🏆 Novel Lomba Menulis Tahun 2022 🏆
Kisah seorang ratu yang bereinkarnasi ke masa depan menjadi gadis biasa yang lugu untuk menebus segala dosanya yang telah lalu akibat kegemarannya yang suka berperang dan membunuh ribuan orang dalam perang kerajaan yang di pimpinnya.
Bertemu seorang pria berondong yang bodoh yang tak sengaja ia temukan di depan toko roti tempatnya bekerja.
Ternyata pria tersebut seorang CEO Amnesia yang tidak diketahui identitas pribadinya sampai CEO Amnesia itu mendapatkan ingatannya kembali setelah jatuh dari toilet.
Tetapi CEO itu hanya mengingat wanita lain dan menganggap gadis itu sebagai pengganti wanita lain itu.
Bagaimana kisah kasih ideal mereka akankah keduanya bersama dan menikah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 DIA SANGAT MENJENGKELKAN
Magani Ogya mengajak Batang Dewi untuk menemui ayahnya di sebuah restoran.
Batang Dewi tidak mampu menolak ajakan dari Magani Ogya karena dia telah terikat kesepakatan yang legal dengan CEO tampan itu.
"Mungkinkah aku pergi dengan penampilan seperti ini ?", tanya Batang Dewi.
Dia berdiri tepat di depan cermin sambil mematut diri, dan memperhatikan seluruh penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kaki yang berantakan.
"Menjadi tubuh yang baru bukan berarti menjadi lebih baik", ucap Batang Dewi seraya menundukkan pandangannya.
Batang Dewi melirik ke arah meja konsul disamping cermin panjang. Dan meraih sebuah kartu kredit unlimit dari Magani Ogya yang sengaja diletakkan oleh CEO tampan itu di atas meja.
Dia memang menolak pemberian kartu kredit tak terhingga itu karena dia tidak membutuhkannya.
Batang Dewi menghela nafas panjang.
"Tetapi..., sekarang aku mungkin membutuhkan kartu kredit ini...", ucap Batang Dewi.
Beberapa menit kemudian Batang Dewi telah bersiap-siap hendak keluar kamarnya untuk pergi.
...Tok... Tok... Tok......
Pintu kamar di ketuk dari arah luar kamar.
Batang Dewi bergegas membuka pintu kamar tetapi seseorang dari luar mendorong pintu kamar hingga dia terjatuh.
...Bruk......
"Emm... !?", gumam Batang Dewi.
Dia terjatuh ke dalam pelukan dan orang itu langsung mendekapnya erat-erat.
"Apakah kamu sudah tidak sabaran untuk segera menikahi ku, Batang Dewi ?", kata seorang pria yang suaranya tidak asing di telinga Batang Dewi.
Batang Dewi menyentakkan tubuhnya dari dekapan pria itu tetapi langsung ditahan oleh tangan pria itu yang tak lain adalah Magani Ogya.
"Kenapa ?", tanya Magani Ogya.
CEO tampan dan muda itu menatap lurus ke arah Batang Dewi.
"Apa maksud mu ?", tanya Batang Dewi menarik dirinya dari dekapan pria itu.
Magani Ogya melangkahkan kakinya cepat-cepat menuju Batang Dewi yang mundur mencoba menghindari CEO itu.
"Maksud ku ?", sahut Magani Ogya.
"Kenapa kamu kemari !? Bukankah acara bertemu ayah mu masih nanti !?", kata Batang Dewi gugup.
Batang Dewi terus mundur hingga menempel ke dinding kamar sedangkan Magani Ogya terus berjalan mendesak ke arah perempuan itu.
Keduanya saling bertatap muka sangat dekat sekali hingga Batang Dewi menjadi rikuh dibuatnya.
"Kenapa aku kemari !? Dan perlukah aku bertanya pada tunangan ku sendiri untuk masuk ke kamarnya !?", sahut Magani Ogya.
"Tunangan diantara kita hanya sebatas kesepakatan dan hanya di atas kertas, tidak lebih dari itu", kata Batang Dewi mencoba tegas.
"Hah !? Apa !?", jawab Magani Ogya.
"Bukankah itu yang kamu inginkan bahwa aku hanyalah sebatas tunangan pengganti saja, kata-kata itu pernah kamu ucapkan pada ku saat kamu mengalami amnesia", lanjut Batang Dewi.
"Otak mu benar-benar bermasalah, nona... Batang... Dewi...", sahut Magani Ogya.
"Apa !?", gumam Batang Dewi terkejut.
"Tidak akan ada lagi kata kesepakatan mulai sekarang, dan hanya ada kata kamu dan aku sebagai pasangan kekasih yang telah bertunangan", sahut Magani Ogya.
"Tidak semudah itu kita langsung bertunangan karena pada dasarnya kamu hanya menganggap ku sebagai tunangan pengganti untuk mu", kata Batang Dewi.
Magani Ogya menggertakkan gerahamnya ketika menatap ke arah Batang Dewi.
Tampaknya CEO tampan itu sedikit kesal dengan ucapan Batang Dewi yang masih saja mengungkit perihal tunangan pengganti itu.
"Itu sudah berlalu...", ucap Magani Ogya.
Batang Dewi mendongakkan kepalanya menatap ke arah Magani Ogya dengan ekspresi serius.
"Bisakah kamu melupakan tentang itu...", kata Magani Ogya.
Batang Dewi tertegun tanpa bersuara, dia memalingkan mukanya ke arah lain tetapi tangan CEO muda itu lalu menahannya.
"Aku tidak lagi menginginkan mu sebagai tunangan pengganti melainkan sebagai seorang kekasih yang sesungguhnya", lanjut Magani Ogya.
"Masihkah kamu terus bersandiwara, Magani Ogya ? Sampai kapan ?", sahut Batang Dewi.
"Bersandiwara...", ucap Magani Ogya lirih.
Magani Ogya lalu menarik tubuh Batang Dewi dan langsung menciumnya dalam-dalam
"Uhm !?", gumam Batang Dewi meronta keras.
Namun, Magani Ogya menahan tubuh Batang Dewi semakin erat dengan menekan perempuan itu hingga menempel ke dinding kamar dan melancarkan ciumannya secara bertubi-tubi kepada Batang Dewi.
Sesaat kemudian, Magani Ogya mengendorkan pelukannya serta mengurangi ciumannya kepada Batang Dewi.
Menatap dengan tajam serta berkata.
"Kamu harus tahu akan keberadaan ku kini sebagai tunangan mu dan yang harus kamu sadari bahwa kamu memiliki tanggung jawab besar terhadap ku, Batang Dewi".
Batang Dewi dengan bibir merah merekahnya terlihat menahan air matanya yang mau tumpah.
"Tidak ada penolakan mulai detik ini ataupun nanti karena kita telah bertunangan dan bukan hanya di atas selembar surat, kamu mengerti", ucap Magani Ogya.
Magani Ogya kembali mencium sekilas perempuan polos itu lalu menarik tubuh Batang Dewi hingga ke atas tempat tidur.
"Akh !", jerit Batang Dewi kaget.
Magani Ogya memeluk perempuan lugu itu serta berbaring bersama di atas ranjang.
"A--apa mau mu, Magani Ogya !?", ucap Batang Dewi gemetaran.
"Mau ku ?", sahut Magani Ogya sambil tersenyum tipis.
Pria tampan itu perlahan-lahan melepaskan pelukannya seraya memandangi tubuh Batang Dewi lalu membuka gaun yang di pakai Batang Dewi secara pelan-pelan.
"Hentikan Magani Ogya !", teriak Batang Dewi.
"Ada apa ?", sahut CEO muda itu.
Magani Ogya mulai melepaskan gaun serta melemparkannya jauh ke bawah lantai kamar tidur seraya menatap penuh gairah ke arah Batang Dewi hingga membuat tubuh bagian atas perempuan polos itu terlihat seluruhnya.
"Kamu cantik juga... Batang Dewi...", ucap lirih Magani Ogya.
"Lepaskan aku !", teriak Batang Dewi dengan wajah merah padam menahan malu.
"Kamu mampu membangkitkan kembali gairah hidup ku... Dan aku tidak akan menyia-nyiakannya, Batang Dewi...", ucap Magani Ogya.
Batang Dewi tidak dapat melepaskan diri karena kedua tangannya yang terangkat ke atas di tahan keras oleh Magani Ogya sedangkan tubuhnya di tahan oleh kedua kaki pria itu.
"Magani Ogya, jangan berlebihan ! Jika tidak aku akan menghajar mu !", teriak Batang Dewi panik.
"Menghajar ku ?", sahut Magani Ogya dengan tatapan yang mengarah ke bagian atas tubuh Batang Dewi yang terbuka.
CEO tampan itu lalu memainkan bagian atas tubuh Batang Dewi dengan jari jemari tangannya sehingga Batang Dewi meronta keras.
"Kamu menyukainya...", ucap Magani Ogya.
Batang Dewi melihat ke arah pria arogan itu dengan tatapan sendu serta wajah penuh peluh keringat.
Perempuan polos itu hanya bisa memicingkan kedua matanya ke arah Magani Ogya dengan perasaan bercampur aduk.
"Aku mulai menyukai mu... Batang Dewi...", bisik Magani Ogya.
Batang Dewi tidak menjawabnya dan hanya memalingkan wajahnya ke arah lain berusaha menghindari ciuman Magani Ogya.
"Magani Ogya !", teriak Batang Dewi saat jari-jari tangan CEO itu semakin cepat memainkan bagian atas tubuhnya.
"Kita adalah pasangan yang telah resmi bertunangan, hanya saja kita belum merayakannya", ucap Magani Ogya.
"Jangan keterlaluan, Magani Ogya ! Aku bukan boneka mu !", sahut Batang Dewi yang meringis kelelahan.
"Aku tidak hanya menganggap mu boneka milikku melainkan wanita ku, Batang Dewi", ucap Magani Ogya lalu melahap bukit indah itu.
"Magani...", ucap Batang Dewi sambil menggigit bibir bawahnya serta mencengkeram erat punggung Magani Ogya.
Batang Dewi menahan teriakannya saat CEO muda itu melahap seluruh kedua bukit indah miliknya.
"Kenapa Batang Dewi... Kamu sangat menginginkannya bukan...", ucap Magani Ogya.
Batang Dewi tidak mampu menjawab ucapan pria itu karena kepalanya terasa pusing sekali.
CEO berwajah tampan serta karismatik itu semakin gencar memainkan bagian atas tubuh Batang Dewi hingga perempuan polos itu berkeringat deras.
"Aku suka pada mu, Batang Dewi", kata Magani Ogya.
Pria itu lalu menghentikan aktivitasnya seraya memandangi wajah Batang Dewi yang kemerahan.
"Mulai detik ini hingga seterusnya kamu akan menerima perlakuan mesra dari ku seperti ini setiap saat, Batang Dewi", kata Magani Ogya dengan tegasnya.
"Mengapa kamu memperlakukan ku seperti ini, Magani Ogya !?", sahut Batang Dewi dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Karena memang seperti itu seharusnya hubungan diantara kita berdua dan semestinya aku bersikap lebih terhadap mu, Batang Dewi", kata Magani Ogya.
"Kamu menjengkelkan...", sahut Batang Dewi dengan air mata mengalir dari kedua sudut matanya.
"Aku melakukannya agar kamu tidak terus-menerus menganggap ku menjadikan mu tunangan pengganti, Batang Dewi", ucap Magani Ogya.
"Kamu jahat...", ucap Batang Dewi.
"Tidak... Karena memang semestinya kita bersikap sebagai pasangan tunangan, Batang Dewi", sahut Magani Ogya. "Jangan lupa bersiap-siap karena aku akan mengajak mu keluar", sambungnya.
CEO itu lalu melepaskan Batang Dewi kemudian pergi meninggalkan perempuan polos itu seorang diri di atas tempat tidur dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.
Batang Dewi terbaring dengan gaun acak-acakan serta bekas tanda merah di seluruh bagian atas tubuhnya yang terbuka polos.
Dia menangis sesenggukkan dengan tubuh meringkuk di atas ranjang tidurnya yang lebar.
Kelakuan Magani Ogya semakin lama semakin melampaui batasannya dan membuat Batang Dewi tersiksa.
Tentu saja perempuan itu merasa tersiksa lahir batinnya, hal itu di dorong karena Batang Dewi masih merasa bahwa Magani Ogya hanya menganggapnya sebagai tunangan pengganti untuk CEO muda berwajah tampan itu.
Batang Dewi seakan-akan menjadi perempuan yang tampak bodoh sekali dihadapan Magani Ogya yang lebih berkuasa dari dirinya.
Dia sangat putus asa karena Batang Dewi tidak mengerti akan perasaan yang sesungguhnya di hati Magani Ogya terhadap dirinya.
Cinta... Ataukah hanya menjadikannya pengganti untuk Magani Ogya...
Lama Batang Dewi terbaring di atas tempat tidurnya dengan kedua mata terpejam rapat, merenungi yang barusan terjadi kemudian dia turun untuk kembali bersiap-siap keluar bersama Magani Ogya.
Degup jantungnya terus berdetak kencang setelah mendapatkan perlakuan berbeda itu dari CEO muda nan tampan.
Batang Dewi mempercepat langkah kakinya menuju ke ruangan lantai bawah rumah, dan menemui Magani Ogya yang sedari tadi menunggunya di depan pintu masuk rumah.
Magani Ogya tersenyum simpul ketika Batang Dewi muncul dihadapannya lalu segera menarik tubuh Batang Dewi ke dalam pelukannya.
Keduanya lalu pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai mobil Bugatti warna hitam yang di sopiri sendiri oleh Magani Ogya.