NovelToon NovelToon
Dihina Camer, Dirajakan Kekasih

Dihina Camer, Dirajakan Kekasih

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Ganendra pernah hampir menikah. Hubungannya dengan Rania kandas bukan karena cinta yang pudar, tapi karena ia dihina dan ditolak mentah-mentah oleh calon mertuanya yang menganggapnya tak pantas karena hanya pegawai toko dengan gaji pas-pasan. Harga dirinya diinjak, cintanya ditertawakan, dan ia ditinggalkan tanpa penjelasan. Luka itu masih membekas sampai takdir mempertemukannya kembali dengan Rania masa lalunya tetapi dia yang sudah menjalin hubungan dengan Livia dibuat dilema.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 26

Hening. Suara detik jam terdengar jelas. Tuan Rais tak langsung bereaksi, malah membuka berkas lagi seperti tak peduli.

Livia menggigit bibir bawahnya. “Kami pacaran, Kek. Sudah cukup lama. Aku yang mulai duluan. Tapi dia juga serius. Ganendra bukan tipe main-main.”

“Dan kamu yakin?” tanya Rais, menatap tajam.

Livia mengangguk, “Yakin banget.”

Tuan Rais terdiam beberapa saat lalu bersandar di kursinya. “Bagus,” ujarnya tiba-tiba.

Livia membelalak. “Maksud Kakek setuju?”

Rais Danuarta menyunggingkan senyum tipis, langka terjadi. “Kamu tahu dari dulu aku paling nggak suka pria manja, malas, atau tukang gombal. Tapi Ganendra beda. Disiplin, cerdas, nggak neko-neko.”

Livia masih terdiam, belum percaya dengan kata-kata yang barusan keluar dari kakeknya.

“Aku yang bantu biaya kuliahnya di jurusan manajemen bisnis. Dia sekarang semester dua. Itu karena aku lihat dia punya potensi,” lanjut Rais tanpa menatap cucunya. “Kakek nggak keberatan. Tapi kamu juga harus tanggung jawab sama pilihanmu.”

Livia langsung memeluk kakeknya dari sisi meja. “Makasih, Kek... Livia nggak nyangka.”

“Sudah, kerja yang benar. Jangan campur aduk cinta dan bisnis di kantor,” tegas Rais sebelum kembali fokus ke berkasnya.

Ruang meeting siang itu dipenuhi para petinggi RD Grup. Beberapa direktur senior duduk berjajar, membolak-balik dokumen strategi kuartal ketiga. Di ujung meja, Livia duduk tegak sebagai CEO muda yang tak pernah tampil setengah-setengah.

Namun matanya, ah tak bisa bohong. Sesekali mencuri pandang ke pria muda yang berdiri di sisi kanan kakeknya.

Ganendra Asisten pribadi kakeknya sekaligus supir pribadi yang kini menjelma jadi lelaki paling mempesona di ruangan itu.

Dengan kemeja putih yang tergulung di lengan, celana bahan yang pas di pinggang, dan cara bicaranya yang rapi tapi tegas, Ganendra menjelaskan ulang strategi pemasaran baru yang sebelumnya hanya diminta Tuan Rais untuk “dicatat.” Tapi ternyata, Ganendra tak hanya mencatat dia menyusun ulang, menambahkan analisis segar dan usulan baru yang membuat para direktur mengangguk setuju.

“Presentasi yang padat dan langsung ke inti,” komentar salah satu direktur senior sambil melirik ke arah Rais Danuarta. “Sepertinya asisten pribadi Tuan Rais satu ini punya otak bisnis yang tajam.”

Tuan Rais hanya mengangguk, “Dia tahu apa yang dia pelajari, dan dia belajar cepat bykan hanya teori.”

Livia tersenyum tipis, mencoba tetap tenang di balik ekspresi profesionalnya. Padahal, dalam hati kacau.

“Astaga kenapa malah merhatiin bibirnya sih?” batinnya kesal pada diri sendiri.

Ganendra tidak bicara sembarangan. Setiap kata yang keluar dari bibir itu bibir yang sering menggodanya di balik kemudi mobil pribadi, kini jadi pusat perhatian. Bukan karena genit, tapi karena pintar. Matanya bersinar penuh semangat, penuh rencana, penuh kesungguhan.

Gila, seganteng ini kenapa cuma aku yang boleh cium? Livia hampir tertawa sendiri kalau saja ia tak sadar sedang duduk di ruang rapat penting.

Setelah Ganendra selesai bicara, Livia mengetuk pelan meja dan menatapnya sambil berkata, “Terima kasih untuk inputnya, Gan. Sangat membantu.”

Ganendra menunduk hormat, “Sama-sama, Ibu CEO.”

Nada suaranya resmi dan netral. Tapi Livia tahu betul ada senyum kecil nyaris tak terlihat yang diselipkan pria itu khusus untuknya.

Dan senyum itu cukup untuk membuat jantung Livia tak tenang selama sisa rapat.

Lintang tersenyum manis di depan orang-orang, tapi hatinya seperti digelegak bara. Ia duduk di kursi meeting itu seperti biasa.anggun, percaya diri dan terlatih menyembunyikan segala gejolak dalam dada. Namun sore itu, dadanya sesak oleh kenyataan yang tak mampu ia sangkal lagi.

Ganendra, pria muda itu yang selama ini sering datang menjemput Tuan Rais, yang selalu menunduk sopan padanya, yang diam-diam membuat Lintang memupuk harapan.

Harapan yang perlahan tumbuh sejak pertama kali melihat Ganendra membantu Tuan Rais di acara peresmian cabang baru RD Grup.

Ia tidak hanya tampan, tapi juga rendah hati, sopan dan punya aura laki-laki yang bisa membuat siapa pun merasa dilindungi.

Lintang yang selama ini dikenal sebagai perempuan mandiri dan cerdas, justru jatuh pada tipe seperti Ganendra. Tapi ia terlalu gengsi untuk mengaku. Ia pikir, waktunya akan datang.

Ia pikir, kakek mereka Tuan Besar Rais Danuarta pasti cukup bijak untuk melihat siapa yang pantas menjadi pasangan Ganendra.

Dan ia yakin itu adalah dirinya.

Bukan Livia dan bukan kakak sepupunya yang selalu jadi pusat segalanya.

Bukan Livia yang sejak kecil sudah jadi favorit keluarga, si pewaris tahta, si CEO masa depan.

Lintang hanya cucu kedua.

Selalu di bawah bayang-bayang Livia.

Selalu jadi pilihan cadangan.

Dan kini Ganendra pun jadi milik Livia?

Lintang menunduk, pura-pura membaca catatan rapat, padahal pandangannya kabur oleh amarah dan luka.

Cemburu buta menyergapnya. Membakar habis sisa logika.

Kenapa bukan aku?

Kenapa selalu dia yang dipilih?

Apa kurangku?

Padahal aku lebih tahu cara berdiri di sisi Ganendra daripada Livia yang bahkan terlalu sibuk dengan egonya sendiri.

Lintang mengepalkan jemarinya di bawah meja. Dalam diam, ia bersumpah:

"Aku tidak akan membiarkan mereka bahagia semudah itu. Kalau aku tidak bisa memilikinya maka Livia juga tidak akan pernah benar-benar mendapatkannya."

Sore menjelang senja, langit Jakarta mulai merona jingga saat mobil sedan hitam berhenti sejenak di depan toko kue basah tradisional.

Livia turun lebih dulu, mengenakan blouse satin biru tua yang tampak kontras dengan celana bahan berpotongan rapi. Ganendra menyusul, mengenakan kaus polo hitam dan celana jeans bersih.

Tak ada yang menyangka pria muda bertubuh atletis itu adalah supir pribadi sekaligus kekasih wanita CEO RD Grup yang sepuluh tahun lebih tua darinya.

Livia menoleh dengan senyum kecil. “Katamu ibu suka kue lapis legit dan bolu kukus pandan?”

Ganendra mengangguk. “Iya, Sayang. Tapi yang pandan harus yang lembut, jangan yang terlalu manis.”

Livia tertawa kecil, menggelayut manja di lengannya. “Kamu perhatian banget sih. Gimana kalau aku yang kamu ajak tinggal sekalian di rumah Ibu kamu?”

Ganendra terkekeh, menatapnya hangat. “Jangan godain aku terus, Liv. Nanti Ibu malah curiga kenapa anaknya pulang-pulang bawa bos sekaligus calon mantu.”

Wajah Livia memerah sedikit. Kata 'calon mantu' itu menusuk lembut ke relung hatinya. Belum pernah ada pria yang berkata begitu.

Terutama pria yang jauh lebih muda, tapi mampu membuatnya merasa dihargai sebagai perempuan, bukan sekadar pemilik perusahaan atau sosok dominan.

Setelah membayar dan membawa kantong plastik berisi aneka jajanan, mereka melanjutkan perjalanan. Jalanan mulai macet, tapi suasana dalam mobil terasa nyaman.

Sesekali, Ganendra mencuri pandang lewat kaca spion tengah, memperhatikan Livia yang sedang memainkan cincin di jari manisnya.

“Liv,” panggilnya pelan.

“Hm?”

“Terima kasih ya udah mau datang ke rumah Ibu. Dia pasti senang.”

Livia menoleh, menyentuh pundaknya dengan lembut. “Aku yang seharusnya berterima kasih. Kamu ngajarin aku tentang cinta yang nggak lihat status.”

Ganendra tersenyum, dan dalam hatinya, dia bersumpah akan menjaga perempuan itu. Meski dunia memandangnya hanya sebagai supir, tapi dia ingin menjadi laki-laki yang bisa membuat Livia bangga, bukan karena harta tapi karena cinta dan kesetiaan.

Setelah membeli jajanan pasar favorit sang ibu, Livia meminta Ganendra menepi di dekat sebuah toko buku dan perlengkapan muslim.

“Aku pengen beliin sesuatu buat Ibu kamu,” ujarnya sambil menatap ke arah toko yang tampak sederhana namun rapi.

Ganendra mengerutkan kening. “Loh, kamu udah beliin kue aja udah lebih dari cukup, Liv.”

Livia hanya tersenyum tipis. “Aku tahu rasanya jadi perempuan yang nggak selalu punya banyak. Dulu waktu Mama masih hidup, aku suka lihat matanya berbinar cuma karena dikasih buku doa atau hijab baru.”

Ganendra terdiam sejenak, menatap perempuan yang duduk di sampingnya itu dengan tatapan dalam.

Ada rasa haru yang menyeruak, sebab Livia yang selama ini dikenal tegas, mandiri, dan tak mudah luluh kini menunjukkan sisi lembut yang jarang tampak.

Di toko itu, mereka membeli sebuah buku tuntunan shalat bergambar lengkap, dua buku kumpulan doa sehari-hari, dan selembar hijab segi empat berwarna lavender warna kesukaan Bu Siti Nurhaliza.

Ganendra tersenyum saat melihat Livia dengan hati-hati memilih bahan yang jatuhnya lembut, menyesuaikan dengan usia dan selera sederhana sang ibu.

“Nanti Ibu bisa pakai ini pas pengajian malam Jumat,” kata Livia sambil menyerahkan hijab itu ke kasir.

Ganendra menggenggam tangannya lembut. “Kamu bikin aku makin sayang, tahu nggak?”

Livia tak menjawab. Ia hanya memandang matanya dalam-dalam, lalu berkata pelan, “Aku cuma pengen jadi seseorang yang bisa Ibumu anggap layak.”

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
sunshine wings
dan kamu emang udah layak dari pertemuan pertama insiden itu Livia .♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Wah aku yg salting.. asekkk.. 💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
sunshine wings
hahaha.. energi ya mas.. powerbank.. 💪💪💪💪💪😍😍😍😍😍
sunshine wings
Kan.. 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Good Ganendra.. 👍👍👍👍👍
sunshine wings
Yaa begitulah..Mantapkan hati.. 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Memang ada pilihan lain tapi hati hanya punya satu ya mau gimana lagi ya kan..
sunshine wings
Sudahlaa Lintang nanti makan diri sendiri.. 🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️
sunshine wings
kerana Livia yg pertama ada selepas hati Ganendra hancur berkeping².. ♥️♥️♥️♥️♥️
Naila
lanjut
Purnama Pasedu
lintang jadi badai
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: duri dalam daging 🤭🤣
total 1 replies
sunshine wings
😘😘😘😘😘
sunshine wings
Yesss!!! 💪💪💪💪💪♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
daaan calon suami juga.. 🥰🥰🥰🥰🥰
Purnama Pasedu
Livia,,,sekali kali ajak ibunya ganen sama ganen ke restoran
Purnama Pasedu: begitu ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: belum waktunya kak mereka belum resmi pacaran
total 2 replies
sunshine wings
Laa.. rupanya adek sepupu kirain adek sekandung.. buat malu aja.. sadar dri laa ɓiar sedikit.. 🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
Al Ghifari
lanjut seru banget
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak insyaallah besok 😘🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!