Kanaya Cempaka, seorang gadis yang sering menjadi target buli dan selalu dihina parasnya yang tidak cantik, culun, hitam, penuh jerawat dan jangan lupa kacamata tebal yang dipakainya menambah kesan kejelekan Kanaya yang hakiki.
Jonathan Dharsono, pria tampan yang sangat membenci Kanaya. Hampir setiap hari Jonathan menghina dan membuli Kanaya dengan kejamnya.
Akibat hinaan dan bullyan yang diterima Kanaya, membuat Kanaya bertekad untuk merubah takdirnya dengan cara merubah penampilannya.
Bagaimanakah reaksi Jonathan saat bertemu kembali dengan Kanaya yang sudah berubah menjadi sangat cantik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Kanaya
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
Hari ini Kanaya tidak fokus bekerja, pikirannya kemana-mana memikirkan apa yang harus dia lakukan dan jawab jika seandainya nanti Rama menanyakan perihal lamaran itu.
"Hai, kok melamun!" seru Rama denganencubit pipi Kanaya.
"Astagfirullah, Pak Rama."
"Kamu ngelamunin apa? dari tadi aku panggil-panggil kok ga menjawab malah melamun, apa tadi Papaku mengatakan sesuatu yang membuatmu terluka?"
"Ah, tidak kok Tuan Krismawan tidak mengatakan hal yang macam-macam."
"Terus kenapa kamu melamun?"
"Tidak kok, hanya ada sesuatu yang mengganggu pikiranku saja."
"Apa? apa ada yang mengganggumu lagi? siapa orangnya? kasih tahu aku, biar aku kasih pelajaran tuh orang," kesal Rama.
Kanaya pun tersenyum, kemudian membereskan meja kerjanya lalu mengambil tas dan merangkul lengan Rama.
"Tidak ada yang menggangguku, ayo kita pulang aku baru sadar kalau pabrik ini sudah kosong," seru Kanaya dengan cengirannya.
Rama pun mengacak-ngacak rambut Kanaya, dia merasa gemas kalau Kanaya manja kepadanya. Saat ini Kanaya memang jauh berbeda dengan Kanaya yang baru pertama kali Rama melihatnya.
Saat ini Kanaya jadi lebih ceria tidak seperti dulu yang hanya diam dan selalu menundukan kepala kala bertemu dengan orang.
Rama mengantarkan Kanaya pulang, Kanaya pun langsung masuk ke dalam kamarnya. Kanaya terduduk di ujung ranjang dan terdiam, dia sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan dan jawab.
***
Satu minggu kemudian....
Hari ini adalah tepat hari ulang tahun Kanaya, tapi Kanaya seolah-olah biasa-biasa saja karena memang selama ini Kanaya tidak pernah merayakan ulang tahun jadi kadang-kadang dia suka lupa dengan ulang tahunnya sendiri.
Seperti biasa Kanaya dan Gina berangkat ke pabrik dengan naik bus. Kedua wanita cantik itu selalu ceria dan tertawa bersama, apalagi saat ini Kanaya terlihat menunjukan raut wajah yang bahagia karena setelah seminggu berpikir akhirnya Kanaya tahu apa jawaban yang harus Kanaya berikan kepada Papanya Rama.
Apapun yang nanti menjadi keputusannya, dia hanya berdo'a semoga ini yang terbaik untuknya.
"Ay, kamu kenapa kok kelihatan bahagia sekali? jangan-jangan Pak Rama melamar kamu ya?" tanya Gina.
"Ih kepo...."
"Haish...sudah mulai rahasia-rahasiaan kamu sekarang, ga asyik ah Ay," sahut Gina dengan mencebikan bibirnya.
"Idih gitu aja ngambek, nanti saja kalau semuanya sudah jelas aku janji bakalan cerita sama kamu."
"Janji ya, awas kalau bohong."
"Iya-iya bawel."
Kanaya pun merangkul pundak sahabatnya itu, tidak lama kemudian mereka pun sampai di pabrik, Kanaya langsung menuju ruangan Rama karena ada yang mau dia bicarakan dengan Rama.
Tok..tok..tok..
"Masuk."
"Pagi, Pak Rama."
Rama mengangkat wajahnya, senyumnya langsung tetsungging saat melihat siapa yang sudah datang pagi-pagi ke ruangannya. Rama bangkit dari duduknya dab segera menghampiri Kanaya.
"Ada apa, tumben pagi-pagi sudah datang kesini? kangen ya!" goda Rama.
"Ih apaan sih A, PD banget."
"Lah kalau ga kangen, mau ngapain coba datang kesini?"
"Ehmm...sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan sama Aa."
"Aku juga sama ada yang mau aku bicarakan sama kamu."
"Lah kok samaan? ya sudah, Aa duluan aja yang ngomong."
"Nanti malam saja, soalnya aku mau ngajak kamu keluar."
"Mau ngajak kemana?"
"Rahasia dong, pokoknya ke tempat spesial."
"Ishh..ishh..ishh..main rahasia-rahasiaan," ketus Kanaya.
"Terus, sekarang kamu mau bicara apa sama aku?"
"Ya sudah aku juga ngomongnya mau nanti malam saja biar adil."
"Ya ampun jadi ceritanya ngambek nih."
"Enggak, ya sudah aku pamit dulu mau kerja."
Kanaya pun melangkahkan kakinya, baru saja satu langkah Rama langsung menarik lengan Kanaya dan membawa Kanaya dalam pelukannya membuat sesaat Kanaya terkejut.
"Jangan marah, aku ga suka kalau lihat kamu marah sama aku soalnya aku ga bisa tenang kalau dicuekin sama kamu."
Kanaya tersenyum dalam pelukan Rama kemudian Kanaya melepaskan pelukkannya dan menatap wajah tampan sang kekasih.
"Memangnya siapa yang marah? aku sama sekali ga marah kok."
"Aku takut aja kalau kamu sampai marah."
"Aa tenang saja, aku tidak punya alasan untuk marah sama Aa. Ya sudah, aku kembali kerja dulu soalnya ga enak pagi-pagi sudah keluar dari ruangan Bos pasti semua karyawan mengiranya kita ngapa-ngapin lagi."
"Dikira ngapa-ngapain juga ga apa-apa kok."
"Ih apaan sih A, kalau ngomong suka ngaco deh."
Kanaya pun segera berlari dan keluar dari ruangan Rama membuat Rama tersenyum melihat tingkah Kanaya.
***
Malam pun tiba...
Kanaya sudah tampil cantik dengan gaun yang dibelikan oleh Rama, setelah dirasa penampilannya sudah pas, Kanaya pun segera keluar dari kamarnya karena Rama sudah menunggu diluar.
Kanaya menuruni anak tangga, tapi ada yang aneh malam ini. Rumah Mamangnya terlihat sangat sepi, biasanya jam segitu Mamang dan Bibinya selalu ada di ruangan tv.
"Kok sepi sih? masa iya semuanya sudah pada tidur, ini baru jam tujuh padahal," gumam Kanaya.
Kanaya tidak menaruh curiga apa pun, dia hanya berpikir kalau semua orang sudah tidur. Kanaya pun segera keluar dan mobil Rama pun sudah terparkir dengan cantik di depan gerbang.
"Maaf lama."
"Tidak apa-apa, malam ini kamu cantik banget Nay."
"Gombal."
"Siapa yang gombal, seriusan aku ga bohong."
Wajah Kanaya terlihat memerah. "Sudah ayo jalan, nanti keburu malam lagi."
"Siap Tuan puteri."
Rama mulai melajukan mobilnya, selama dalam perjalanan Rama terus saja curi-curi pandang kepada Kanaya dan Kanaya menyadarinya.
"Jangan lihatin aku terus, fokus jalanin mobilnya," seru Kanaya.
"Iya-iya sayang maaf, habisnya malam ini kamu camtik banget."
Kanaya memalingkan wajahnya, lagi-lagi wajah Kanaya memerah menahan malu mendengar Rama untuk pertama kalinya memanggilnya dengan sebutan sayang.
Tidak lama kemudian, Rama pun menghentikan mobilnya membuat Kanaya mengerutkan keningnya.
"Loh, kok kita berhenti di pinggir jalan?" tanya Kanaya.
"Sebentar lagi kita sampai tapi kamu harus menutup mata kamu."
"Ih, kok ditutup matanya? ga mau ah," tolak Kanaya.
"Ayolah Nay, aku sudah menyiapkan kejutan buat kamu. Please, tutup ya matanya."
"Tapi jangan ngelakuin yang aneh-aneh ya."
"Enggak, aku ga ngelakuin hal yang aneh-aneh, serius."
"Ya sudah."
Rama pun mengeluarkan syal dari kantong celananya, lalu menutup mata Kanaya dengan syal itu. Setelah dirasa Kanaya sudah tidak bisa melihat apapun, Rama pun kembali melanjutkan perjalanannya.
Mobil Rama sampai disebuah restoran, Rama kemudian membuka pintu mobil untuk Kanaya dan memapah Kanaya masuk ke dalam restoran itu.
Ternyata di dalam restoran sudah ada semuanya, Sopandi, Wati, Gina, Sisi, dan juga Tuan Krismawan. Mereka sudah berdiri dengan Wati yang memegang kue ulang tahun untuk Kanaya.
"Kamu sudah siap, Nay."
"Kok aku deg-degan ya A?"
"Masa sih?"
"Iya, awas ya kalau Aa ngelakuin hal yang macam-macam," acam Kanaya.
"Tidak, ya sudah aku buka penutup matanya sekarang ya."
Rama pun membuka penutup mata Kanaya, perlahan Kanaya membuka matanya.
"Selamat ulang tahun Kanaya!" teriak semuanya.
Kanaya sangat terkejut, dia menutup mulutnya bahkan matanya sudah terlihat berkaca-kaca. Kanaya tidak menyangka kalau di hari ulang tahunnya kali ini akan mendapatkan kejutan.
Wati menghampiri Kanaya dengan membawa kue ulang tahun yang ditengahnya sudah menyala lilin.
"Ayo tiup lilinnya."
Tes...
Akhirnya airmata Kanaya menetes dan dengan senyuman bahagianya Kanaya pun meniup lilin itu.
"Terima kasih Bi."
Kanaya memeluk Wati, selama ini Bibinyalah yang sudah berjasa dalam hidup Kanaya.
"Sudah jangan nangis, ini kan hari bahagia kamu seharusnya kamu bahagia bukannya menangis," seru Wati.
Kanaya tersenyum dan segera menghapus airmatanya, sekarang giliran Gina yang memeluk Kanaya.
"Selamat ulang tahun Ay, semoga kamu selalu diberikan kebahagiaan."
"Amin, terima kasih Gin."
Kanaya sangat bahagia sampai-sampai dia tidak menyadari kalau disana ada Tuan Krismawan. Di tengah-tengah kebahagiaan Kanaya, tiba-tiba Rama datang dengan membawa buket bunga dan sebuah kotak kecil di tangannya.
"Kanaya...."
Kanaya membalikan tubuhnya dan terkejut saat Rama sudah berdiri dengan gagahnya sembari membawa buket bunga. Perlahan Rama mendekat dan berlutut di hadapan Kanaya membuat wajah Kanaya kembali memerah.
"Nay, malam ini tepat di hari ulang tahunmu aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu. Aku tahu Papa sudah melamarkan aku kepadamu, tapi malam ini aku ingin melamar kamu secara langsung."
Rama membuka kotak kecil itu dan terlihat cincin berlian yang sangat cantik.
"Nay, kamu tahu kan aku sangat mencintaimu? aku tidak mau kehilangan kamu, maka dari itu malam ini aku ingin menyampaikan sesuatu...maukah kamu menikah denganku?"
Kanaya membelalakan matanya, sungguh Kanaya tidak menyangka ada pria tampan dan kaya yang ingin melamarnya. Padahal dalam benaknya, Kanaya sempat berpikir kalau tidak akan ada seorang pria pun yang akan mendekatinya apalagi sampai menyukainya.
Kanaya kembali meneteskan airmatanya, begitu pun dengan Wati dan Gina yang ikut meneteskan airmata mereka.
"Apa ini mimpi?" tanya Kanaya.
"Tidak Nay, ini bukan mimpi tapi kenyataan. Aku serius ingin menikahimu dan aku janji, aku akan menghapuskan semua kenangan buruk di masalalumu dan menggantinya dengan kebahagiaan. Jadi, sekali lagi aku tanya sama kamu, maukah kamu menikah denganku?"
Kanaya melihat satu persatu orang yang ada disana, hatinya campur aduk entah apa yang malam ini dia rasakan. Kanaya kembali melihat Rama, ada ketulusan yang Kanaya lihat di mata Rama.
"Aku...aku...aku mau menikah denganmu A."
Rama sangat bahagia sekali, Rama segera memasangkan cincin di jari manis Kanaya dan semua pun ikut bahagia.
"Terima kasih, Nay."
Rama berdiri dan memeluk Kanaya, Kanaya kembali meneteskan airmatanya. Selama seminggu ini, Kanaya memang sudah memikirkannya secara baik-baik dan Kanaya memutuskan untuk menerima Rama karena Kanaya yakin Rama adalah pria terbaik yang akan menemaninya sampai akhir hayat nanti.
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
andaikan ibunya Kanaya tau ramuan herbal misal daun beluntas untuk ngilangin bau bdan setidaknya gak parah - parah amat , biasanya di desa ada tanaman itu