Akia tengah lari dari Ayahnya, yang menikah lagi pasca kepergian Ibunya. Kia bersembunyi dan bekerja di sebuah Rumah sakit sebagai seorang perawat disana. Akia dipertemukan oleh seorang pasien dengan trauma kecelakaan yang menyebab kan pengelihatan nya hilang.
Bisma Guntur Prayoga. Seorang pria yang harusnya menjadi ahli waris untuk hotel besar milik Ayahnya, justru memiliki nasib tragis dengan harus kehilangan cahaya dari matanya.
Kedua dipertemukan dalam sebuah instiden, ketika Kia dituduh akan mencelakai Bisma. Padahal, itulah yang membuat Bisma sadar dari tidur panjangnya selama ini.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Akan kan mereka akan bersatu, dan Kia menerima Bisma sebagai pengisi cahaya dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna Surliandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu?
Nanda begitu gugup saat ini. Ia menelan salivanya hingga otot di batang tenggorokan nya tampak naik turun. Ia tak menyangka, jika Bisma sudah mengenali Kia sebelumnya.
"Katakan, dimana Dia? Kenapa kau yang datang?" tanya Bisma, masih berusaha menahan emosinya.
"Maaf, Tuan. Ehmmmm... Kak Kia sebenarnya menolak pertemuan ini sejak awal. Tapi, Papa memaksa dan akhirnya Kak Kia meminta saya untuk menggantikan Dia." jelasnya perlahan, agar Bisma tak tersinggung mendengarnya. Tapi, Bisma justru teesenyum mendengar semua penjelasan dari nya itu.
"Panggil Dia sekarang."
"Hah? Ta-tapi-...."
"Aku bilang, panggil Dia."
"Baik," angguk Nanda. Ia pun menyingkir sejenak untuk menepi menghubungi Akia dirumah. Entah apa yang Ia lakukan saat ini, hingga panggilan dari Nanda tak kunjung Ia jawab.
"Kakaaaak, dimana sih?" galau Nanda, menggigiti kuku jari tangan nya sembari terus mondar mandir di tempatnya.
Sebuah tangan besar menepuk bahu Nanda. Ia kaget sampai berjingkrak karenanya. Mengelus dada, ketika menatap seorang pria tampan nan rupawan berdiri di hadapan nya.
"Maaf, ada apa?" tanya Daksa.
"Hah? Kenapa?" Nanda yang tak tahu siapa Daksa, hanya bisa kembali melontarkan pertanyaan padanya.
"Oh, maaf. Itu, yang disana adalah Bos saya. Ada apa hingga Anda menjauh darinya?" Mau tak mau Nanda menceritakan semuanya. Alasan kenapa Ia yang datang dan semua penolakan dari Kia pada Bos Darma yang masih menunggu dengan tenanf disana.
"Maaf, saya ngga bermaksud...."
"Baiklah. Tapi, panggil Kakak mu sekarang juga." Nanda pun mengangguk, dan lagi-lagi berusaha memanggil Kia dengan ponselnya. Hingga entah panggilan keberapa, akhirnya Kia menjawab semuanya meski dengan nada ketusnya lagi dan lagi.
"Haisssh, apaan sih? Gangguin orang lagi nyalon aja. Kenapa?"
"Kak Kiaaaaa... Dia tahu, kalau bukan Kak Kia yang dateng, Kak."
"Bagaimana bisa? Katanya buta?"
"Kak, Dia maunya Kak Kia. Dari suara aja dia udah kenal." Kia hanya melotot, berfikir dengan keras bagaimana pria itu mengenalnya. Ia bahkan tak pernah punya teman pria, apalagi dengan kondisi kekurangan seperti itu.
"Kak, dia ngga mau pergi sama sekali kalau Kak Kia belum dateng kesini."
Kia tampak rengam dan marah. Menggenggam tangan nya dengan kuat menahan segala emosi yang ada.
"Baiklah, Aku kesana." rencana jahat menggelanyut dalam fikiran Kia. Bagaimana caranya agar Pria itu lah yang menolak dirinya kali ini.
"Bun bun, Aku pergi."
"Hay, Cyin. Treatmen belum selesai, nanggung amir?" ucap pekerja salon langganan Kia. Apalagi, Kia hampir setahun tak pernah lagi perawatab seperti biasa karena kabur dan pemblokiran segala fasilitas miliknya
"Ada urusan. Besok gue dateng lagi," cuap Kia pada pria gemulai itu. Mereka bercipika cipiki dengan riang untuk melakukan perpisahan. Lalu Kia pergi dengan mobilnya sendiri menuju tempat yang di janjikan.
Kia masuk. Menatap seluruh ruangan Restaurant itu dan mencaru sosok pria yang menunggunya.
"Dia kah?" tatap Kia pada sosok pria yang sendirian membelakanginya saat ini. Dengan malas, Ia pun menggampiri dengan begitu perlahan hingga tiba di samping Bisma.
"Kau datang?" sapa Bisma terlebih dahulu. Yang entah dari mana, Ia paham betul akan kedatangan Kia di sampingnya.
"Hah! Kamu?" kaget Kia, menemukan Bisma tersenyum dengan begitu ramah tatkala menyambut kedatangan nya.
Kia duduk tepat di depan Bisma, sesekali mengibaskan tangan nya disana untuk memastikan kelemahan Bisma. Karena Kia paham betul, sulit bagi orang buta untuk mengenali seseorang seperti itu. Kecuali jika mereka sudah sering bertemu dan dekat. Tapi Kia dan Bisma, mereka hanya baru bertemu Dua kali di Rumah sakit. Dan ini ke tiga kalinya.
koq rubah² mulu