🌹Sebastian & Nana 🌹
Sebastian, seorang pengusaha kapal pesiar yang mendunia. Seluruh hidupnya dia curahkan untuk gairah dan kesenangan. Dia dikenal sebagai pemain wanita, lady killer dan pria berhati dingin.
Memiliki rahasia menyakitkan di masa lalu, seorang gadis desa yang rencananya akan dia permainkan merubah segalanya.
Apa yang sebernanya terjadi? Mengapa Sebastian tergila gila pada gadis desa yang pernah melemparinya sandal?
P.S : Merupakan Buku Kedua Serries David - Sebastian dan Luke
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan Baru
🌹Jangan lupa kasih emak vote ya anak anak emak yang cantik ganteng alamahoyyy.🌹
🌹Terus follow igeh emak di : @RedLily123.🌹
🌹Selamat membaca.🌹
Karena sudah selesai dan tinggal menunggu isyarat dari Hans, Eve membiarkan majikannya berbicara dengan ibu dan kakak tirinya. Eve mengawasi, begitu pula dengan Marylin yang takut make up ataupun gaun Nana berantakan.
Mereka berdua mengawasi dari ruangan lain yang hanya terhalang sekat.
Marylin berbisik pada Eve. “Apa dia wanita ular?”
“Entahlah.”
“Hai, ayolah aku melihatmu terus memperhatikannya. Tidak ada tatapan tajam yang kau layangkan selain pada para ular.”
“Diam dan jangan ganggu aku,” ucap Eve terus menatap kedua wanita yang sedang bicara dengan majikannya itu.
Di sisi lain, Nana merasa keheranan di tatap oleh dua manusia di depannya. Mereka membuka matanya lebar dengan mulut terbuka.
“Kenapa kalian melihatku seperti itu?” tanya Nana. “Kapan Ayah sampai?”
Lia berdecak, dia menatap ibunya merasa kesal. “Bu, kupikir dia tuli.”
Rina mengangguk. “Bukankah sudah aku bilang kalau dia akan datang bersama perawatnya, kenapa kau terus bertanya?”
“Bukan begitu, waktunya hampir tiba.”
“Ya tunggu saja dengan sabar,” ucap Rina kesal, dia kembali menatap Nana penuh dengan ketelitian.
Rina menggelengkan kepalanya. “Bagaimana bisa kau jadi secantik ini?”
Lia mengangguk. “Dia seperti turis bukan, Bu?”
“Iya, sangat cantik.”
Nana memegang pipinya sebelum menatap kaca kembali. Dirinya memang sangat cantik, tapi rasanya aneh mendapat pujian dari dua orang yang sering mengejeknya.
“Apa suamimu tampan?” tanya Lia penasaran.
Nana mengangguk sebagai jawaban jujur.
“Dia pria tua bukan?” tanya Rina menambahkan.
“Tidak terlalu tua,” jawab Nana. “Umurnya saja, wajahnya untukku lumayan terlihat masih bugar.”
“Apa penyakitnya?”
“Dia belum memberitahu, mungkin nanti jika kami sudah menikah.”
Rina menggeleng tidak percaya. “Bagaimana kau bisa menikahi pria sekaya ini?” dia berdecak. “Oh ya, jika kau punya teman pria kaya, kenalkan Lia padanya.”
“Ibu! Aku sudah punya pacar!”
“Pacarmu miskin!”
“Kapan Ayah datang?” tanya Nana yang sudah tidak sabaran.
Dan belum sempar Rina kembali membentak Nana, suara ketukan lebih dulu terdengar. Kemudian tidak lama kemudian pintu terbuka, memperlihatkan Ayahnya yang datang didorong kursi roda oleh seorang perawat. Tubuh ayahnya terlihat lebih sehat, raut wajahnya bahkan terlihat bersinar dengan kebahagiaan.
“Ayah.”
Nana berhambur ke pelukan ayahnya.
🌹🌹🌹🌹🌹
Tamu undangan sudah memenuhi kursi, sementara Sebastian sudah siap menunggu di altar. Napasnya memburu merasa sangat membara. Semua kalimat yang dikleuarkan orang orang disekitarnya seolah tidak berpengaruh, Sebastian hanya tidak sabaran bisa menjadi suami dari Nana.
Bahkan Arnold yang hendak mendekat dihalangi oleh Hans sesuai perintah, tidak ada yang boleh membuyarkan pikirannya kecuali Nana.
Bahkan pastor yang mengamati Sebastian itu tersenyum, melihat Sebastian yang memiliki emosi senang, gugup sekaligus gemas.
Hingga saatnya ketika pemandu acara mengatakan kalau pengantin wanita akan memasuki altar.
Para tamu segera berdiri ketika pintu terbuka. Dan Sebastian menegang seketika melihat wanita pujaannya ada di sana didampingi oleh ayahnya yang terlihat lebih sehat dari sebelumnya.
Dan Sebastian masih ingat bagaimana dirinya mendapatkan restu langsung dari ayah mertuanya, apalagi ayah mertuanya menyukainya dan memintanya berjanji akan menjaga Nana.
Ketika sampai di altar, tangan Nana diserahkan kepada Sebastian.
Tidak lupa ayahnya berkata, “Jaga putri saya.”
Sebelum akhirnya kembali ke barisan tamu, meninggalkan Nana dengan Sebastian dan pastor. Sebagai jawabannya, Sebastian mengangguk penuh keyakinan.
Khotbah yang diucapkan pastor membuat Sebastian semakin tegang, apalagi sampai akhirnya dia harus mengucapkan janji suci.
Sebastian mengatakannya dengan lancar. Dan saat giliran Nana, dia sedikit gugup, membuat Sebastian tersenyum. Akhirnya dia bisa melihat garis ekspresi wajah lain dari wanitanya itu.
Sampai akhirnya pastor mengatakan, “Sekarang kalian sah menjadi sepasang suami istri. Mempelai pria dipersilahkan mencium mempelai wanita.”
Tentu saja Nana menegang saat itu, berbeda dengan Sebastian yang tidak ragu.
CUP.
Kecupan kecil berakhir mendarat di bibir Nana. Sebelum menarik kepalanya terlalu jauh, Sebastian berucap, “Sekarang karena aku suamimu, maka aku akan memanggilmu Sayang, oke?”
“Oke.”
🌹🌹🌹🌹🌹
To BE COntinue