NovelToon NovelToon
Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Obsesi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kaya Raya / Fantasi Wanita / Ruang Ajaib
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Aluna, seorang pekerja kantoran, punya satu obsesi: Grand Duke Riven Orkamor, antagonis tampan dari game otome yang seharusnya mati di semua rute. Baginya, menyelamatkan Riven adalah mimpi yang mustahil.

​Hingga sebuah truk membuatnya terbangun sebagai Luna Velmiran — putri bangsawan kaya raya yang manja dan licik, salah satu karakter dalam game tersebut.

​Kini, Riven bukan lagi karakter 2D. Ia nyata, dingin, dan berjalan lurus menuju takdirnya yang tragis. Berbekal pengetahuan sebagai pemain veteran dan sumber daya tak terbatas milik Luna, Aluna memulai misinya. Ia akan menggoda, merayu, dan melakukan apa pun untuk merebut hati sang Grand Duke dan mengubah akhir ceritanya.

​Namun, mencairkan hati seorang antagonis yang waspada tidaklah mudah. Salah langkah bisa berarti akhir bagi mereka berdua. Mampukah seorang fangirl mengubah nasib pria yang ia dambakan, ataukah ia hanya akan menjadi korban tambahan dalam pemberontakannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 : Absolute Zero

Riven tidak menyerang; ia fokus sepenuhnya pada pertahanan, terus-menerus menciptakan dan memperbaiki perisai es yang retak di bawah gempuran tanpa akhir.

Luna sendiri sibuk menangkis beberapa piranha liar yang berhasil menembus pertahanan dengan kipasnya. Setiap tangkisan mengirimkan getaran menyakitkan ke lengannya.

Luna memeriksa artefaknya.54

[《Mirror Project: Desera》] — Deskripsi: Desera, salah satu Royal Artefak dari Mirror Project Kerajaan Mistium. Kemampuan: —[Bumerang: Saat dilempar, akan kembali kepada pengguna.] —[Senjata Rahasia: Ujung yang tajam, bilah yang kebal. Lebih solid dari yang dikira.] —[Siaga Tari: Meningkatkan kekuatan genggaman. Mencegah kipas direbut atau terjatuh.] —[Peminjaman Kekuatan Suci (Diperkuat): Meminjam sebagian kekuatan suci dari hewan yang terukir di kipas. Batasan '25% kekuatan suci' telah diganti menjadi '50% kekuatan suci.']

Tertulis dengan jelas di layar itu bahwa dia bisa meminjam kekuatan dari hewan suci. "Tapi gimana caranya!?" Luna frustasi. Dia akhirnya tahu fungsi sebenarnya kipas Desera, tetapi dia tidak bisa menggunakan fungsi tersebut karena tidak tahu bagaimana caranya.

Riven mencoba membekukan piranha tersebut, tetapi mereka terlalu cepat dan gigitan rahang mereka bisa dengan mudah menghancurkan es Riven.

"Blurblurb!" suara Theo terdengar tajam. Berusaha memperingatkan sesuatu.

Seekor piranha berhasil menyelinap dan menancapkan kepalanya di bahu Haris yang tidak terlindungi perisai sihir. Gigi-giginya mulai bekerja seperti bor, melumat daging dan pelindung bahunya. Haris meraung kesakitan dan mencabut paksa monster itu, meninggalkan luka menganga yang langsung mengeluarkan darah pekat ke dalam air merah.

"Aku baik-baik saja!" balasnya, tapi erangan kesakitannya tidak bisa berbohong.

"Blirp!" Theo, melihat luka itu, langsung merapal mantra penyembuh. Cahaya hijau lembut menyelimuti luka Haris, memperlambat pendarahan dan mulai menutup luka.

Pada saat yang sama, Luna dan Riven merasakan gelombang penyembuhan kecil yang menyegarkan menyapu tubuh mereka, memulihkan stamina dan goresan-goresan kecil.

Keterampilan baru: Gema Penyembuhan milik Theo bekerja dengan sempurna di tengah kekacauan, menjaga mereka tetap dalam kondisi yang baik untuk bertempur.

Namun, para piranha itu cerdas. Mereka menyadari bahwa serangan seperti barusan tidak efektif. Gerombolan itu tiba-tiba mundur, lalu berkumpul menjadi satu pusaran merah raksasa di depan Haris.

Luna melihat itu dan matanya terbelalak ngeri. "Tidak! Itu serangan terkoordinasi!"

Di dalam game, ada cutscene yang muncul saat piranha melakukan gestur tersebut. Darius yang dalam bahaya akan diselamatkan oleh Iselyn. Penyelamatan itu memulai ketertarikan dan obsesi Darius kepada Iselyn. Namun, itu Iselyn dengan plot armor tokoh utamanya.

Luna mencoba memberi isyarat pada Haris untuk mundur, tapi sudah terlambat.

Seluruh pusaran itu melesat maju, menghantam satu titik di pelindung sihir yang dijaga Haris.

KRAKK!

Sihir pelindung berbalur aura emas itu hancur berkeping-keping seperti kaca.

Haris kini tak berdaya. Puluhan Piranha Moncong Panah menancap di sekujur tubuhnya — di lengan, kaki, dan dadanya. Raungan kesakitan yang sesungguhnya meledak darinya saat gigi-gigi monster itu mulai melumat dagingnya tanpa ampun.

Melihat ksatria pelindung mereka akan tercabik-cabik hidup-hidup, kepanikan menjalari tim. Luna segera mendekat untuk membantu Haris. Air matanya larut bersama dengan darah pria itu.

Tepat pada saat kritis itu, Riven bergerak. Matanya yang biasanya tenang kini memancarkan cahaya biru yang dingin dan berbahaya. Ia tidak lagi membuat perisai. Ia merentangkan telapak tangannya.

"──Absolute Zero."

Dunia seakan berhenti. Dalam hitungan detik, suhu merosot drastis. Aliran energi sihir merayap menyelimuti medan. Air merah pekat itu membeku menjadi kristal rubi.

Puluhan piranha, termasuk yang masih menancap di tubuh Haris, terhenti seketika, membatu dengan moncong dan gigi masih menancap di dagingnya.

KRRRRAAAK──

Patung-patung es itu pecah berkeping-keping, hancur bersama lautan darah yang kini beku. +1000. +1000. +1000. +1000. +1000. +1000 Poin! Gelang penghitung skor mereka tidak berhenti berdenting.

[Lantai 4 Menara Alat Tersihir Ditaklukkan!]

[Lantai 5 Menara Alat Tersihir Terbuka!]

Air beku itu retak dan surut, meninggalkan hanya sisa basah di lantai batu yang dingin. Tubuh Haris tergeletak kaku di permukaan, darah masih mengucur dari luka-lukanya.

"Harisss!" Theo langsung berlari, jatuh berlutut di samping sahabatnya. Cahaya hijau dari tangannya berpendar, sihir penyembuhan mengalir deras, namun luka itu terlalu dalam, terlalu banyak.

"Ayo… ayo bertahanlah!" suaranya pecah, penuh keputusasaan.

Keheningan di lantai empat terasa lebih menekan daripada badai piranha beberapa saat yang lalu. Satu-satunya suara adalah isak tangis Theo yang putus asa dan gumaman mantra penyembuh yang tak henti-hentinya ia rapalkan, serta deru napas Riven yang berat dan tersengal.

Luna ikut berlutut di sisi Haris. Sebagai pemimpin, dia tidak punya waktu untuk panik. Dengan cepat ia mengeluarkan semua ramuan penyembuh yang disediakan di gelang skor dan mengguyurkannya ke tubuh Haris. Cairan obat mengalir ke luka yang terbuka, mendesis pelan saat bersentuhan dengan darah.

Sementara itu, Riven terhuyung. Lututnya jatuh menghantam lantai yang dingin. Darah menetes dari hidungnya, sebuah tanda nyata betapa besar energi sihir yang baru saja ia kerahkan.

"Riven!?" Luna berlari panik dan menopang tubuh Riven yang limbung.

Ancaman telah berakhir. Tapi kemenangan mereka terasa hampa. Luna hanya bisa menatap pemandangan itu dengan tangan gemetar. Mereka menang, tapi dengan harga yang sangat mahal. Realita kejam dunia ini menghantamnya sekali lagi. Ini bukan permainan.

 Beberapa menit berlalu, Riven berhasil menstabilkan napasnya. Ia mengeluarkan botol air dari penyimpanannya kemudian mendinginkan air di dalamnya. Dia menyodorkannya pada Luna.

"Minumlah," katanya, suaranya serak. "Bagaimana keadaan mereka?" tanyanya, matanya tertuju pada Haris yang masih belum sadarkan diri dan Theo yang wajahnya sudah basah oleh air mata dan keringat.

Luna menerima botol itu, rasa dinginnya sedikit menenangkan tangannya yang gemetar. "Theo melakukan yang terbaik, tapi lukanya terlalu parah. Meski sekarang Haris tampak sudah baik-baik saja, tapi ia tetap butuh penyembuh profesional."

Ia menunduk, tidak berani menatap mata Riven. "Aku... aku sudah memutuskan. Kita berhenti di sini."

Ia menatap gelang skornya. [Total Poin: 71.840] [Posisi Saat Ini: 1/22] Mereka di posisi pertama sekarang, tapi sebentar lagi pasti akan dibalap oleh tim Iselyn dan tom Darius. Sudahlah, itu tidak penting lagi.

"Maafkan aku," lanjut Luna, suaranya bergetar karena rasa bersalah. "Aku sudah berbohong padamu. Sejak awal, aku tidak pernah berniat menjadi juara pertama. Aku hanya ingin kita berada di posisi ketig. Jadi, mari berhenti dan biarkan yang lain menyusul poin peringkat kita."

Riven menatapnya dalam diam sejenak. "Aku mengerti," jawabnya singkat.

Jawaban itu justru membuat Luna merasa lebih buruk. Ia mengharapkan kemarahan, atau setidaknya kekecewaan. Tapi yang ia dapatkan hanyalah pengertian yang tenang.

Kemudian, Riven melakukan sesuatu yang tak terduga. Dengan satu gerakan, ia melepaskan gelang penghitung skor dari pergelangan tangannya. Benda itu berdenting pelan saat ia meletakkannya di telapak tangan Luna.

"Bawalah," kata Riven. "Aku masih ingin melanjutkan."

1
aku
TIDAK. mak jlebb 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!