Perjodohan adalah sebuah hal yang sangat
di benci oleh Abraham, seorang pengusaha
muda penerus kerajaan bisnis keluarga nya.
Dia adalah sosok yang sangat di puja dan di
damba oleh setiap wanita, dia merupakan
calon menantu yang sangat ideal dan di
impikan oleh setiap pengusaha dan para
bangsawan yang memiliki anak gadis, jadi
baginya hanya dengan menjentikkan jari
saja, wanita manapun akan dengan senang
hati memasrahkan dirinya untuk merangkak
di bawah kakinya.
Tapi..justru kakeknya, sang pemilik dan
penguasa serta pemegang kendali penuh
dari semua kekayaan keluarganya malah
memilihkan jodoh untuknya.
Dan sialnya lagi..wanita pilihan kakeknya
bukanlah wanita dengan kriteria dan tife
yang selama ini selalu menjadi standard nya.
Abraham sangat membenci keputusan sang
kakek. Namun demi warisan dan kendali penuh
atas segala kekuasaan yang telah di janjikan
padanya. Dengan terpaksa Aham menerima
semua keputusan kakeknya tersebut..
Dan bagi wanita yang juga terpaksa menerima
perjodohan ini..bagaimana kah dia akan bisa
menjalani hidupnya bersama seorang pria yang
sama sekali tidak menginginkan kehadirannya.?
Takdir seakan menjungkir balikan kehidupan
seorang gadis biasa terpaksa yang harus
masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga
yang di penuhi dengan keangkuhan dan
kesombongan akan dunia yang hanya
tergenggam sementara saja..
**Tetaplah untuk selalu di jalanNya..**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Pengumuman Penting
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
♥️♥️♥️♥️♥️
Setelah kepergian Aham, tidak lama kemudian
Pak Ali dan Rani masuk ke dalam ruangan.
"Nona Muda.. bagaimana keadaan anda sekarang?
semalam saya sangat cemas, tapi tidak berani
datang ke sini."
Naya memegang tangan Rani seraya tersenyum
lembut. Dia juga menatap Pak Ali sebentar.
"Aku sudah lebih baik sekarang Ran. Terimakasih
sudah peduli padaku ."
"Apa yang Nona katakan ? tentu saja kami peduli.
Anda adalah Nona kami."
Naya terlihat begitu terharu.
"Sekarang sebaiknya Nona makan dulu, Rani membawakan makanan pavorite Nona dari
rumah."
Pak Ali berucap. Naya tersenyum seraya
mengangguk semangat. Rani segera membuka
kotak makan yang tadi di bawanya.
"Kalau begitu saya akan menemui Dokter Rama
di ruangannya.."
"Baiklah Pak, katakan padanya saya sudah baik-
baik saja, saya ingin istirahat di rumah saja..!"
"Baik Nona, akan saya sampaikan."
Pak Ali berlalu keluar ruangan. Rani sudah siap
ingin menyuapi Naya.
"Aku bisa sendiri Ran.."
Naya tersenyum sambil meraih kotak makan dari
tangan Rani yang terlihat sedikit kecewa, tapi dia
tidak bisa memaksa. Naya mulai menikmati
makanannya dengan lahap. Dia memang merasa
lapar saat ini. Makanan dari rumah sakit belum
sempat di sentuhnya.
"Semalam semua orang terlihat syok Nona.."
Naya menatap Rani sekilas. Kembali pada
makanannya.
"Oya..? Aku menyesal. Pasti acara pestanya jadi
terganggu karena aku.."
"Nyonya Elen memang sempat marah-marah.
Tapi Nona Meline memutuskan untuk mengakhiri
pestanya lebih awal."
"Kenapa begitu ? Para tamu pasti kecewa."
"Tidak Nona. Mereka sendiri yang memilih untuk
segera pulang. Semua orang di periksa satu per
satu oleh pengawal Tuan Muda, jadi mereka ketakutan."
Naya menghentikan makannya. Dia terlihat
terkejut mendengar hal ini.
"Sepertinya itu sedikit berlebihan."
Gumam Naya sambil menggeleng dan
mengocek makanannya.
"Tuan Muda sangat marah semalam saat melihat
kondisi Nona. Dan semua orang di buat tegang
saat kami harus di periksa satu-satu. Sepertinya
Tuan sangat khawatir pada anda Nona.."
Naya terdiam, dia menghentikan makannya
kemudian memberikan kotak makannya
pada Rani.
"Kenapa tidak di habiskan Nona ? sayang masih
tersisa banyak."
"Aku sudah kenyang Ran.."
Rani akhir nya membereskan kembali kotak
makan tersebut. Sementara Naya masih terdiam
dengan seribu pertanyaan yang kini bersarang
di dalam kepalanya.
----- ------
Siang hari akhirnya Naya bisa keluar dari rumah
sakit setelah di pastikan kondisinya membaik.
Mobil yang membawa Naya berhenti tepat di
depan pintu utama. Pak Ali membukakan pintu
mobil. Naya keluar dari dalam mobil dengan
hati-hati. Kondisi tubuhnya saat ini masih sedikit
lemas dan pucat. Dengan di papah oleh Rani
Naya berjalan menuju kamar belakang melalui
halaman samping istana.
Naya membaringkan tubuhnya perlahan di atas
tempat tidur. Beberapa pelayan tampak datang
ke kamarnya, menanyakan kondisinya. Hanya
pelayan yang tidak menyukainya saja yang tidak datang melihat keadaannya.
"Nona istirahat ya, saya mau menyelesaikan
pekerjaan saya dulu. Nanti setelah selesai
saya kesini lagi menemani Nona.."
Naya mengangguk seraya tersenyum ke arah
Rani yang saat ini berdiri dengan membawa
nampan makanan.
"Terimakasih ya Rani.."
"Sama-sama Nona, saya permisi."
Rani keluar dari kamar. Naya kembali mencoba
memejamkan matanya. Karena pengaruh obat
yang di konsumsi nya, rasa kantuk langsung saja
menyerang, membuat Naya tidak sadar tertidur
lelap. Tubuhnya tahu kalau dia butuh istirahat
untuk memulihkan kondisi fisiknya.
Sore hari menjelang..
Byurrr !
Naya tersentak, langsung terbangun dari tidurnya.
Dia melihat kini tubuhnya sudah dalam keadaan
basah kuyup. Dia menatap nanar sosok Nyonya
Elen yang tengah berdiri berkacak pinggang di
pinggir tempat tidur, di kawal oleh dua pelayan
wanita yang tempo hari sempat cekcok dengan
Naya.
"Nyo-nyonya..apa salah saya kali ini.?"
Naya berusaha bangkit dari tempat tidur. Namun
saat kakinya sudah menapak di lantai Nyonya
Elen mendorong tubuhnya dengan keras hingga terjatuh ke atas tempat tidur.
"Apa salahmu .? Kamu ini bodoh atau dungu ya ?
Semalam kamu sudah mengacaukan pesta anak
saya, kamu masih tanya kesalahan kamu.?"
Nyonya Elen maju mencengkram dagu Naya
membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Maaf Nyonya..saya tidak bermaksud mengacau
pesta Nona. Sungguh saya.."
"Tidak sengaja katamu ? Aku sudah tahu akal
bulusmu, lagipula siapa yang mengijinkan kamu
datang ke sana hahh.?"
"Sa-saya..hanya menemani Tuan Noah Nyonya.."
Plak !
Naya memekik kuat. Wajahnya berpaling kencang .
Satu tamparan keras yang di layangkan oleh
Nyonya Elen sudah membuat pipi sebelah kirinya memiliki cap jari ibu mertuanya itu. Air mata
langsung saja terjun bebas membasahi wajah
Naya. Dia terisak,rasa perih dan pilu kini bercampur.
Dua pelayan tadi hanya tersenyum puas melihat
apa yang di lakukan oleh Nyonya Besar pada Naya .
"Rasain..! pelayan baru aja belagu..!"
Desis mereka seraya menyebikkan bibirnya
penuh dengan kepuasan.
"Siram lagi dia..! pelayan malas sepertinya harus
diberi pelajaran yang lebih keras !"
Tanpa ampun pelayan yang satu langsung
mengayunkan ember berisi air di siramkan
kembali ke tubuh Naya. Tangis Naya semakin
pecah. Dia mencengkram ujung pakaiannya
dengan memejamkan matanya kuat.
Cukup , rasanya Naya tidak bisa lagi bertahan
dalam kesabaran kalau begini.
Seorang pelayan tadi kembali maju bersiap
untuk menyiramkan air ke tubuh Naya.
"Tunggu.!"
Pak Ali muncul ke dalam kamar. Dia segera berdiri
menghadang pelayan tadi dengan tatapan penuh
dengan ancaman sekaligus ketegangan. Mata
Nyonya Elen tampak melotot kearah Pak Ali
dengan amarah yang semakin memuncak.
"Minggir kamu Ali..!"
Bentak Nyonya Elen sambil mendorong keras
tubuh Pak Ali.
"Tidak Nyonya, anda sudah melewati batas !"
"Apa katamu ? Kamu melawanku hahh.?"
"Saya hanya berusaha melindungi amanah Tuan
Besar Nyonya..!"
"Hahh.. benarkah ? persetan ! nyatanya lelaki
tua itu kini sudah berada di dalam tanah. !"
"Ibu.. tolong..! hentikan semua sikap angkuh mu
ini, aku mohon..!"
Naya berucap dengan intonasi yang cukup kuat.
Dia berdiri dengan keadaan tubuh yang kacau.
Tatapan mata Nyonya Elen kini beralih pada
Naya dengan sorot mata penuh kemarahan.
"Ohh..berani melawanku sekarang ? Apa katamu
tadi, ibuu..?? Kurang ajar kamu !"
Nyonya Elen mengangkat tangannya.
"Walau berusaha ibu ingkari, kenyataan nya aku
adalah menantumu ! Sudah cukup bagiku untuk
melihat semua sikap arogan ibu selama ini..!"
" Sampai kapanpun aku tidak akan pernah
menerima menantu rendahan seperti kamu..!
Tidak akan pernah ! ingat itu.!!"
Teriak Nyonya Elen kalap. Dia kembali mengayunkan tangannya. Namun kali ini Naya menangkap nya.
"Sudah cukup Ibu..! Sampai saat ini aku masih
berusaha untuk menghormati mu, karena kau
adalah ibu dari suamiku.! Tapi perbuatan ibu
sudah sangat keterlaluan.!"
Mata keduanya saling menatap tajam. Dua
pelayan tadi tampak saling pandang dengan
wajah pucat dan sedikit gemetaran. Apa yang
mereka dengar barusan, menantu.??
"Dengar ya kamu, sekali pelayan..! bagiku..kamu
tetaplah pelayan, rendahan..!"
Nyonya Elen kembali mendorong keras tubuh
Naya hingga mundur beberapa langkah ke
belakang hingga kepalanya membentur dinding
kamar.
"Nona Muda..!"
Pak Ali segera mendekat kearah Naya yang kini
tampak meringis memegangi kepalanya yang
terasa pusing, pandangan nya pun mulai kabur.
"Bawa wanita ini ke gudang belakang ! Aku ingin
melihat, seberapa besar nyalinya hingga dia
berani melawanku !"
Titah Nyonya Elen pada dua pelayan tadi yang
terlihat ragu-ragu.
"Cepat ! apa yang kalian tunggu !"
"Hentikan !! satu langkah lagi kalian maju, aku
tidak bisa menjamin kaki kalian masih utuh
saat keluar dari rumah ini.!"
Semua orang membeku di tempat saat mendengar
suara berat yang penuh dengan intimidasi itu. Dua
pelayan tadi langsung duduk bersimpuh di lantai
saat melihat kemunculan Aham di ambang pintu.
Wajah Aham terlihat membesi, dia menatap tajam
kearah Nyonya Elen dengan luapan api amarah
yang kini memenuhi dadanya.
Nyonya Elen mundur, dia menatap gemetar kearah
Aham yang melangkah masuk ke dalam kamar.
Sementara Naya hanya melirik lemah, tubuhnya
luruh ke lantai karena kakinya tidak bisa lagi
menopang tubuhnya. Dia kehilangan tenaga.
kepalanya semakin pusing, pandangannya
semakin samar .
Dalam sekali gerakan, Aham mengangkat tubuh
lemah Naya kedalam pangkuan nya. Di tatapnya
sebentar wajah Naya yang pucat pasi dengan
mata terpejam. Wanita itu kini sudah terkulai tak
sadarkan diri dalam pelukannya.
Tatapan tajam Aham kembali menghujam ke
arah Nyonya Elen yang terdiam.
"Kau..seorang ibu yang tidak punya hati.!"
Geram Aham dengan wajah di penuhi kekecewaan
sekaligus rasa sakit.
"A-Aham..dia sudah.."
"Aku tidak bisa menerima semua ini..!"
"Aham.. tunggu ! Apa yang terjadi padamu..?
Dia bukan wanita yang tepat untukmu..!"
Teriakan Nyonya Elen tidak di gubris Aham. Dia
melangkah keluar kamar, berjalan cepat menuju
ke dalam Mansion melewati semua pelayan yang terdiam di tempat sambil menundukkan kepala.
----- -----
Rani sudah selesai mengganti pakaian basah Naya.
Aham datang mendekat, dia berdiri di samping
tempat tidur. Matanya menatap lekat wajah Naya
yang masih terpejam. Rani mengoleskan minyak
angin di sekitar kening Naya dan menempelkan aromatherapy khusus di dekat hidung .
Pak Ali datang kemudian duduk bersimpuh di
samping Aham yang sedang berdiri dengan
wajah sedingin bongkahan es.
"Maafkan saya Tuan Muda..saya tidak bisa
menjaga dan melindungi Nona, saya sudah
lalai, silahkan hukum saya Tuan.."
Aham bergeming, dia masih menatap lurus
wajah Naya yang kini terlihat mulai mendesah
pelan. Dia membuka matanya perlahan seraya
memegang kening nya yang masih terasa berat.
"Bangunlah ! Kumpulkan semua pelayan dan
pekerja.! Sebentar lagi aku akan turun !!"
"Baik Tuan."
Pak Ali segera mundur, kemudian berlalu keluar
dari kamar. Rani ikut berdiri dengan menatap lega
kearah Naya yang kini terlihat bangkit dari tidur
nya. Aham segera mendekat kemudian meraih
tubuh Naya kedalam rengkuhannya.
Air mata Naya kembali menetes, dia memeluk
erat tubuh Aham sambil menyusupkan wajahnya
di dada laki-laki itu. Menangis tersedu.
"Kenapa kau masih memelihara kebodohan mu !"
Desis Aham membuat tangis Naya semakin
keras. Dia juga memukuli punggung Aham yang
di peluknya erat. Wajah Aham yang tadi masih
terlihat keras kini mulai datar. Seringai tipis
tercipta di sudut bibirnya. Dia mengibaskan
tangan pada Rani yang langsung mengangguk
kemudian keluar dari kamar.
----- -----
Semua pelayan dan para pekerja di Mansion
sudah berkumpul di ruang tengah. Mereka
semua tampak menundukan kepalanya, saling
lirik dan bertanya lewat isyarat.
"Kenapa kita semua di kumpulkan di sini ?"
Tanya seorang penjaga di bagian gerbang depan.
"Saya juga tidak tahu, sepertinya ada sesuatu
yang penting yang akan di umumkan oleh Tuan
Muda.."
Jawab pekerja bagian taman. Mereka terus
saja saling berbisik di penuhi rasa penasaran.
Sementara dua pelayan tadi yang membantu
Nyonya Elen menganiaya Naya, saat ini mereka sedang berdiri dengan lutut lemas dan kaki
gemetar. Jiwa mereka seakan sudah melayang
dari raganya.
Kalau benar Kanaya adalah menantu di rumah ini,
lalu istri siapakah dia ? Tuan Aham atau Tuan Noah ? Maka berakhirlah sudah karier mereka di istana ini.
Noah dan Meline yang baru muncul di rumah
itu, juga tidak kalah bingung nya melihat semua
pelayan di kumpulkan seperti ini. Biasanya kalau seperti ini pasti ada hal penting yang ingin di sampaikan oleh Tuan Rumah. Dulu Tuan Adi
seringkali melakukan hal ini kalau akan ada
acara penting atau akan diadakan pesta.
Noah dan Meline ikut duduk di sofa. Mereka
penasaran, apa yang ingin di sampaikan oleh
Aham dengan mengumpulkan semua pekerja
seperti ini.
Tidak lama semua orang tampak menundukan
kepala semakin dalam saat melihat kemunculan
Aham ke ruangan itu.
Aham berdiri tegap, menjulang tinggi di hadapan
para pekerja dengan aura dingin yang menyelimuti
dirinya hingga tidak ada seorangpun yang berani
bergerak atau bersuara. Pak Ali dan Leo berdiri di samping kanan kiri Aham.
"Aku sengaja mengumpulkan kalian semua di
sini, untuk mengatakan suatu hal yang sangat
penting. Selama ini Kanaya Az Zahwa..yang kalian kenal sebagai pelayan pribadiku, sebenarnya, dia adalah istriku..! wanita yang sudah di jodohkan denganku dari kecil..!!"
Semua orang tampak terkejut setengah mati.
Termasuk juga Noah dan Meline. Mereka berdua
tidak menduga kalau Aham akan mengumumkan
hal ini secara langsung di hadapan semua
penghuni Mansion.
Hati Noah sedikit mencelos, jadi Aham sudah
mengakui Naya sebagai istrinya ? Dan besar
kemungkinan dia akan menerima kehadiran
gadis itu sebagai istri nya secara utuh. Ada rasa
sakit yang kini menyentuh relung hati Noah.
Apa dia sudah tidak memiliki kesempatan lagi ?
Para pelayan terlihat saling pandang dengan
keterkejutan luar biasa. Wajah mereka juga
rata-rata memucat, apalagi yang pernah berlaku
kurang mengenakkan terhadap Naya.
"Oleh karena itu, mulai detik ini, aku minta kalian
perlakukan dia sebagaimana mestinya. Sebagai
Nona Muda di rumah ini."
Kembali Aham berucap dengan tegas.
"Baik Tuan Muda.."
Serempak semua pekerja sambil membungkuk.
Aham menatap para pelayan itu. Dan kini tatapan
nya jatuh di dua pelayan tadi.
"Kalian berdua ! angkat kaki dari rumah ini..!!"
"Ampun Tuan Muda..tolong ampuni kami.
Sungguh kami menyesal Tuan. Kami tidak tahu
kalau Nona Kanaya adalah istri anda.."
Aham mengibaskan tangan dengan pandangan
keras kearah dua pelayan tadi.
"Urus administrasi mereka berdua !"
"Baik Tuan.."
Pak Alie mengangguk cepat.
"Seret mereka berdua ! Aku tidak ingin lagi
melihat muka-muka mereka di rumah ini..!!"
Titah Aham sambil kemudian berlalu keluar
ruangan itu menuju kearah ruang kerja.
Noah dan Meline kembali saling pandang
bingung. Sebenarnya apa yang telah terjadi ?
"Jadi Kak Aham sudah mengakui wanita itu
sebagai istrinya."
Gumam Meline seraya merebahkan kepalanya
di sandaran sofa.
"Sepertinya begitu. Dan ini sesuatu yang buruk
bagiku.!"
Sahut Noah. Meline melirik cepat. Dia mendesah
pelan. Apa sih yang ada dalam diri wanita itu
hingga Kakak nya Noah yang tampan ini begitu
berminat padanya. Huuhh..Meline sungguh tidak
bisa menerima semua ini.!
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Bersambung.....