Dua Orang yang tidak mempercayai cinta, dipertemuan dalam sebuah pernikahan yang dilakukan hanya untuk pencitraan semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba juga
"Aku harap ini adalah kali terkahir aku berurusan denganmu, entah apa yang akan aku lakukan padamu jika kau berusaha mengusikku lagi ataupun orang-orang terdekat ku," ancam Sammy sebelum meninggal kantor polisi.
Saddam menyeringai menatap kepergian Sammy.
Kau pikir aku orang bodoh yang akan membiarkan kalian menggunakan cara licik untuk mendapatkan harta Mr. Dario. Untung aku sudah membuat salinannya, jadi aku bisa memberitahukan Mr. Dario kebusukan yang kalian sembunyikan darinya. Selain aku akan mendapatkan imbalan yang besar dari Tuan Dario, aku juga bisa menggagalkan pernikahan kalian. Dan itu berarti aku bisa membalas sakit hati atas penolakan mu Lala.
Tepat di hari pernikahan Lala dan Dhiv, Saddam mengirim orang kepercayaannya untuk menyampaikan surat kontrak perjanjian nikah Lala dan Dhiv kepada Dario Caffaso.
"Berikan amplop ini kepada Mr. Dario," ucap Saddam
"Baik Juragan,"
Lelaki itu segera bergegas meninggalkan kediaman Saddam menuju ke Jakarta.
Setibanya di Jakarta Ia segera menuju Hotel tempat resepsi pernikahan Dhiv dan Lala.
Ia meminta ijin masuk kepada pihak sekuriti, namun kerena tak memiliki undangan iapun dilarang masuk. Karena terus mencoba menerobos masuk pihak keamanan kemudian mengusirnya.
Meskipun sudah diusir berkali-kali lelaki itu tak putus asa dan terus membuat keributan fi depan lobby hotel. Ia berharap dengan keributan yang dibuatnya, Dario akan segera muncul dan mempersilakan dirinya masuk.
Kendati demikian Dario tetap tak kunjung keluar apalagi menemuinya.
"Ada apa ini ribut-ribut!" seru Bramantyo menghampiri mereka
"Maaf Pak, sepertinya orang ini memaksa masuk untuk menemui Pak Dario," ucap sang kepala sekuriti
Bram melihat sekilas wajah lelaki itu, " Apa yang kau ingin sampaikan kepada putraku?" tanya Bram
"Apa anda orang tua Mr. Dario?" tanya lelaki itu
"Benar, karena Dario sedang sibuk mengurus para tamu-tamunya maka kau bisa menyampaikan keperluan mu kepadaku. Jangan khawatir aku akan menyampaikan apa yang kau sampaikan kepadanya," sahut Bram
"Baiklah kalau begitu, aku harap Bapak bisa menyampaikan surat ini kepadanya," ucap lelaki itu memberikan amplop coklat kepada Bramantyo
Karena penasaran dengan isinya Bram kemudian membukanya.
Betapa terkejutnya ia saat melihat isi surat itu.
"Surat perjanjian kontrak nikah???"
Jadi Dhiv menikahi Lala hanya untuk menjadi pewaris tahta Dario Caffaso. Kau terlalu berani Dhiv, sepertinya aku harus mengamankan surat ini sebelum ada orang yang mengetahuinya.
Bram segera memasukkan amplop coklat itu ke saku jasnya dan kembali masuk kedalam hotel.
Lelaki itu menatap lekat kearah Lala yang duduk di pelaminan bersama Dhiv.
Kasian sekali nasibmu Lala, kau melakukan semua ini hanya untuk mendapatkan uang agar bisa membayar hutang Ibunya. Sungguh mulia hatimu nak, semoga perjuangan mu akan mendatangkan kebahagiaan untukmu,
Setelah acara selesai Lala buru-buru bergegas menuju ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya yang terasa begitu lelah dan penat.
"Akhirnya selesai juga," ucapnya lirih
Tidak lama Dhiv masuk ke kamar tersebut membuat Lala segera bangun dan duduk di bibir ranjang.
"Kenapa harus bangun, tidur saja kalau kau lelah, lagipula aku belum bisa tidur menemani mu karena masih ada beberapa teman-teman ku yang masih berkunjung untuk menyampaikan selamat, jadi kalau kau ngantuk tidur saja duluan tak apa-apa," terang Dhiv
"Baiklah kalau begitu," Lala kembali merebahkan tubuhnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Malam itu Dhiv sengaja menghabiskan malam bersama teman-temannya, hingga bary pulang menjelang pagi.
Lelaki itu pulang dengan keadaan mabuk berat.
*Dor, dor, dor!!!
Lala terbangun saat mendengar suara pintu kamarnya di ketuk oleh suaminya.
"Halo Lala istri kontrak ku," sapa Dhiv saat Lala membukakan pintu untuknya
Gadis itu segera menarik Dhiv masuk dan membungkam mulutnya.
"Ternyata kau mabuk, pantas saja jika omongan mu ngelantur," ucap Lala memapah Dhiv menuju ke ranjangnya
"Sebenarnya aku kasihan padamu karena aku sudah memenjarakan dirimu dalam Neraka ini, apalagi kau tahu jika aku tidak bisa memberikan mu cinta seperti suami lain. Jadi jangan pernah mengharapkan cinta dariku karena itu tidak akan pernah terjadi," celoteh Dhiv sebelum ia akhirnya terlelap dan mendengkur
"Kenapa harus kasian padaku, justru aku yang harusnya kasian padamu karena belum bisa move on dari wanita yang sudah menyakiti mu. Dasar bodoh kau pikir aku akan jatuh cinta padamu apa!" cibir Lala kemudian membaringkan tubuhnya di Sofa
Sebaiknya mulai sekarang aku tidak boleh terlalu dekat dengan Dhiv agar aku tidak terlalu kecewa saat harus berpisah dengannya. Sepertinya ia sengaja memberikan signal agar aku tidak berharap padanya,
Lala melirik kearah Dhiv yang sudah mendengkur dengan keras, ia kemudian menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
********
*Desa Banjaran Bandung
Anak buah Saddam terlihat begitu sumringah saat mendatangi kediaman majikannya untuk melaporkan pekerjaannya kepada Sang Juragan.
"Selamat pagi Juragan," sapa lelaki itu saat melihat sosok Saddam sedang menikmati secangkir kopi hangat di branda rumahnya.
"Bagaimana pekerjaan mu apa semuanya lancar??" tanya Saddam
"Beres Juragan, saya sudah menyampaikan pesannya kepada Tuan Bramantyo ayah dari Tuan Dario," jawab lelaki itu
"Kenapa kau tidak memberikannya langsung kepada Tuan Dario!" seru Saddam
"Itu karena para sekuriti itu melarang ku menemuinya dan malah mengusir ku. Beruntung ada Tuan Bramantyo yang membantuku menyampaikan surat itu kepada Tuan Dario," terang lelaki itu
"Baiklah kalau begitu aku akan menghubungi Tuan Dario untuk memberitahukan kepada beliau jika aku sudah mengirimkan surat kepadanya," ujar Saddam
ia kemudian mengambil ponselnya dan sedekah menghubungi Dario Caffaso. Ia memberitahukan kepada lelaki itu jika ia sudah menitipkan sebuah surat kepada Bramantyo.
"Ok terimakasih atas infonya," jawab Saddam kemudian menutup teleponnya.
Ternyata Bramantyo ingin bermain-main denganku rupanya. Baiklah kalau itu mau mu. Mari kita lihat siapa yang akan jadi pemenangnya.
Dario segera berganti pakaian dan bergegas meninggalkan Wastu Kencana Ungu. Iya sengaja mendatangi Kantor pusat BS Group.
Setibanya di BS GROUP, Bramantyo sama sekali tak terkejut melihat kedatangan mantan menantunya itu.
"Wah, ada angin apa yang membawamu datang kemari?" tanya Bram
"Kedatangan ku kemari karena ingin menanyakan sesuatu padamu," sahut Dario
"Katakanlah apa yang bisa saya bantu?" jawab Bram balik bertanya
"Aku ingin kau memberikan padaku surat untukku yang dititipkan padamu,"
"Oh surat itu ternyata, aku kira kau tidak akan datang sendiri untuk mengambilnya. Jadi aku sudah mengirimkan dokumen itu melalui kurir ekspres," jawab Bram
Dario begitu kesal saat mendengar ucapan lelaki itu. Bagaimanapun juga ia tidak mempercayai lelaki itu.
Ia kemudian berpamitan pulang.
"Kenapa buru-buru sekali, apa kau tidak mau menemani ku minum teh lebih dulu,"
"Tidak bisakah kau menemani ku ngobrol lebih dulu?" tanya Bram
"Maaf ayah aku sibuk, mungkin lain kali saja," jawab Dario kemudian bergegas pergi
Dario yang sudah tak sabar untuk melihat isi surat kontrak yang diceritakan oleh Saddam. Ia segera melesat cepat kembali ke kantornya.
Setibanya di kantor pusat DC group, sekretarisnya segera menghampirinya dan memberikan surat kontrak itu kepadanya.
Seketika mata Dario terlihat berbinar-binar saat melihat Surat kontrak perjanjian nikah ditangannya.
ada