"KENAPA HARUS AKU SATU-SATUNYA YANG TERLUKA?" teriak Soo, menatap wajah ibunya yang berdiri di hadapannya.
*********************
Dua saudara kembar. Dunia dunia yang bertolak belakang.
Satu terlahir untuk menyembuhkan.
Satu dibentuk untuk membunuh.
*********************
Soo dan Joon adalah saudara kembar yang dipisahkan sejak bayi.
Soo diculik oleh boss mafia Korea bernama Kim.
***********************
Kim membesarkan Soo dengan kekerasan. Membentuknya menjadi seorang yang keras. Menjadikannya peluru hidup. Untuk melakukan pekerjaan kotornya dan membalaskan dendamnya pada Detektif Jang dan Li ayah mereka.
Sementara Joon tumbuh dengan baik, kedua orangtuanya begitu mencintainya.
Bagaimanakah ceritanya? Berhasilkah Soo diterima kembali di keluarga yang selama ini dia rindukan?
***********************
"PELURU" adalah kisah tentang nasib yang kejam, cinta dan balas dendam yang tak pernah benar benar membawa kemenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KEZHIA ZHOU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUSAN
Melihat ayahnya yang tampak sedang memikirkan sesuatu, Joon terlihat cemas.
“Ayah, kau baik baik saja kan?” tanya nya cemas.
Li terdiam sejenak.
“Joon, ayah sedang memikirkan sesuatu.” Jawabnya akhirnya.
“Apa yang sedang ayah pikirkan?” tanyanya.
Li meraih ponselnya, lalu membuka galeri ponselnya. Joon hanya menoleh sejenak, tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan ayahnya.
“Kau harus melihat sesuatu Joon.” Ucapnya.
Joon mengernyit, lalu meminggirkan mobilnya. Menghentikannya dibahu jalan. Li menyodorkan ponselnya.
“Apa ini?” tanya Joon sembari menerima ponsel milik ayahnya. Mata Joon kini sudah terpaku pada foto yang terpampang.
"Apa yang kamu pikirkan dengan foto itu Joon?" tanya nya, mencari jawaban dari putranya.
Joon terdiam sejenak, lalu mengamati kembali foto itu. Dia terus memandang tajam foto dilayar.
“Ayah… ini…” ucapnya terpotong.
Matanya menyipit.
“Pria ini… wajahnya seperti aku. Bahkan postur tubuhnya juga sama persis denganku.” Ucapnya lirih.
Kemudian Joon menoleh memandang ayahnya yang juga masih memandang Joon menilai ekspresi putranya itu.
"Apakah ayah juga berfikir hal yang sama denganku?" tanya nya penasaran.
Li menganggukkan kepalanya. Membenarkan.
“Bahkan, bukan hanya ayah yang berfikir begitu Joon. Teman teman dikantor juga berfikir hal yang sama.” Jawabnya.
Joon kembali mengerutkan keningnya lagi.
“Tapi karena rekaman CCTV ini diambil dengan jarak yang cukup jauh, jadi ayah belum bisa memastikan apakah pria ini benar benar sama denganmu atau tidak. Ayah sedang ingin mencari tau.” Ucap Li.
“Ayah benar. Wajahnya tidak begitu terlihat jelas. Tapi meski begitu, aku yakin bahwa wajahnya mirip denganku.” Ucapnya lagi.
“Tapi.. bagaimana bisa pria itu memiliki wajah yang sama denganmu. Ini aneh sekali.” Ucapnya.
Joon mengangguk. Lalu tersenyum. Tidak ingin membuat ayahnya cemas.
“Sudahlah ayah, tidak usah terlalu dipikirkan.” Ucapnya.
Kemudian Joon kembali memegang setir kemudinya dengan erat dan kembali melajukannya lagi.
Li hanya mengangguk. Lalu memasukkan ponselnya kedalam saku celananya lagi. Joon tersenyum lebar. Joon memang selalu seperti itu. Selalu bisa membuat orang orang disekitarnya senang.
"Ayah, bagaimana kalau kita makan 'SUNDUBU JJIGAE' ? " ajak Joon.
Sundubu Jjigae adalah sup pedas khas Korea yang dibuat dengan tahu lembut sebagai bahan utamanya. Hidangan ini biasanya disajikan panas dalam mangkuk tanah liat.
Ayahnya mengangguk dengan cepat.
"Pasti ibumu akan mengomel lagi karena kita makan lagi diluar. Hahaha.." kata Li sambil tertawa.
“Ayah benar..” ucap Joon tersenyum lebar.
DDRRTTT…!!
Namun belum sampai dikedai yang dimaksud, tiba tiba Li mendapatkan telepon dari Detektif Jang.
“Tunggu Joon, paman Jang menelepon.” Ucap Li, sembari mengambil ponselnya.
“Halo Jang. Ada apa?” tanyanya.
“Li.. malam ini kami mendengar akan ada transaksi jual beli obat terlarang di Busan. Sepertinya kita harus bergerak ke Busan.” Ucapnya.
Li menoleh sekilas memandang Joon.
“Ah baiklah. Aku akan segera kesana.” Ucap Li.
Lalu telepon pun terputus.
“Ada apa ayah? Apakah ada sesuatu yang mendesak?” tanya Joon hafal dengan sikap ayahnya.
Li mengangguk.
“Benar Joon. Paman Jang memberikan informasi bahwa hari ini akan ada lelang obat terlarang di Busan. Kami harus pergi kesana.” Jawabnya sedikit menyesal karena mereka harus membatalkan untuk makan bersama.
Joon tersenyum lebar.
“Tidak apa ayah, kita masih bisa makan bersama lain kali. Jangan khawatir. Aku akan mengantarmu kembali ke kantor.” Ucapnya lagi sembari memutar setir ke arah sebaliknya.
“Terimakasih Joon, kau selalu mengerti ayah.” Ucapnya.
Joon hanya tersenyum lebih lebar. Mobil pun kembali melaju ke kantor kerja ayahnya.
...****************...
Di tempat yang berbeda, Soo sedang bersiap dengan Park untuk segera berangkat ke Busan, untuk ikut pelelangan obat ilegal seperti yang dikatakan Kim pagi tadi.
"Kau sudah siap Soo?" kata Park kepada Soo yang sedang memasukkan senjatanya ke saku celana belakangnya.
Soo tidak banyak bicara. Hanya mengangguk pelan dan berjalan mendahului Park.
“Lukamu baik baik saja?” tanyanya lagi memastikan kondisi pria itu.
“Aku baik baik saja.” Jawab Soo akhirnya.
Park hanya mengangguk. Sebuah peluru kecil tidak akan bisa menumbangkan seorang Soo.
"Pakailah Jas mu, agar terlihat lebih sopan" kata Park karena melihat Soo yang hanya memakai kaos hitamnya dan celana panjang hitamnya.
Soo memang tidak suka memakai Jas. Katanya merepotkan. Pakaiannya selalu sederhana. Namun auranya, pesonanya tidak pernah bisa diabaikan oleh siapapun. Ditambah dengan sikap dingin dan misteriusnya menambah pesonanya.
Soo dengan malasnya langsung mengambil jas hitamnya lalu memakainya. Kemudian mereka berjalan masuk ke dalam mobil. Tidak lama Park pun langsung menyalakan mesin mobil dan segera melajukan mobil dengan cepat. Perjalanan dari Seoul ke Busan harus ditempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam berkendara dengan mobil.
DDRRTT..!!
Ponsel Soo bergetar.
Perlahan Soo meraih ponselnya, lalu membuka pesan dari ayahnya, Kim.
“Menangkan lelang itu untuk ayah.” Ucapnya dalam pesan singkat yang ia ketik.
Namun Soo tidak menanggapi pesan dari ayahnya itu. Soo justru menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi dan memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar sebelum mereka sampai di tujuan.
Park menoleh sekilas.
“Siapa Soo? Apakah itu ayahmu?” tanya nya.
Namun Soo tidak menanggapi. Park sedikit kesal dengan sikap pria itu. Namun memutuskan untuk tidak berbicara lagi.
...****************...
Sementara itu di kantor tempat Li bekerja, semua polisi sudah bersiap, membawa senjata mereka masing masing.
Jang sebagai pemimpin mengamati anak buahnya satu persatu.
"Apakah semua sudah siap?" tanya detektif Jang kepada beberapa polisi yang akan diperintahkannya untuk pergi.
Mereka mengangguk. Lalu Jang melanjutkan lagi.
"Dengar, kita baru saja mendapatkan informasi bahwa malam ini akan ada pelelangan obat terlarang di Busan. Pastinya disana akan ada banyak mafia dari berbagai kota. Tangkap semua yang mencurigakan. Mengerti?" perintahnya.
"Mengerti pak" kata mereka serempak.
Kemudian detektif Jang menepuk pundak Li.
"Kau sudah memberi tahu Yejin kalau kau akan ke Busan?" tanya nya kepada Li.
Li pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Aku tidak ingin membuat istri ku mencemaskanku selama aku melakukan tugasku" katanya.
“Aku juga mengatakan pada Joon untuk tidak mengatakan bahwa aku pergi ke Busan.”
"Aku akan mengatakan pada Yejin nanti ketika aku sudah pulang dari bertugas." katanya melanjutkan ucapannya.
Detektif Jang menganggukkan kepalanya.
"Baik lah, mana yang menurut mu baik saja" katanya lagi.
Kemudian Li memimpin mereka untuk masuk ke dalam mobil.
"Baik lah, mari kita masuk ke dalam mobil dan berangkat" katanya dengan sedikit berteriak.
Tidak begitu lama, mereka pun langsung masuk ke dalam mobil. Sedangkan Li masuk di mobil detektif Jang. Seketika suara mobil polisi bergemuruh memecah jalanan Seoul.
...****************...
Diwaktu yang sama, di sebuah ruangan mewah denagn lampu redup, Kim duduk tenang sambil sesekali menyesap gelas alkohol ditangannya.
DRRTT…!
DDRRTT..!
“Tuan Kim, ada telepon dari Kepala Polisi Wang.” Ucap Nam yang berdiri tidak jauh darinya.
Tanpa bersuara, Kim mengulurkan tangannya menerima telepon.
“Halo. Ada apa?” tanya Kim.
"Tuan Kim, detektif Jang beserta semua anak buahnya, sedang dalam perjalanan menuju ke BUSAN, untuk menangkap semua orang yang terlibat dalam urusan obat terlarang. Bukankah Soo dan Park juga berada disana?" tanya Wang kepadanya.
Kim terdiam sejenak. Lalu tersenyum tipis penuh makna.
"Bukankah itu justru semakin menarik? Biarkan saja. Biar kan polisi melakukan tugas mereka. Tidak baik jika kita menghalangi tugas penting pihak kepolisian." kata Kim kepada nya dengan tersenyum kecil.
“Ohh.. baik tuan Kim.” Ucapnya.
Sambungan pun terputus. Kim menyesap kembali minumannya.
“Ini menarik Soo.. aku ingin lihat bagaimana kau menangani situasi seperti ini.” Ucapnya pada dirinya sendiri.
Lagi lagi Soo diuji. Dan kali ini, ayahnya, Li juga akan berada di tempat yang sama.