Perjalanan Xiao Chen dan Ling Ye, dua pendekar naga yang akan menjelajahi dunia untuk menumpaskan semua Iblis dan membela kemanusiaan.
inilah kisah suka dan duka 2 pendekar naga yang akan menjadi Legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2: Melawan Raja Makan
Setelah menuruni jalur terjal dengan kecepatan penuh, Xiao Chen akhirnya mencapai kaki gunung. Di depannya terhampar Desa Qingfeng, sebuah permukiman yang terlihat makmur dan padat aktivitas. Aroma rempah, kayu bakar, dan masakan desa menyambutnya, jauh lebih menggoda daripada aroma keringat di lapangan latihan.
Langkahnya yang tadinya bersemangat langsung melambat ketika matanya menangkap pemandangan yang ia cari: Kedai Bakpao Bibi Mei. Tempat itu selalu menjadi surganya setelah melarikan diri dari hukuman.
Di salah satu bangku kayu, Xiao Chen melihat sahabat karibnya, Ling Ye. Pemuda itu memiliki perawakan tambun—badannya besar dan bundar—dan sedang menikmati bakpao dengan konsentrasi penuh, setiap gigitannya menunjukkan kenikmatan yang hakiki.
"Hei, beruang Ling Ye! Sedang apa kau di sini sendirian?" sapa Xiao Chen dengan suara ceria.
Ling Ye, yang sedang asyik mengunyah, mengangkat kepalanya yang agak besar. Matanya yang sipit menyipit senang saat melihat sosok Xiao Chen. Ia tersenyum, pipinya yang gembul ikut terangkat.
"Oh, ternyata kau, Xiao Chen! Cepat ke sini, duduk! Ayo kita adakan duel makan! Aku yang akan traktir. Bagaimana? Berani terima tantanganku?" tantang Ling Ye, suaranya terdengar seperti dengung lebah.
Xiao Chen tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, kau ini bisa saja, Ling Ye. Baik, kali ini aku pasti akan menghajarmu! Sudah lama aku tak mengalahkan Raja Makan sepertimu."
Ia bergegas maju, menarik bangku kayu dan mendudukkannya tepat di hadapan Ling Ye.
"Bibi Mei, kami pesan sepuluh mangkuk Bakpao besar!" teriak Ling Ye sambil mengangkat tangan kanannya sebagai isyarat kepada pemilik kedai.
Bibi Mei, seorang wanita paruh baya dengan senyum yang selalu ramah, sedang menyeimbangkan nampan penuh hidangan untuk pelanggan lain. Ia mengangguk mengerti. "Baik, Ling Ye. Bibi akan segera antarkan."
Setelah memesan, Ling Ye menoleh kembali ke arah Xiao Chen. Kerutan samar muncul di dahinya. "Ngomong-ngomong, kau pasti melarikan diri lagi, ya?" tanyanya dengan nada penuh kecurigaan yang berdasar.
Xiao Chen hanya mengusap hidungnya dengan jari telunjuknya, gestur khas yang menunjukkan rasa bangga sekaligus sombong.
"Haha, kau memang peka sekali, Ling Ye. Aku hanya sedang berhemat energi saja. Aku ini kan jenius terbaik di Sekte Pedang Naga Langit! Walaupun aku sering bolos, aku tetap yang terkuat di antara para murid lainnya, kok."
Ling Ye mendengus malas. Ia memutar bola matanya ke atas. "Dasar kau ini. Sudah terukir permanen di ingatan semua orang betapa malasnya dirimu, dasar anak Li Yuan. Sudahlah, aku sudah hapal mati dengan tingkah abnormal-mu ini."
"Itu kau tahu, Ling Ye," balas Xiao Chen sambil menyengir lebar. "Oh ya, alihkan pembicaraan. Kau tahu tentang danau yang terletak di seberang desa ini, tidak?"
Ling Ye sedikit mengangkat dagunya ke udara, mencoba mengingat-ingat. "Sebentar... oh, danau itu! Kalau tidak salah, danau itu airnya jernih dan ikannya banyak sekali, kan?"
Xiao Chen langsung menjentikkan jarinya di depan wajah Ling Ye. "Nah, itu dia yang kumaksud! Setelah ini kita ke sana! Kita memancing! Kau harus ikut aku, ya?"
Ling Ye tidak menjawab, ia hanya mengangguk setuju dengan ekspresi pasrah.
Tepat saat itu, Bibi Mei datang membawa beberapa nampan besar yang penuh dengan sepuluh mangkuk Bakpao yang mengepul. Uap panasnya membawa aroma adonan lembut dan isian daging yang lezat. Ling Ye dengan sigap membantu Bibi Mei menata semua mangkuk itu di atas meja kayu.
"Terima kasih banyak, Bibi Mei," ujar Ling Ye.
"Ya, Ling Ye. Selamat menikmati," balas Bibi Mei dengan senyum ramah sebelum kembali ke konter.
Xiao Chen menatap gunungan Bakpao di hadapannya. Ukurannya tampak begitu menggoda dan besar. Perutnya yang kosong langsung berteriak, ia merasa tak sabar untuk segera melahapnya.
"Aku sudah siap, Ling Ye! Ayo kita mulai duel ini!" seru Xiao Chen, matanya sudah berkobar-kobar.
"Mulai!"
Keduanya meraih Bakpao secara bersamaan. Namun, ada yang aneh. Sementara Xiao Chen langsung menyerbu dengan kecepatan tinggi, mengunyah dengan sangat cepat dan lahap, Ling Ye justru makan dengan santai dan penuh perhitungan.
Xiao Chen merasa terusik. “Hmm, kenapa dia tenang sekali? Apa jangan-jangan dia meremehkanku, ya? Awas saja kau, Ling Ye, kali ini aku yang akan menang!" batinnya penuh tekad.
Tak dimungkiri, Bakpao buatan Bibi Mei memang terlalu lezat dan harganya sangat terjangkau. Xiao Chen menikmati setiap gigitan, namun saat ia hampir menghabiskan Bakpao kelimanya, kecepatan mengunyahnya mulai melambat. Rahangnya terasa pegal dan keram.
Di seberangnya, Ling Ye mendadak menyeringai tipis, sebuah ekspresi yang tampak seperti ejekan diam-diam. Lalu, tanpa aba-aba, Ling Ye menggunakan kedua tangan besarnya untuk menyambar empat bakpao sisa miliknya sekaligus, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya yang lebar.
Hanya dalam beberapa detik yang dramatis, Ling Ye sudah menelan semua bakpao itu. Mangkuknya kini kosong melompong.
Xiao Chen terbelalak. Ia tidak menyangka kemampuan sahabatnya dalam makan telah berevolusi sedemikian rupa!
"A-apa-apaan kau, Ling Ye?! Tidak mungkin! Aku tidak mungkin kalah, kan?!" Xiao Chen berusaha mengingkari kekalahannya.
Ling Ye kemudian bersendawa keras—sebuah tanda kepuasan—dan menatap Xiao Chen dengan tatapan penuh kemenangan.
"Seperti biasanya, Xiao Chen. Kau harus menggendongku sampai ke danau itu, hahaha!"
Ling Ye bangkit dari kursinya yang kini terasa longgar. Ia lantas mengangkat tubuh Xiao Chen yang masih termenung, terkejut karena ini adalah kekalahannya yang ke seribu satu kali dalam pertandingan makan.
"Terima saja kekalahanmu, Anak Sekte! Kau tidak akan pernah bisa mengalahkan Raja Makan sepertiku! Sekarang, bersiaplah, aku akan melompat!"
Ling Ye mengambil ancang-ancang. Setiap langkah kaki Ling Ye di tanah sudah mampu membuat ubin di sekitarnya bergetar samar. Xiao Chen merasakan bulu kuduknya meremang, meskipun ia sudah mengalami momen ini berulang kali.
"Aku datang, Xiao Chen!"
KRAAKK!
Saat Ling Ye melompat dan mendarat di punggung Xiao Chen, terdengar suara tulang punggung yang berderak dan gesekan otot yang mengerikan. Beruntung, Xiao Chen bukanlah manusia biasa, melainkan seorang pendekar yang tubuhnya sudah ditempa, bahkan jika ia baru di tingkat Pemurnian Qi Level 1.
Saking beratnya beban Ling Ye, kaki Xiao Chen sampai bergetar hebat dan hampir lututnya menyentuh tanah. Namun, ia menggertakkan gigi dan berhasil menstabilkan diri, melangkah maju dengan susah payah.
Xiao Chen mendengus dalam hati: "Mungkin aku memang malas latihan di sekte. Tapi, siapa sangka, dengan menggendong monster ini, aku secara tidak langsung sedang melatih kekuatan kakiku!"
makanya pembaca langsun hiatus