Hubungan yang terus di tentang keluarga, membuat pria tampan bernama RahardiAwan putra Biantara mau tak mau menyerah dan pasrah melepas cintanya pada seorang wanita yang ternyata seorang pekerja sex komersial.
Patah hati hebat itulah membuat ia mendadak menjadi seorang yang dingin dan tak acuh pada apapun termasuk wanita lain. Hingga akhirnya keluarga besar menjodohkan putra mahkota Biantara itu dengan seorang gadis kecil yang baru saja lulus SMA. Sifatnya yang ceria dan bar-bar di yakini keluarga akan bisa mengembalikan sosok Awan yang hangat seperti dulu.
Mampu kah Awan bertahan dengan pernikahan paksa nya itu?
Atau sang istri akan menyerah karna sering kali menajadi bayang-bayang sang Mantan suami?
Yuk kepoin ceritanya yang mungkin akan sedikit bikin darah tinggi 🤧🤧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu, si calon Mantan!
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Mentari yang sudah terlanjur datang dan Awan yang juga sudah menyusul ke rumah utama akhirnya membuat mereka menginap di bangunan mewah tersebut. Tak ada drama pisah ranjang dan pisah kamar karna takut keluarga Rahardian menaruh curiga tentang rumah tangga mereka yang sebenarnya tak baik-baik saja selama ini.
"Tidur lah, jangan pikirkan ucapanku tadi. Aku ingin kamu bahagia" ucap Awan saat Mentari sudah ada di dalam pelukannya.
"Ternyata begini rasanya ya mencintai seseorang yang tak bisa di miliki, peureeeesss!" jawab Mentari sambil memegang dadanya sendiri.
"Aku milikmu, jangan pura-pura bodoh" balas Awan yang lalu mencium pucuk kepala istrinya.
"Milikku dari mana? mulut laknatmu itu masih saja menyebut namanya dengan santai di depanku. Untung hatiku kuat" cetus Mentari yang malah membuat Awan tertawa.
"Bagus, maka itu aku butuh kamu. Aku ingin terbuka dalam segala hal bersamamu termasuk jujur jika aku masih mencintanya" ujar Awan sambil mengeratkan pelukan, matanya terpejam karna ia merasa sangat nyaman saat mendekap tubuh gadis berani tersebut.
"Kamu pikir aku tong sampah, yang harus menampung bekasanmu?" ledek Mentari, ia benar-benar tak takut Awan akan marah dengan segala bentuk protesnya.
"Hey! sskali lagi kamu bilang seperti itu, aku akan membuat kamu menyesal seumur hidup!" ancam Awan sedikit terpancing emosinya.
"Terserah! yang ku tahu Mantan itu adalah BEKAS!!!" tegas Mentari.
"Dan kamu salah satu calonnya" tambahnya lagi.
Mendengar hal tersebut sontak membuat Awan terkejut. Ia bangun dari bangunnya dengan mendadak sampai membuat Mentari ikut kaget dengan pergerakan suaminya.
"Maksudmu apa?" tanya Awan.
"Kamu mau nyerah? kamu mau ninggalin aku? kamu mau berhenti cinta sama aku, iya?! jawab. Mentari!" tambahnya lagi dengan panik sampai tak sadar sudah meninggikan suaranya.
"Jika kamu yang minta, aku akan melakukannya. Aku hanya akan mundur perlahan jika kamu tetap menegaskan hatimu hanya untuknya." jawab Mentari yang ikut bangun.
Kini keduanya sudah duduk saling berhadapan, dan Awan langsung meraih kedua tangan Mentari untuk ia genggam.
"Aku tak akan melakukannya. Meski aku cinta dia, tapi aku butuh kamu" pinta Awan.
"Buat apa aku jadi tempatmu pulang jika kamu tak memberiku apa-apa" sindir Mentari.
Ia tahu, suaminya itu tak pernah mau mencoba melepas masa lalu, Ia justru ingin menggenggam keduanya dalam satu tangan yang sama dan itu tentu tak mudah karna semua akan merasakan sakit yang sama jika terlalu lama di paksa.
"Di butuhkan saja tak baik dalam suatu hubungan. Jika kamu lapar, kamu tak hanya ingin makan, kan? tapi kamu juga butuh rasa dalam hidangan yang ingin kamu nikmati. Kenyang tanpa rasa tentu hanya membuat mual"
Awan menunduk, ia paham apa yang di maksud istrinya barusan tapi melepas kan sesuatu secara terpaksa itu sangat menyakitkan. Dan ia belum bisa melakukan itu. Awan yang awalnya hanya menepati janjinya pada Lisya untuk baik dan menghargai pasangan halalnya kelak perlahan tanpa sadar justru ia lakukan karna naluri nya sendiri sebagai seorang suami.
"Kemarilah, aku ingin memelukmu" pinta Awan yang merentangkan kedua tangannya.
Mentari tak perlu berpikir dua kali, ia tentu langsung berhambur masuk kedalam dekapan sang suami, keduanya berpelukan dengan saling merasakan kenyamanan satu sama lain.
.
.
.
Kelak saat namanya tak lagi menjadi alasan ku tersenyum, di saat itulah aku mencintamu!!!