“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”
Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.
“Tidak!”
Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.
Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.
“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”
Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Apa yang terjadi?”
Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Xander, Morgan, dan beberapa anggota keluarga Hillborn mengunjungi ruangan penciptaan dan pengembangan alat-alat canggih.
"Ini benar-benar luar biasa," ujar Morgan seraya mengamati beberapa pistol dan sarung tangan yang dipamerkan di layar. “Aku yakin ketua senior pasti akan setuju untuk mengizinkanku investasi di penciptaan dan pengembangan alat-alat canggih ini."
Morgan mengembus napas panjang, menyentuh sebuah pin bulat di meja. "Setelah kedatangan kelompok Rebel tempo hari, beberapa kelompok berusaha untuk menerobos memasuki markas. Aku dan yang lain masih mampu mempertahankan, tetap tidak menutup kemungkinan jika musuh kuat datang dan melakukan penyerangan."
Xander sontak tercenung. Ia masih belum membicarakan soal kelompok rahasia UltraTech pada keluarga Hillborn. "Cepat atau lambat mereka akan terlibat. Aku harus membicarakan hal ini lebih dahulu pada ayah dan juga Luc Besson," gumamnya.
Xander menoleh pada jam tangan. "Waktu keberangkatan ke markas utama UltraTech semakin dekat. Meski Luc Besson mengatakan akan pergi ke markas untuk menggantikanku, tetapi aku masih belum menyetujui rencananya sepenuhnya."
"Alexander." Morgan menggerak-gerakkan tangan di depan wajah Xander. "Kau baik-baik saja? Kau melamun saat aku berbicara padamu, Alexander."
"Ah, maafkan aku." Xander tertawa, memijat kening beberapa kali. "Apa yang kau katakan tadi, Morgan. Bisakah kau mengulanginya?"
Gray, Baba, Bennet, Bruce, dan Osvaldo Tolliver berada di ruangan yang berbeda. Mereka melihat kedatangan Xander, Morgan, dan rombongan.
"Siapa pria yang sedang bersama Alexander?" tanya Bennet seraya mengamati Morgan dari atas hingga bawah. "Dia tampak... gagah."
"Mereka adalah keluarga Hillborn, keluarga dari ibu Alexander. Pria yang sejak tadi kau pandangi adalah pemimpin keluarga mereka sekarang," ujar Baba tanpa menoleh dari layar yang menampilkan beberapa gerakan alat canggih. "Dia sudah menikah, Bennet."
"Apa maksudmu, Baba?" Bennet memutar bola mata. "Aku hanya penasaran.”
Bruce tertawa terbahak-bahak. "Aku tahu kau ingin segera menikah, Bennet. Kau menginginkan pria tampan, gagah, dan kaya untuk segera mempersuntingmu."
"Diamlah, Bruce," ketus Bennet seraya berkacak pinggang, menoleh pada Gray. "Dan kau jangan mengatakan apapun, Gray."
"Aku bahkan tidak ikut campur dalam obrolan kalian." Gray berkutat dengan beragam alat-alat khusus. "Aku sedang fokus pada tugasku."
"Kau bisa mendengarkan isi pikiran semua orang di tempat ini." Bennet mendengkur. "Kenapa aku harus dikelilingi oleh para pria menyebalkan? Aku ingin segera bertemu dengan wanita lain yang memiliki kemampuan."
"Kau mungkin akan bertemu dengan wanita lain jika kita sudah terhubung dengan orang-orang yang sedang bersama teman Luc sekarang," kata Osvaldo Tolliver.
"Maksudmu saudara-saudara jauh Baba?" Bennet tiba-tiba tersenyum. "Ah, kau benar, Osvaldo. Aku tidak sabar bertemu dengan mereka."
"Apa kau yakin mereka ingin bertemu dan berteman denganmu, Bennet?" Bruce tertawa. "Mereka pasti terkejut ketika melihat wanita sepertimu.”
"Tutup mulutmu sebelum aku menutup matamu selamanya." Bennet mendengkus.
"Kau langsung membuktikan ucapanku."
Morgan menoleh pada ruangan di mana Gray dan yang lain berada, mengamati saksama. Firasatnya mengatakan jika orang-orang itu adalah orang-orang yang berbahaya. "Siapa mereka, Alexander?"
Xander menoleh pada Gray dan yang lain, mengepalkan tangan erat-erat. "Mereka adalah para peneliti yang bertugas mengawasi seluruh penciptaan dan pengembangan alat-alat canggih ini. Aku sengaja merekrut mereka untuk pekerjaan ini."
"Mereka tampak luar biasa."
Xander, Morgan, dan yang lain kembali ke ruangan utama setengah jam kemudian. mereka berbincang banyak hal. Suasana tampak hangat dan menyenangkan meski Xander tidak bisa memungkiri jika dirinya semakin tegang.
Xander menjauh dari kerumunan sesaat untuk membaca pesan dari Luc Besson. "Luc sudah pergi bersama Miguel, Ryder, dan beberapa anggota pasukan menuju lokasi pertemuan dengan George. Aku harap tidak akan terjadi pada mereka."
"Membawa Baba dan yang lain akan lebih berbahaya, terlebih jika musuh mendadak menyerang. Aku masih belum yakin jika alat-alat canggihku bisa mengamankan kediamanku."
Samuel menghampiri Xander. "Ke mana pria tua bernama Luc Besson itu pergi?"
"Dia pergi untuk menemui George. Tampaknya ada hal penting yang harus mereka bicarakan. Baba dan yang lain masih akan tetap terhubung dengannya," jawab Xander.
"Ini semakin menarik dari waktu ke waktu. Aku benar-benar tidak tahu akan berakhir seperti apa kedepannya. Luc Besson adalah ayah angkat Baba. Dia menyerang Baba dan teman-temannya, kemudian justru menjadi mentor mereka. Di saat yang sama, George ingin menangkapnya, dan sekarang mereka justru akan bertemu. Bukankah hidup penuh dengan kejutan yang tidak terduga?"
"Kau benar, Ayah." Xander mengamati Alexis dan anak-anak kecil lain yang tengah mengejar Axo dan Axe. "Hidup benar-benar tidak terduga. Semua hal bisa terjadi dan berubah dalam waktu sekejap."
Di waktu yang sama, Darren dan Bernard tengah membuka beberapa kotak dan koper peninggalan mendiang Evan Krest di sebuah ruangan.
"Aku yakin jika aku pernah membaca catatan mengenai beberapa kelompok rahasia yang ayah ketahui, tetapi dimana buku itu sekarang?" tanya Bernard seraya membuka beberapa buku catatan sekaligus.
"Ayah, kau sebaiknya beristirahat sekarang. Serahkan pencarian buku ini padaku," kata Darren seraya menyusun kembali beberapa buku ke dalam rak.
Bernard mengembus napas panjang, memijat kepala. Ingatannya seketika tertuju pada kejadian ketika dirinya dan kelompok penjelajah tiba di depan sebuah gua. Tak berselang lama, ia melihat anggota-anggotanya bertumbangan ke tanah hingga akhirnya ia juga tergeletak tak berdaya. Kejadian itu terus menghantuinya hingga saat ini.
"Tempat yang aku masuki adalah markas kelompok rahasia." Bernard menoleh ke arah pintu. "Aku harus bertanya pada Alexander mengenai suku pedalaman yang tinggal di tempat itu. Alexander tidak banyak bercerita karena kondisiku yang masih dalam pemulihan."
"Alexander memiliki banyak pekerjaan penting sekarang, Ayah. Aku akan bertanya padanya setelah dia memiliki waktu luang." Darren mengambil sebuah buku kecil yang terselip di sebuah buku besar. Ia tersenyum saat membaca halaman pertama.
Darren mendekati Bernard. "Ayah, aku menemukan buku yang kita cari. Buku ini terselip di sebuah buku besar."
Bernard mengamati buku, membuka halaman demi halaman. "Ya, ini adalah buku yang membuat informasi seputar kelompok-kelompok rahasia."
Waktu berjalan sangat cepat. Langit jingga berubah menjadi gelap.
Luc, Miguel, Ryder, dan empat pengawal berada dalam sebuah mobil yang melaju di tengah jalanan tebing yang cukup curam. Kondisi hutan tampak sangat sepi.
Luc tengah mengawasi keadaan sekeliling melalui penglihatan robot-robotnya yang sudah tersebar di berbagai titik hutan. "Kita akan tiba di lokasi dalam waktu sepuluh menit."
Sebuah robot kumbang muncul di depan mobil, bergerak sangat cepat.
"Robot kumbang itu tanda jika kita sudah dekat. Bersiaplah," ujar Luc.
Miguel, Ryder, dan keempat pengawal memeriksa persiapan mereka.
Luc, Miguel, dan yang lain tiba di lokasi pertemuan setelah melewati beberapa pemeriksaan dan pengecekan.
George sudah menunggu di atas sebuah dahan pohon, melompat turun. "Aku kira kau tersesat di hutan ini, Luc."
George menoleh ke pohon di belakang Luc. "Aku tidak tahu kau membawa teman-temanmu. Akan tetapi, aku tidak mempermasalahkan hal itu sekarang."
"Jadi, apa yang kau inginkan, George? Kau membuat pria tua sepertiku bepergian sangat jauh hingga melintasi beberapa negara."
George menekan tombol di jam tangannya. Jam tangan itu seketika berubah menjadi robot burung yang terbang mengelilinginya sesaat.
Luc Besson terkejut. "Robot itu?"
Di saat yang sama, beberapa anggota pasukan bergerak sangat cepat.