu, Dek," kata Iqbal terkekeh penuh kemenangan.
Sementara Amira, merasa bersalah dan tidak enak karena sudah ketahuan sedang bersama Iqbal. Besar kemungkinan, Yoda akan menuding dirinya benar-benar pacaran dengan Iqbal.
"Duhhh, alamat Kak Yoda menduga kalau aku benar-benar pacaran dengan Kak Iqbal."
"Amira, lebih baik kita nikmati batagor kuahnya. Sebentar lagi keburu dingin gara-gara om-om itu datang. Kalau dingin bakal tidak enak," ujar Iqbal.
Amira mulai menyuap batagor kuah yang sudah tidak sepanas tadi dengan cepat. Karena sesaat sebelum Yoda datang, batagor kuah itu baru saja diberikan kang batagor kuah.
Iqbal menatap Amira yang makannya cepat. Dia kadang merasa heran, kenapa gadis secantik Amira makannya cepat dan tidak ada indah-indahnya, meskipun cara makannya tidak belepotan atau bersuara. Tapi, lama-lama selain heran, iapun merasa risih.
"Aku suka sih yang makannya cepat begini. Tapi, Amira bukan seorang Kowad atau Polwan yang sedang pendidikan juga. Kenapa harus kaya orang balapan? Bikin sebentar saja waktu berduaan," omel Iqbal dalam hati.
***
Di tempat lain. Yoda melanjutkan langkahnya menyusuri jalanan yang sudah dijejali orang-orang, baik dari arah yang sama maupun berlawanan. Sesekali mereka menepi untuk sekedar jajan di pedagang kaki lima.
Yoda menepi setelah menemukan penjual kebab, dia membeli kebab jumbo dan sosis bakar untuk dia berikan pada kedua ponakannya yang kebetulan hari ini datang ke rumah orang tuanya.
Setelah jajan kebab dan sosis bakar, Yoda memutuskan kembali ke parkiran. Dia tidak menoleh lagi ke arah penjual batagor kuah tadi yang masih ada Amira dan Iqbal di sana.
Yoda benar-benar kecewa dengan kebersamaan Amira dan Iqbal, terlebih Amira tidak bilang kalau dia tidak bisa ikut joging.
Langkah kaki Yoda memelan, ketika matanya lurus ke depan tertuju pada seorang bocah laki-laki usia sekitar empat tahunan menangis kecil dan bingung. Tangan kanannya memegang gagang balon bus Tayo.
"Adik, kenapa? Kok nangis, di mana orang tuamu?" Yoda segera menghampiri dan meraih bocah kecil itu. Bocah itu menangis lebih keras karena merasa takut dengan Yoda.
Yoda berusaha membujuknya supaya tenang. Dengan lembut bocah itu dia pangku dan didekap dengan penuh kasih sayang.
"Ok, bagus. Tenang, ya. Om akan cari tahu di mana orang tuamu. Tapi, sebentar. Om letakkan jajanan dulu di pengait motor." Yoda menghampiri motornya yang masih terparkir, lalu mengaitkan kantong jajanan di pengait motor.
"Aku harus bawa bocah ini ke pos, supaya orang di pos mengumumkan siapa orang tua bocah ini. Lalai sekali orang tua bocah ini," omelnya kesal.
Yoda segera menuju pos keamanan, dan meminta penjaga mengumumkan berita kehilangan.
Penjaga pos sigap, dia meraih pengeras suara, untuk segera mengumumkan berita kehilangan. "Pengumuman-pengumuman. Telah ditemukan seorang bocah berusia kurang lebih empat tahun. Dengan ciri-ciri ...."
Pengumuman itu berulang-ulang diperdengarkan, sampai sepasang suami istri dengan bocah perempuan berada dalam pangkuan sang istri, menyadari bahwa bocah yang diumumkan merupakan anak lelakinya yang tadi menghilang dalam kerumunan.
"Alhamdulillah, Sayang. Sepertinya, itu anak kita. Dia sudah ditemukan," girang si suami histeris, padahal sebelumnya dia memang sibuk mencari putranya dalam jejalan kerumunan orang. Sepasang suami istri itu terlihat bahagia dan sangat bersyukur. Lalu si suami segera bergegas menuju pos penjagaan. Sementara sang istri dan bocah perempuannya, tetap menunggu.
Sementara itu, Yoda masih sabar membujuk bocah tampan yang terpisah dengan orang tuanya itu, sampai bocah itu benar-benar tenang. Malah, kini dia tertawa kecil dan bisa diajak ngobrol oleh Yoda.
"Namanya siapa, anak tampan?" Yoda bertanya dengan sangat lembut, berharap bocah itu menjawab.
"Avian."
"Apa, Avian? Namanya Avian? Wahh bagus ya namanya anak tampan," puji Yoda. Bocah itu tertawa seraya meraba dagu Yoda yang mulai tumbuh cambang kasar yang belum dicukur lagi.
"Alhamdulillah, orang tua si bocah sudah ada. Dia sedang ke sini," seru penjaga itu.
Mendengar itu, Yoda senang bukan main. Meskipun hari ini Yoda mengalami kekecewaan karena Amira. Namun hari ini juga ia mendapat kebahagiaan sebab orang tua bocah yang terpisah dari orang tuanya telah ditemukan.
Yoda mulai menoleh ke arah orang tua sang bocah. Mata Yoda hampir saja melotot.
Kenapa hampir melotot? Cari tahu nanti di episode selanjutnya.
NB: Kalau tidak keberatan, mampir juga ke karya ini ya. Mohon dukungannya. Makasih Readers tercinta. Selamat malam minggu, semoga malam minggu kalian indah dan bahagia. Aamiin....
Semoga dengan melihat ketulusan Yoda, hatimu luluh Amira
pilih yoda aja
biar dia punya masa lalu tapi dia kebih prioritas kan km
lebih baik d cintai amira
inget ya mir ☺️😁
sabar bang Yoda..cinta emang perlu perjuangan.
hmm..Amira ujianmu marai koe kwareken mangan.aku seng Moco Karo mbayangke melok warek pisan mir.🤭
kk othor akuh kasih kopi biar melek bab selanjutnya 😁.