0o0__0o0
Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.
Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.
***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.
0o0__0o0
Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.
Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.
***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."
Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.
"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.
Cup..!
Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.
"DREXLER, FIRST KISS GUE"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Fakta
...0o0__0o0...
...Brum…!...
...Brum…!...
...Deru mobil sport Lyra memecah kesunyian halaman mansion yang baru saja ia porak-porandakan. Suara mesin itu seperti tawa iblis yang bangun dari tidur....
...Lampu depan menyala tajam, memantulkan bayangan-nya di kaca—bayangan seorang gadis yang terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja membuat kekacauan besar....
...Lyra duduk di kursi pengemudi dengan punggung tegak, wajahnya tanpa emosi, nyaris beku. Tangan-nya mencengkeram setir kuat-kuat, tapi mata hitamnya… itu yang paling mengerikan....
...Tidak berkedip. Tidak bergetar. Hanya di penuhi kegelapan yang mengendap—kegelapan yang sudah lama tidak punya tempat lain selain dirinya....
...“Itu akibatnya kalau kalian berani mengusik hidupku.” Suaranya pelan, tapi dingin dan menampar telinga seperti bisikan maut. “Seminggu. Setidaknya satu minggu aku tak perlu melihat wajah-wajah sampah itu.”...
...Lyra menyeringai kecil—senyum tipis yang tidak mengandung kebahagiaan, hanya kekejaman yang di tahan. Rahang-nya mengeras saat ia melirik mansion yang tampak megah tanpa suara manusia....
...Gadis itu menatap tempat itu seperti seorang algojo yang sudah selesai bekerja....
...“Tua bangka itu…” gumam-nya rendah, suaranya menurun seperti racun yang menetes. “Tunggu saja. Saat aku menginjak dua puluh tahun… aku akan merobek semua yang kau punya. Satu per satu. Sampai kau memohon… dan tetap tidak akan kuberi ampun.”...
...Tidak ada amarah yang meledak-ledak. Justru ketenangan Lyra itulah yang paling mengerikan—tenang seperti seseorang yang sudah terbiasa menghancurkan, dan akan terus melakukan-nya....
...Hari ini hanyalah pemanasan....
...Lyra menyentuh bibirnya dengan ujung jarinya, seolah mengingat kembali sensasi kepanikan seseorang di bawah telapak tangan-nya tadi. Senyum gelap itu kembali muncul....
...“Kalian ingin perang ?” bisiknya. “Nikmati dulu hadiah pembuka dariku.”...
...Lyra menginjak pedal gas. Mobilnya meraung seperti hewan buas yang di lepas bebas. Mobil itu melesat keluar dari gerbang mansion—meninggalkan puing, ketakutan, dan kekacauan...
...0o0__0o0...
...Di dalam mansion, keheningan terasa lebih berat dari pada jeritan....
...Seluruh pelayan dan bodyguard berdiri berderet rapi, tak satu pun berani bergerak. Tidak ada suara selain detakan jarum jam dan napas berat yang keluar dari dada Guntur....
...Pria itu berdiri tegak seperti monumen kemarahan yang siap runtuh kapan saja. Wajahnya datar… terlalu datar—hingga dingin-nya menusuk lebih dalam dari pada amarah meledak-ledak....
...Di lantai, Regina masih bersimpuh. Air matanya mengalir tanpa suara, mengguncang bahunya yang lemah. Ia berusaha berdiri, tapi rasa sakit di tubuhnya membuat setiap gerakan tampak seperti perjuangan mempertahankan hidup....
...Tangan-tangan'nya gemetar saat mencoba meraih kaki suaminya. ...
...Namun Guntur tidak menoleh sedikit pun....
...“Regina.” Suaranya akhirnya terdengar—pelan, datar, tapi mengiris. “Apa yang putrimu lakukan… sampai membuat Lyra murka seperti itu ?”...
...Regina menggeleng cepat. Tubuhnya gemetar semakin kuat. Ia memaksa berdiri, hanya mengandalkan satu kaki, sambil menahan rasa sakit yang menusuk sampai ke tulang....
...“A… aku t-tidak tahu… Mas…” jawabnya terbata, tersengal....
...Guntur tetap tak menatapnya....
...“Marta.” ucapnya singkat....
...Kepala pelayan itu segera maju, memberikan ponselnya dengan kedua tangan. Suaranya tenang, tapi terlihat ketakutan tersembunyi di balik sorot matanya....
...“Sinta mengatakan sesuatu yang memancing sisi sensitif nona Lyra, Pak. Ini rekaman-nya.”...
...Guntur mengambil ponsel itu. Matanya menyipit, bukan pada bagian Lyra menghukum Sinta—melainkan pada satu adegan yang membuat atmosfer ruangan langsung menegang....
...Di layar, seorang pria menampar Lyra....
...Tatapan Guntur seketika berubah membeku namun tajam bak belati. “Siapa,” suaranya turun satu oktaf—dingin dan mematikan. “Siapa yang berani menampar putriku ?”...
...Regina memucat seketika. Dadanya naik turun cepat....
...Marta menjawab tegas meski suaranya bergetar halus. “Bagas Maheswari, Pak. Kekasih Sinta.”...
...Deg....
...Jantung Regina seperti berhenti sesaat. Tapi bukan karena takut pada informasi yang Marta bawah. Melainkan pada kenyataan bahwa semua akar masalah berasal dari darah dagingnya sendiri....
...“Kurang ajar…” batin Regina menjerit. “Anak sialan itu benar-benar berani menyeret ku ke dalam kehancuran.” Disisnya geram dalam hati....
...Regina membuka mulut hendak menjelaskan—namun tiba-tiba—...
...BRUK..!...
...Guntur menepis tangan-nya dengan kasar. Regina terjatuh menghantam lantai. Napasnya terputus. Rasa sakit menjalar cepat, membuat tubuhnya gemetar hebat....
...Tak ada seorang pun yang berani menolongnya. Mereka hanya diam menunduk, menjadi saksi bisu atas semua yang terjadi hari ini....
...Guntur mengeluarkan ponsel, menghubungi asisten-nya....
...Dreet..!...
...Sambungan langsung terangkat....
...“Hallo, Bos ? Ada perintah ?” Tanya Fikri to the poin....
...“Berikan pelajaran pada perusahaan Maheswari.” Nada suaranya datar—tapi penuh makna gelap....
...Hening sejenak....
...Kemudian suara Fikri terdengar ragu. “Bos… perusahaan Maheswari… sudah rata. Baru satu jam lalu. Beritanya sudah meledak.”...
...Alis Guntur terangkat sedikit. “Apa maksud mu ?” nadanya rendah namun mengandung peringatan. “Jelaskan.”...
...Fikri menelan ludah sebelum melanjutkan, “Rumor yang beredar… putra Maheswari berselisih dengan pewaris Devereux." Ia menjeda ucapan'nya sejenak....
..."Orang kepercayaan Devereux turun tangan. Dalam waktu kurang dari satu jam, perusahaan itu di hancurkan total. Semua kebusukan-nya di bongkar, dan pemilik-nya sudah di tahan polisi.” Sambung-nya....
..."Cari tau, apa ini ada hubungannya dengan putriku atau tidak." Titah Guntur datar....
...Klik..!...
...Panggilan berakhir....
...Keheningan kembali menguasai ruangan. Namun kali ini… heningnya berbeda. Lebih kelam. Lebih berat....
...Guntur perlahan menurunkan ponselnya, wajahnya berubah tajam—bukan marah. Tapi menghitung. Mencoba Memahami situasi....
...Tanpa Guntur ketahui, Ada kekuatan lain yang bergerak demi melindungi Lyra. Dan itu bukan sekadar kekuatan biasa. Power Devereux tidak bisa di tandingi oleh siapapun....
...Keheningan di ruang utama mansion terasa seperti jerat. Semua pelayan menundukkan kepala. Tak ada yang berani mengangkat wajah. Tidak ada yang berani bernapas terlalu keras....
...Regina masih tergeletak di lantai, tubuhnya gemetar hebat. Rasa sakit menjalar dari tulang hingga ke dada. Namun ketakutan-nya pada Guntur jauh lebih besar....
...Pria itu berdiri tegak, tangan-nya masih berada di dalam saku celana. Wajahnya datar… terlalu tenang. Tenang yang mematikan....
...“Regina.” Suara itu pelan, namun membuat seluruh tubuh Regina merinding....
...Wanita itu mengangkat wajahnya perlahan, air mata mengalir. “M—Mas… a-aku… aku bisa jelaskan…”...
...“Diam.”...
...Satu kata datar. Tapi cukup untuk membuat Regina langsung membeku seperti batu....
...Guntur melangkah mendekat, langkah kakinya berat dan tenang, seolah setiap hentakan di rancang untuk menekan jantung orang yang mendengar-nya....
...Laki-laki itu berhenti tepat di depan Regina....
...“Kau tahu putrimu selalu menjadi duri bagi Lyra.” Suaranya tetap datar. Tidak meninggi. Tidak meledak....
...Justru ketenangan dingin-nya jauh lebih menyeramkan....
...Regina menelan ludah. “Mas… Sinta tidak b-b—”...
...“Kau membesarkan anak yang bahkan tidak tahu tempatnya.” Potongnya cepat, tepat sasaran....
...Guntur menunduk sedikit, tatapan-nya tajam seperti belati yang menusuk langsung ke jiwa....
...“Kau mendidiknya lemah, ceroboh, dan bodoh. Dan sekarang ? Dia berani mengusik Lyra.”...
...Regina menggigil semakin keras. “Ma—maafkan aku… aku tidak tahu kalau Sinta—”...
...“Kau tidak tahu ?” Guntur menyeringai tipis—senyum sinis yang sangat jarang muncul. “Kau tinggal di rumah ini puluhan tahun, tapi tidak tahu putrimu mengusik pewaris keluarga ini ?”...
...Nada suaranya berubah lebih dingin. “Itu kebodohan… atau pengkhianatan ?”...
...Regina langsung tersedu. “T-tidak! Aku tidak mungkin mengkhianati Mas dan Nona Lyra! Sumpah—aku… aku akan menghukum Sinta. Akan aku—”...
...“Kau ?” Guntur memotong dengan lirih. “Kau sudah kehilangan hak untuk menyentuh urusan Lyra.”...
...Regina pucat. Napasnya tercekat....
...Guntur menegakkan tubuh, lalu berbicara dengan suara yang lebih rendah, seperti bisikan iblis yang turun ke telinganya....
...“Dengar baik-baik, Regina. Di rumah ini… satu-satunya kesalahan terbesar yang tidak boleh di lakukan adalah mengusik Lyra.”...
...Regina menundukkan kepala dalam-dalam, tangan gemetar....
...“Aku akan memberikan mu pelajaran,” lanjutnya dingin, “agar kau tidak lupa tempat mu sebagai pelayan. Bukan sebagai ibu yang sok berkuasa. Bukan sebagai orang yang bebas membiarkan anak mu bertindak bodoh.”...
...Regina membeku, tubuhnya kaku....
...Guntur mengangkat tangan dan menjentikkan jarinya sekali. Isyarat kecil, tapi cukup bagi tiga bodyguard besar di belakang untuk maju tanpa suara....
...Regina langsung panik. “M-Mas… jangan… aku mohon… a-aku akan memperbaiki semuanya… aku akan peringatkan Sinta… aku akan—”...
...“Tidak ada kata ‘akan’.” potongnya cepat. Guntur menatap-nya seperti menatap sampah. “Kau akan merasakan sendiri akibatnya… sehingga lain kali, sebelum putrimu menyentuh Lyra, kau akan sigap agar dia tidak melakukan-nya lagi.”...
...Bodyguard mendekat. Regina gemetar hebat, tubuhnya berusaha mundur namun kakinya lemah....
...“Bawa dia ke ruang disiplin.” Titah Guntur akhirnya keluar dingin, final....
...Regina terkejut, wajahnya langsung pucat Pasih. “Tidak—!! Mas… Mas, a-aku mohon… jangan kesana… aku… aku tidak kuat, Mas… aku—”...
...“Justru itu tujuan-nya.” kata guntur datar. Tanpa perasaan....
...Regina langsung jatuh terduduk. Bodyguard mencengkeram lengan-nya....
...“Mas… Mas Guntur! Ampuni aku… aku mohon… a-aku tidak akan biarkan Sinta menyentuh Nona Lyra lagi… Mas… Mas!!”...
...Guntur berbalik, tidak menatap-nya lagi....
...“Pelajaran bukan untuk membuat mu mati, Regina.” Nada suaranya pelan namun lebih gelap dari sebelum'nya. “Pelajaran itu untuk memastikan kau tidak lupa… siapa yang kau layani.”...
...Regina di seret pergi, tangisnya menggema di seluruh mansion....
...Tidak ada yang berani mengangkat wajah....
...Tidak ada yang berani bernapas....
...Dan Guntur hanya berdiri kembali di tempatnya, tatapan-nya kosong namun mengandung badai....
...“Aku tak akan biarkan siapapun menyentuh Lyra,” gumam-nya pelan. "Tidak akan pernah." Tekannya dingin....
...0o0__0o0...
pak guntur ini bukannya sayang bgt sm regina dn memanjakannya nya tp dia juga tegas menghukum kalo regina salah,,bagus sih 😂
krna lyra udh keterlaluan sih menurutku sebagai anak dn diluar papanya yg salah atau gimana dn pak guntur meskipun udh blokir semua kartu lyra tp dia yg sebatas itu aja gk berani mukul atau ngusir lyra gtu kan jd pasti ada wasiat sesuatu nih yg bikin pak guntur gk berani 🤔