NovelToon NovelToon
Suddenly Married

Suddenly Married

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Romansa / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ichageul

Evan dipaksa menikah oleh ayahnya dengan Alya, gadis yang tidak dikenalnya. Dengan sangat terpaksa Evan menjalani pernikahan dengan gadis yang tidak dicintainya.

Evan mulai menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alya. Perbedaan karakter dan pola pikir menjadi bumbu dalam pernikahan mereka.

Akankah pernikahan mereka berhasil? Atau mereka menyerah dan memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pahlawan Tak Bertopeng

Hendra menulikan telinganya. Dia terus saja menarik tas milik adiknya itu. Tarik menarik tas pun terjadi. Kesal karena Nana keras kepala, tangan pria itu sudah terangkat, bermaksud melayangkan pukulan pada adiknya. Namun sebuah tangan menahan pergerakan pria itu. Terdengar teriakannya ketika tangannya ditekuk ke belakang. Lalu sebuah pukulan mengenai wajahnya.

BUGH

Hendra jatuh tersungkur ketika sebuah pukulan mendarat di wajahnya. Dia menatap nyalang pada pria yang sudah melayangkan bogeman padanya. Nana yang belum tersadar dari rasa terkejutnya, hanya mampu terdiam saja. Pria yang baru saja menolongnya berdiri membelakanginya. Melindungi gadis itu dari Hendra.

“Siapa, lo?!” tanya Hendra dengan kesal.

“Ngga penting siapa saya. Lebih baik kamu pergi, sebelum saya bawa kamu ke kantor polisi!”

“Dia adek gue! Ngga usah ikut campur!”

“Kalau dia adikmu, harusnya kamu memperlakukannya dengan baik. Bukan seperti tadi. Pergi!!”

Tak ingin mendapat bogem mentah lagi, Hendra bergegas pergi meninggalkan halte. Namun dia tidak akan menyerah. Pria itu berencana menemui adiknya lagi di rumah. Dan dia akan memberikan pelajaran pada Nana.

Sepeninggal Hendra, pria yang baru saja menolong Nana segera membalikkan tubuhnya. Wajah gadis itu masih terlihat pucat. Matanya menatap tak berkedip pada pahlawan tak bertopeng di depannya. Pria yang ternyata adalah Fariz mengajak Nana duduk di bangku yang ada di halte.

“Kamu temannya Alya, kan?” tanya Fariz.

“I.. iya, bang.”

“Kamu ngga apa-apa?”

“Iya. Makasih, bang.”

“Dia benar kakakmu?”

“Iya,” jawab Nana dengan raut sedih.

“Ayo, aku antar pulang.”

Fariz membukakan pintu mobil untuk Nana. Gadis itu segera naik ke dalamnya. Dalam hatinya dia bersykur Fariz datang menyelamatkannya. Tapi dia yakin, Hendra pasti akan datang lagi dan bukan tidak mungkin menyiksanya lagi.

Baru saja Fariz akan menyalakan mesin mobilnya, ponsel di saku celananya bergetar. Untuk beberapa saat, pria itu berbicara dengan seseorang yang menghubunginya. Tak lama berselang, panggilannya berakhir.

“Aku harus bertemu klien, lokasinya ngga jauh dari sini. Kamu ikut aja, ya.”

“Eh.. aku pulang aja, bang. Ngga apa-apa naik angkot aja.”

“Jangan. Meetingku ngga lama, kok. Mending kamu ikut aja. Takutnya kakak kamu masih ada di sini.”

Mengingat Hendra, membuat Nana menganggukkan kepalanya. Fariz segera menjalankan kendaraannya. Dia mengarahkan kendaraan menuju salah satu pusat perbelanjaan yang tidak terlalu jauh dari sana. Pria itu akan bertemu dengan salah satu kliennya di food court yang ada di sana.

“Kamu pesan makanan aja dulu. Aku ke meja itu dulu,” Fariz menunjuk sebuah meja yang sudah ditempati sepasang wanita dan pria.

“Ngga usah, bang.”

“Aku maksa. Kamu pesan makanan dulu.”

Tangan Fariz melambai, memanggil salah seorang pelayan. Pria itu meminta pelayan memberikan pesanan apapun yang diminta oleh Nana. Setelahnya, Fariz bergegas menuju meja di mana kliennya menunggu. Nana mau tak mau memesan makanan pada pelayan yang masih berada di dekatnya. Sambil mendudukkan diri, matanya melihat pada Fariz yang sedang berbincang.

Hanya setengah jam saja, waktu yang dibutuhkan Fariz untuk berbincang dengan kliennya. Pria itu segera menuju meja yang ditempati oleh Nana lalu mendudukkan diri di depannya. Nampak Nana sedang menikmati makanannya. Gadis itu memesan pempek untuk mengganjal perutnya. Fariz mengangkat tangannya, memanggil kembali pelayan. Pria itu memesan minuman untuknya.

“Tanganmu baik-baik saja?” mata Fariz melihat pada pergelangan Nana yang memerah.

“Iya, bang. Ngga apa-apa, kok.”

“Kakakmu, apa sering melakukan itu?”

“Iya,” Nana menundukkan kepalanya.

“Apa dia bekerja?”

Nana terdiam sebentar. Dipandanginya wajah Fariz lekat-lekat. Kakak ipar dari Alya ini memang selalu bersikap hangat sejak pertama mereka bertemu. Sikap baiknya tidak hanya ditujukan pada Alya, tapi juga pada dirinya. Tutur kata Fariz yang lembut dan sikapnya yang hangat, membuat Nana merasa nyaman. Dia merasa menemukan sosok kakak pada pria itu. Tanpa disadari, cerita tentang Hendra mengalir dari mulutnya.

Dengan seksama Fariz terus mendengarkan cerita Nana. Pria itu merasa prihatin dengan keadaan sahabat dari adik iparnya. Ternyata kehidupan gadis itu muda itu begitu sulit. Selain terhimpit masalah ekonomi, dia juga harus menghadapi kakaknya yang pemalas, kasar dan hanya menghabiskan uang kedua orang tuanya saja.

“Kamu harus berani melawannya. Kalau kamu diam saja, dia akan semakin berani padamu.”

“Aku memang takut padanya, bang.”

“Itulah yang membuat kakakmu terus menindasmu. Sekali-kali lawanlah. Tunjukkan kalau kamu tidak bisa ditindas.”

“Jangankan aku, abah dan amah saja tidak berani pada bang Hendra. Apalagi kalau dia sudah ngamuk.”

“Lapor saja pada polisi.”

“Abang sudah sering keluar masuk kantor polisi. Sepertinya sudah kebal.”

Fariz hanya menggelengkan kepalanya. Lengkap sekali hidup gadis di depannya ini. Dia tidak meneruskan pembicaraan tentang Hendra, karena tak mau membuat Nana sedih. Setelah Nana menghabiskan makanannya, keduanya segera keluar dari mall tersebut.

Dengan kecepatan sedang, Fariz menjalankan kendaraannya menuju daerah di mana Nana tinggal. Bahkan pria itu mengantarkan Nana sampai ke depan pintu rumahnya. Saat akan kembali ke mobilnya, pria itu melihat gerobak martabak telor. Dia segera melangkahkan kakinya menuju ke gerobak tersebut. Fariz memesan dua bungkus martabak.

Dengan dua martabak di tangannya, Fariz berjalan memasuki gang kembali. Pertama-tama dia menuju kediaman Dadang. Kedatangan Fariz tentu saja disambut ramah oleh mertua adiknya. Pria itu berbincang sebentar dengan Dadang, lalu permisi pulang. Tujuan selanjutnya adalah kediaman Nana.

Sesampainya di dekat rumah Nana, pria itu melihat beberapa tetangga mengeruuni kediaman gadis itu. Dari dalam rumah terdengar suara teriakan pria, disusul tangisan wanita. Fariz mempercepat langkahnya. Matanya membulat melihat Hendra tengah menarik rambut Nana sampai terjatuh. Pria itu tidak mempedulikan teriakan ibu dan bapaknya yang meminta berhenti.

Fariz menaruh asal bungkusan yang dibawanya, dia langsung merangsek masuk. Ditariknya kaos Hendra, lalu melayangkan bogeman pada pria itu. Bukan hanya sekali, tapi dia melakukannya sampai beberapa kali sampai Hendra jatuh terkapar dengan wajah bersimbah darah.

Pengurus RT setempat segera menuju kediaman Nana setelah mendengar laporan dari salah satu warganya. Pria berusia lima puluh tahun itu hanya terbengong melihat Hendra yang terbaring di lantai tidak berdaya. Dari hidung dan mulutnya keluar darah segar.

“Tolong bawa orang ini ke kantor polisi. Saya akan ke sana untuk memberikan kesaksian. Dia harus mendapatkan hukuman yang setimpal. Nana, apa kamu mau bersaksi? Kamu korbannya di sini,” Fariz melihat pada Nana.

Gadis itu tidak langsung menjawab. Dia melihat pada kedua orang tuanya. Kepala sang ibu mengangguk, dia setuju dengan apa yang dikatakan Fariz. Apa yang dilakukan Hendra hari ini sudah keterlaluan. Bukan hanya menyakiti Nana, anaknya itu juga menyakiti suaminya. Melihat persetujuan ibunya, Nana bersedia melakukan apa yang dikatakan Fariz. Bersama kedua orang tuanya, mereka segera menuju kantor polisi.

Bukan hanya Nana dan kedua orang tuanya, tapi beberapa tetangga juga memberikan kesaksian yang memberatkan Hendra. Pria itu langsung menginap di sel, dan akan segera menghadapi persidangan. Jika kemarin-kemarin Hendra hanya dihukum beberapa hari di sel kantor polisi setempat. Sekarang dia terancam masuk penjara akibat penganiayaan yang dilakukannya.

“Bang Fariz.. makasih ya,” ucap Nana tulus.

“Sama-sama, Na. Mudah-mudahan kakakmu kapok kalau sudah mendekam di penjara.”

“Iya, bang. Mudah-mudahan aja.”

“Bapak, ibu… saya permisi dulu.”

“Iya, nak Fariz. Terima kasih atas pertolongannya.”

“Sama-sama, bu. Nana, aku pulang dulu, ya.”

Setelah berpamitan dengan Nana dan kedua orang tuanya, Fariz bergegas meninggalkan kediaman Nana. Karena sibuk membantu keluarga itu, dia jadi terlambat pulang ke rumah. Tapi hatinya lega, untuk sementara Nana tidak perlu berurusan dengan kakaknya yang menyebalkan itu.

☘️☘️☘️

Dengan serius Alya mendengarkan curhatan sahabatnya via telepon. Alya terkejut sekaligus bersyukur mendengar Hendra dilaporkan ke kantor polisi. Yang membuatnya bertambah terkejut, ternyata kakak iparnya yang ada dibalik penangkapan Hendra. Tapi Alya bersukur, setidaknya hidup sahabatnya itu sudah tenang sekarang.

Selesai melakukan panggilan dengan Nana, Alya segera naik ke atas ranjang. Sedari tadi Evan sudah menunggunya di sana. Pria itu tidak langsung tidur, melainkan menunggu istrinya. Seperti biasa, sebelum tidur, pria itu akan melakukan pillow talk dengan sang istri. Pria itu langsung menarik Alya ke dalam pelukannya, ketika gadis itu naik ke atas ranjang.

“Siapa yang telepon?”

“Nana. Kakaknya Nana dilaporin ke polisi. Syukurin.. aku sebel banget sama bang Hendra. Dasar cowok parasit, kerjanya nyusahin orang tua terus, malakin adiknya. Boro-boro jadi kakak yang baik, nyusahin yang ada,” cerocos Alya panjang lebar.

Sejak dulu Alya memang tidak menyukai Hendra. Kakak dari sahabatnya itu hanya pria meresahkan yang hanya bisa menyusahkan kedua orang tuanya. Pernah pria itu menyatakan cintanya pada Alya, dan tentu saja langsung ditolak mentah-mentah olehnya. Beberapa kali dia berusaha mengganggu Alya. Namun akhirnya Hendra mundur setelah mendapat bogem mentah dari Irfan.

“Dia pernah gangguin kamu?”

“Pernah. Dia malah pernah nembak aku. Ya aku tolaklah. Eh dateng lagi, mana pake ngancem segala. Aku ngadu ke kang Irfan. Langsung didatengin sama kang Irfan, ditonjok sampe bonyok. Baru kapok, ngga berani ganggu aku lagi.”

“Untung dia ngga berani ganggu kamu lagi. Kalau dia berani ganggu kamu, aku bakal bikin dia masuk IGD.”

Senyum Alya terbit mendengar ucapan suaminya. Kini dia bisa merasakan kasih sayang Evan yang terasa tulus di hatinya. Gadis itu memberanikan diri mengusap pipi suaminya. Evan menangkap tangan Alya, lalu mencium punggung tangannya dengan mesra. Seketika wajah gadis itu merona.

“Mas tahu ngga siapa yang bantuin Nana laporin abangnya ke polisi?”

“Siapa?”

“Bang Fariz.”

“Bang Fariz?”

“Iya.”

Evan terdiam, tak menyangka kalau sang kakaknya terlibat dalam urusan keluarga Nana. Tapi dirinya juga tidak aneh mendengar itu. Fariz memang terbilang ringan tangan untuk membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongannya. Membicarakan Nana, Evan jadi teringat pada sahabatnya. Apa Gelar tahu apa yang baru saja menimpa Nana?

“Oh iya, Al. Soal kuliahmu, kamu akan bisa kuliah tahun ajaran ini.”

Gara-gara membahas soal Nana, Evan jadi lupa memberikan kabar gembira pada istrinya. Alya nampak terkejut sekaligus senang mendengarnya. Impiannya melanjutkan pendidikan, akhirnya menjadi kenyataan.

“Yang benar, mas? Mas dapat uang dari mana?”

“Papa yang akan membiayai kuliahmu. Katanya itu hadiah pernikahan untukmu.”

“Alhamdulillah.. mas.. aku senang banget.”

Refelks Alya langsung memeluk suaminya sebagai ekspresi kebahagiaan dirinya. Tentu saja Evan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Tangannya langsung memeluk pinggang Alya, dan bibirnya mendaratkan ciuman di bibirnya. Alya yang sudah berlatih teknik ciuman dari suaminya, langsung bisa membalasnya.

Tangan Evan menahan tengkuk Alya untuk memperdalam ciuman mereka. Lidahnya kini sudah menerobos masuk dan bermain-main di rongga mulut istrinya. Mata Alya terpejam, menikmati pagutan sang suami yang terasa begitu lembut dan memabukkan.

“Besok kamu ijin kerja aja, kita daftar kuliah. Kamu kuliah di kampus tempat aku ngajar aja, ya?” ujar Evan setelah ciuman mereka berakhir.

“Boleh, mas.”

“Kamu mau ambil jurusan apa?”

“Manajemen bisnis.”

Segurat senyum tercetak di wajah Evan. Jika Alya mengambil jurusan manajemen bisnis, itu artinya istrinya itu akan kuliah di jurusan tempatnya mengajar. Dengan begitu dia bisa mengawasi Alya selama kuliah. Pria itu tak rela kalau ada laki-laki lain yang mencoba mengejar istrinya. Melihat kecantikan Alya, bukan tidak mungkin banyak mahasiswa atau mungkin dosen yang tertarik padanya.

“Kamu juga keluar aja dari tempat kerja kamu sekarang dan fokus kuliah. Biar aku yang kerja buat kebutuhan kita.”

“Beneran mas, aku boleh berhenti kerja?”

“Iya. Kamu harus fokus belajar dan mengurus aku tentunya.”

Alya seperti kejatuhan durian runtuh mendengar penuturan suaminya. Kembali gadis itu memeluk tubuh suaminya. Bahkan dia sudah berani mencium pipi Evan. Hanya senyuman yang bisa Evan berikan melihat kebahagiaan di wajah istrinya.

“Setelah kamu keluar dari café, kamu bisa langsung berhijab.”

“Iya, mas. Makasih..”

Alya menelusupkan kepalanya ke dada Evan. Dia benar-benar merasa menjadi gadis yang beruntung. Kebahagiaan bertubi menimpanya, mulai dari sikap Dadang yang sudah menunjukkan rasa sayangnya, Evan yang juga sudah menyayanginya dan sekarang dia bisa mewujudkan impiannya, kuliah dan berhijab.

“Al..”

“Iya, mas.”

“Kamu masih kedatangan tamu?”

“Besok baru selesai, mas.”

Jantung Alya berdetak kencang ketika menjawab pertanyaan Evan. Dia tahu kemana arah pembicaraan suaminya menanyakan soal datang bulannya. Memang sudah semestinya dia memberikan mahkotanya pada Evan. Pernikahannya sudah berjalan dua minggu lebih. Dan mereka belum melakukan malam pertama.

“Kalau gitu, sekarang boleh dong nyicil dulu.”

“Nyicil apa, mas?”

“Ini.”

Tangan Evan mengusap pelan tubuh Alya, membuat bulu di tubuh gadis itu berdiri. Bibirnya juga langsung mel*mat lagi bibir ranum istrinya. Gerakan tangan Evan semakin liar, dan kini sudah bertengger cantik di gunung kembar sang istri. Pelan-pelan dia meremat bulatan kenyal itu layaknya squishy, membuat sang empu mengeluarkan des*hannya.

“Segini dulu aja ya. Aku ngga mau solo karir.”

Evan mengakhiri perang gerilyanya. Dia tidak mau bermain sendiri untuk menuntaskan hasratnya. Alya masih polos dan belum tahu bagaimana cara memuaskan seorang pria. Jadi untuk sementara, dia akan menahan diri. Pria itu mengeratkan pelukannya, mengajak sang istri mengarungi mimpi berdua.

☘️☘️☘️

**Mas Evan ngga ada cita² jadi Afgan, jadi penyanyi solo🤣

Yang nebak Gelar... Yo wiss lah udah tahu kan jawabannya😜**

1
anonim
ternyata pak Dadang menyayangi putrinya dengan caranya sendiri - sampai-sampai kalau pulang kerja memantau di sekitar kafe tempat Alya bekerja untuk memastikan putrinya aman.
Alya tidak tahu itu - jadi bikin Alya merasa diabaikan - tak di sayang ayahnya.
anonim
Ervan mau kabur dibela-belain merangkak pula biar Karina, Kaisar dan Fariz yang baru duduk-duduk di ruang tengah tidak melihat dia mau kabur pikirnya. Ternyata tidak jadi kabur setelah tahu kondisi papanya sedang tidak baik-baik saja - ada dua dokter teman Kaisar yang selama ini menjadi langganan papanya kalau berobat datang dan masuk ke kamar papanya.
Gak jadi kabur Bro - jadi menikah nih /Facepalm/
anonim
Evan ini belum tahu kalau yang mau menikah dengan Alya dirinya /Facepalm/
anonim
keren bang Sar bisa memulangkan Evan ke Indonesia dengan idenya yang gak tanggung-tanggung
anonim
Bagus Alya - om Antonio di suruh langsung bilang ke pak Dadang - Alya akan menerima apapun hasilnya.
anonim
mantap Fariz bisa bermain ke rumah pak Karta yang mengajak main catur dan bisa mencari tahu tentang kehidupan Alya. Miris juga nasib Alya yang ada tapi seperti tak ada bagi ayahnya
Rahma Habibi
terimakasih author atas karya2 mu yang sangat menghibur dan selalu di nanti karya selanjutnya
In
gara2 Dion aku balik lagi ke sini... ☺️
Laila Isabella: sama..ulang baca dari awal lagi..🤣🤣
total 1 replies
Poppy Sari
keren.../Good/
Wiwie Aprapti
yg Tututware kemana kak, udah tutup ya pabrik nya
Wiwie Aprapti
karma di bayar tunai ga pake di cicil lagi
Wiwie Aprapti
harusnya Evan bilang nya "sudah ku dugong" gitu kak🤣🤭🙃
Wiwie Aprapti
bunga Kamboja 🤣
Wiwie Aprapti
nahhhh kannn Mardi lohhhh🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
dehhhhh..... hampura lahhhhhhh ki ace🤭🤣
Wiwie Aprapti
skakmat Evan🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
Kaisar pasti temennya kevin nihhhh
Wiwie Aprapti
kisah nana ada sedikit kemiripan sama bestiee aku, tapi kalo bestie aku satu agama cuma beda jalur, besti ku NU cowoknya LDII, dan mama besti ku ga kasih restu, bahkan di kasih pilihan, pilih cowoknya atau mamanya, kalo dia pilih cowoknya, besti ku di usir dari rumah, di cabut semua fasilitas yg di pakai, di coret dari kk, alhamdulillah dia lebih sayang sama mamanya, sekarang udh nikah, malah dapet suami yg baik banget, sayang💕, dan berkecukupan juga hidupnya, pilihan orang tua memang yg terbaik buat anaknya, ga tau juga kalo dia salah pilih, wallahualam......
Wiwie Aprapti
waduhhhhhhhh encok ga tuhhh si Alya di garap Evan 🤭🙃
Wiwie Aprapti
yg lain travelotak.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!