Elena Rosalina adalah gadis desa lulusan sarjana yang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan,harus menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang cleaning service.tapi dia di pertemukan dengan seorang bos CEO Evan Mahendra ya notabennya adalah pemilik Skyline Corporation sebuah perusahaan besar yang di mana di situla Elena bekerja.Elena akhirnya di jadikan sekertaris oleh Evan,disanalah seorang Evan Mahendra baru pertama merasakan jatuh cinta dengan seorang gadis cantik dari desa.apakah hubungan mereka akan tetap berlanjut ...???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indaria_ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27#First kiss
Elena sangat terperangah dengan apa yang dia lihat, bagaimana tidak tubuh Evan benar-benar terpampang begitu nyata di depan mata Elena, membuat aliran darah Elena berdesir hebat.
Evan sendiri pun merasakan hal yang sama, sentuhan Elena di punggungnya benar-benar membuat aliran darahnya menjadi panas.
Sebagai laki-laki normal kejantanan Evan pun tidak bisa di kendalikan, sang junior tiba-tiba terbangun dengan sendirinya, dengan susah payah Evan mencoba mengendalikannya.
"Sudah Pak, punggungnya sudah semua!" ucap Elena yang ingin segera bangkit dari duduknya dan ingin segera berlari sejauh-jauhnya, tapi dengan cepat Evan pun membalikan badannya.
"Yang ini juga!" ucap Evan yang menunjukan badan serta perutnya yang masih terlihat merah.
"Apa yang bagian dada dan perut juga?" ucap Elana yang kembali harus di hadapkan dengan melihat tubuh, serta otot-otot perut Evan yang terlihat kotak-kotak disana terpampang begitu nyata nyaris sempurna, dengan susah payah Elena bernafas bahkan dia sampai menelan ludah karena saking tidak kuat melihatnya.
"Tentu saja seluruh tubuh saya terasa gatal!" ucap Evan yang sedikit berbohong padahal obat yang di berikan Anton sudah bereaksi, gatalnya pun sudah mulai hilang. Elena pun terdiam "Apa jadinya kalau aku sampai bersentuhan dengan badan Pak Evan, tadi hanya punggung saja sudah membuat jantungan" ucap Elena dalam hati.
"Kenapa malah diam!" ucap Evan yang merasa gemas melihat wajah Elena yang entah sudah seperti kepiting rebus.
"Eh iya Pak." dengan memberanikan diri Elena segera menaburkan bedak itu kedada dan perut Evan, dengan segera dia pun mengusap kedada Evan, sungguh jantung Elena pun benar-benar seperti mau lepas.
Evan pun kembali merasakan kenyamanan saat Elena mulai mengusap bedak didadanya, desiran darahnya mulai semakin memanas.
Evan sedari tadi pun tidak melepaskan padangannya pada wajah Elena, sedang Elena yang merasa di perhatikan sungguh sangat malu.
Kini gantian Elena harus menaburkan bedak itu di perut yang berotot itu, rasanya Elena pun mau pingsan saja, akhirnya dia pun memberanikan diri mengusapnya dengan sangat pelan-pelan.
Evan pun sudah tidak tahan dengan sensasi yang Elena lakukan, dia pun segera menarik tubuh Elena dalam dekapannya. Elena pun sangat terkejut.
"Pak Bapak sedang sakit!" ucap Elena.
Evan pun tidak mendegarkan ucapan Elena dia masih tetap memeluk Elena, akhirnya tatapan mereka bertemu mereka sama-sama merasakan desiran pada tatapan mereka, tatapan Evan pun sungguh tajam pada Elena, nafas mereka berdua pun saling beradu, wajah mereka pun sangat dekat.
Evan pun benar-benar merasakan sesuatu di bawah sana sungguh membuat dirinya bergemuruh, akhirnya Evan pun mendaratkan sebuah kecupan di bibir Elena.
Elena yang merasakan bibir Evan berada disana pun tidak bisa berkata apa-apa, sentuhan Evan benar-benar sangat lembut hingga membuat dirinya seperti tak berdaya.
Evan melihat reaksi Elena yang seperti tidak menolaknya membuat dia mengulang kembali kecupannya, tapi untuk kali ini sangat berbeda Evan semakin Erat mengunci bibir Elena hingga Elena tidak bisa bernafas dengan ulah bosnya. akhirnya Elena pun mendorong tubuh Evan hingga akhirnya Evan pun melepaskan pelukannya.
"Apa yang Bapak lakukan!" Elena pun segera berlari ke kamar mandi, Evan yang melihatnya pun sungguh takut seandainya aksinya membuat Elena membencinya. "Apa yang sudah aku lakukan aku sangat bodoh" ucap Evan dalam hati.
Sementara itu Elena yang berada di dalam kamar mandi sedang memandangi wajahnya yang begitu merah merona, dia pun memegang bibirnya yang baru saja di sentuh oleh bosnya, entah rasa apa yang sedang Elena rasakan. "Pak Evan adalah orang yang pertama kali menyentuh bibir saya" ucap Elena dalam hati.
Sementara disana Evan mulai bangkit dari tempat tidurnya, dia mencoba berdiri untuk segera menemui Elena, tapi ternyata kepalanya masih pusing. Dia akhirnya duduk lagi di ranjang tempat tidur, sampai menunggu Elena keluar. "Semoga Elena tidak marah padaku"
Sementara itu sudah lima menit Elena berada di dalam kamar mandi, akhirnya dia pun memutuskan untuk keluar, dengan nafas yang sudah mulai bisa di kendalikan, Evan yang melihat Elena keluar dari kamar mandi pun segera menatap Elena.
"El, Maafkan atas ketidak sopanan saya!, kamu boleh marah pada saya!" ucap Evan yang masih merasa sangat bersalah.
Elena disana pun masih belum bisa berkata apa-apa, lidahnya pun terasa kaku untuk berbicara.
"Em..Iya Pak, maaf kalau saya tadi mendorong Bapak, saya hanya kaget saja!" ucap Elena dengan suara yang bergetar.
"Duduklah disini!" Evan pun menyuruh Elena duduk di sampingnya, Elena pun akhirnya berjalan dan mendekati Evan disana.
"Sekali lagi maafkan saya ya?" ucap Evan setelah Elena duduk di sampingnya.
"Bapak tau, Bapak orang yang pertama yang sudah menyentuh bibir saya!" ucap Elena yang masih menundukan wajahnya.
Evan yang mendengarnya pun sungguh tidak percaya bahwa dia yang pertama kali menjadi first kiss bagi Elena.
"Benarkah itu?, apa kamu juga tidak mau tau kalau kamu juga orang yang pertama kali mendapat first kiss dari saya!"
Elena pun terkejut dan mungkin hampir tidak percaya Pak Evan yang ketampanannya di gandrungi semua wanita itu baru pertaman kali berciuman.
"Apa Bapak bercanda, seorang CEO ternama belum pernah bersentuhan dengan wanita?" Evan yang mendengarnya pun tersenyum mendengar perkataan Elena.
"Kamu tau kamu adalah orang yang pertama kali saya cintai, bahkan banyak wanita di luar sana yang menginginkan saya. Tapi hati saya belum tergoyahkan, entah mengapa pertama kali saya bertemu denganmu saya sudah merasa nyaman."
Elena yang mendengarnya pun entah harus tersanjung atau harus bersedih, dia takut kalau hubungan mereka tidak akan lama.
"Pak apa Bapak cepat bosan dengan seseorang?" tanya Elena kembali.
"Apa yang kamu katakan, aku adalah orang yang sangat menghormati cinta, kalau saya sudah nyaman pada seseorang di situlah saya akan selalu berada!, Oya sekarang tidurlah, kamu pasti sudah lelah!" ucap Evan pada Elena.
Benar saja jam sudah menunjukan pukul dua malam, akhirnya Evan dan Elena terpaksa tidur bersama di ranjang itu. Elena pun memberi sekat di tengah-tengah tempat tidur dengan sebuah guling, Evan semakin gemas melihat tingkah Elena yang merasa takut dengan dirinya.
Akhirnya pagi pun tiba, disana Evan sudah terbangun sedari tadi, dia pun hanya bisa duduk dan bersandar di ranjang tempat tidur, Evan pun tidak bisa bergerak sama sekali guling yang di buat sekat oleh Elena sudah entah kemana.
Elena yang mulai terbangun pun kaget dia melihat Evan sedang duduk di sampingnya, bahkan dia baru sadar kalau sejak semalam dia tidur dengan memeluk Evan disana, Elena pun terperanjat dan akhirnya terbangun, Evan yang melihatnya pun menahan tawanya.
"Kamu sudah bangun?" tanya Evan pada Elena.
"Iiiii...Iya Pak, kenapa Bapak sudah bangun dan tidak membangunkan saya?, terus kenapa guling itu tidak ada Pak?" Evan pun sudah tidak bisa menahan tawanya.
"Guling itu kamu lempar, kamu lebih nyaman memakai badan saya untuk kamu di jadikan guling!"
Elena yang mendengarnya pun sungguh malu, dia segera bergegas bangun dan segera lari kekamar mandi agar bisa menjauh dari bosnya, dia sungguh sangat malu.
#TUNGGU KELANJUTANNYA YA...JANGAN LUPA DUKUNG TERUS AUTHOR....LIKE DAN KOMENNYA YA...TERIMAKASIH#