Api di Bumi Majapahit adalah buku ke dua dari Trilogi Naga api....Dianjurkan membaca Pedang Naga Api sebagai buku pembuka sebelum membaca Api di Bumi Majapahit agar semua misteri tersambung..
Seribu tahun setelah pertempuran pendekar langit merah dengan pendekar terkuat pengguna Naga api dan bertepatan dengan berdirinya Kerajaan Majapahit, sebuah perguruan silat misterius bernama Tengkorak merah muncul kedunia persilatan dan kembali membuat kekacauan.
Mereka mencari kitab ilmu kanuragan tanpa tanding yang pernah dimiliki oleh Sabrang Damar, Pendekar terkuat pengguna Naga api yang menghancurkan Pendekar langit merah. Ilmu kanuragan yang mampu mengendalikan energi Banaspati itu bernama Kitab Api Abadi.
Disaat yang bersamaan seorang pemuda yang sangat membenci ilmu kanuragan karena masa lalu kelamnya justru menjadi harapan baru dunia persilatan untuk menghancurkan kekejaman Perguruan tengkorak merah yang memiliki ilmu kanuragan tinggi.
Pertemuan pemuda itu dengan seorang gadis dari perguruan aliran putih merubah segalanya.
Apakah pemuda itu akan terseret kedalam pusaran dunia persilatan atau justru dia tetap memilih menjauhi Ilmu kanuragan yang sangat dibencinya?
Semua perjalanan hidup pemuda itu di kemas dalam novel berlatar belakang kerajaan terbesar nusantara Majapahit.
Update Setiap Hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ricky Wicaksono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Energi Naga Api
Saraswati menancapkan pedang pusaka Megantara dihadapannya, dia tampak duduk bersila dan mulai memejamkan matanya. Tak lama aura putih menyelimuti tubuhnya sebelum mengalir masuk kedalam Pedang Megantara.
"Apa kalian tak ingin bicara padaku?" ucap Saraswati sambil tersenyum.
"Siapa kau sebenarnya? bagaimana kau bisa menguasai ajian Rogo sukmo?" ucap Eyang Wesi terkejut.
"Tak perlu tau siapa aku, bukankah yang terpenting saat ini adalah keselamatan nyawanya?" jawab Saraswati.
"Apa yang terjadi pada anak ini? dia bisa begitu leluasa mengendalikan kekuatanku tanpa bisa kucegah?".
"Setiap trah Dwipa memiliki warisan darah iblis dalam tubuhnya, mereka mempunya dua sisi yang berusaha saling mengalahkan. Sisi gelapnya akan selalu berusaha muncul dan menguasai tubuh itu. Saat ini anak itu sedang berusaha menahan sisi gelapnya bangkit". ucap Saraswati pelan.
"Dua sisi dalam satu tubuh?" Eyang Wesi mengernyitkan dahinya.
"Kami sudah memgetahui masalah ini, itulah kenapa Hibata selalu melindungi anak itu dari jauh. Tubuhnya disegel sedemikian rupa agar dia tidak bisa mempelajari ilmu kanuragan apapun sampai waktunya tiba namun kemunculanmu yang diluar perkiraan kami dan merubah semuanya".
"Kemunculanku?".
"Lupakan, semua sudah terjadi dan sepertinya gadis yang bersamanya juga pemicu anak ini turun kedunia persilatan. Sekarang yang terpenting membantunya melawan sisi gelap anak itu, aku membutuhkan bantuan Naga api".
"Aku tidak menerima perintah dari siapapun selain tuanku" balas Naga api sinis.
Saraswati terkekeh setelah mendengar jawaban Naga api. "Apa kau akan membiarkan keturunan tuanmu mati? aku tidak bisa membayangkan apa reaksinya ketika mengetahui keturunannya mati".
"Kau!" Kobaran api tiba tiba muncul dan mencoba membakar Saraswati namun aura putih ditubuhnya lebih dulu menekan api itu.
"Aku benar benar bingung bagaimana tuan Sabrang bisa mengendalikan mahluk keras kepala seperti dirimu".
"Sisi gelap trah Dwipa hanya bisa dilawan oleh mereka sendiri, percuma saja kau meminta bantuanku". balas Naga api.
"Aku punya cara membantunya, walau aku tidak yakin namun akan kucoba".
"Apa kau membual?" Naga api mulai tertarik.
"Setelah aku memutuskan pergi dari hutan kematian, aku bergabung dengan organisasi Hibata untuk menyelidiki Trah Dwipa. Akses informasi dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki sedikit memudahkanku melakukan penelitian. Kegagalan mereka melawan sisi gelapnya terletak pada kurangnya energi yang diperlukan untuk menekan mahluk itu. Kasus tuan Sabrang sedikit berbeda, dia dari lahir sudah dianugrahi bakat dan energi murni dari ibunya".
"Apa yang terjadi jika sisi gelap itu mengalahkannya?" tanya Eyang Wesi.
"Jiwanya akan hancur perlahan dan tubuhnya akan dikuasai mahluk itu. Saat itu terjadi maka anak itu sama saja sudah mati. Aku akan membantu anak ini dengan mengirim energi untuk membantunya melawan sisi gelap itu namun hanya Energi Naga api yang sudah menyatu dengannya yang bisa kukirim kealam bawah sadarnya".
"Apa kau sudah gila? mengalirkan energi kealam bawah sadar sangat berbeda dengan mengalirkan ketubuh fisiknya. Salah sedikit saja perhitunganmu kau justru akan menghancurkan jiwanya". suara Naga api meninggi.
"Sudah takdir trah Dwipa selalu dekat dengan kematian. Jika kita tidak membantunya anak inipun akan mati".
"Kita bisa mencari cara lain" balas Naga api.
"Cara lain? jika ada cara lain maka Prana Dwipa masih hidup saat ini. Apa kau pikir Tengkorak merah mampu membunuhnya?".
"Apa maksudmu? aku jelas melihat dia terbunuh oleh Tengkorak merah saat itu".
"Kau tau apa yang membuatku marah besar pada guru Mentari?. Dia membiarkan tuan Prana Dwipa yang merupakan murid kesayangannya mati tanpa mau membantunya. Saat itu aku sangat membencinya sampai aku lari dari hutan kematian dan bergabung dengan Hibata.
Setelah aku bergabung dengan Hibata aku baru mengerti alasan guru diam dan tidak membantunya walaupun aku yakin dia sangat ingin membantunya. Prana Dwipa sengaja bunuh diri dengan tidak melawan agar dia terbunuh bersama sisi gelapnya yang mulai menguasainya. Jika Prana dwipa mengeluarkan seluruh kemampuannya maka tengkorak merah kini tinggal nama. itu juga yang terjadi pada Ayah tuan Sabrang yang konon mati ditangan pendekar Iblis hitam. Mereka mengorbankan diri untuk mengubur sisi gelapnya".
Naga api terdiam mendengar ucapan Saraswati, kini dia mulai mengerti mengapa Arya Dwipa begitu mudah dibunuh oleh Lingga Maheswara yang merupakan pendekar Iblis hitam.
"Sepuluh tahun aku memendam rasa bersalah pada guru, kini bantu aku menyelamatkan anak ini" ucap Saraswati sambil menangis.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Naga api pelan.
"Alirkan energimu kedalam tubuhku, aku akan mengirimkannya kealam bawah sadar anak itu. Besok malam aku akan memulai ritualnya, aku harus pergi untuk menemui seseorang dulu". Saraswati membuka matanya dan menarik aura putih ditubuhnya.
Dia bangkit dan melangkah pergi keluar Lembah tanpa cahaya.
***
(Perguruan Kerta Putih, Lereng gunung Tengger Kadipaten Lumajang)
Seorang pendekar muda tampak berlari diantara lebatnya hutan, dia beberapa kali menghentikan langkahnya saat merasakan sakit ditubuhnya. Darah terus menetes dari balik pakaiannya, lengan kirinya terlihat nyaris putus.
Wajahnya yang penuh darah sedikit tersenyum saat melihat gerbang perguruannya ada didepan mata. Dia terus berlari tanpa menghiraukan rasa sakitnya.
Beberapa pendekar penjaga yang melihatnya nampak membantunya dan mengalirkan tenaga dalam ketubuh pendekar itu.
"Apa yang terjadi tuan Sanjaya?" ucap salah satu pendekar perjaga itu bingung. Sanjaya adalah satu dari dua puluh pendekar muda yang dipersiapkan Kerta putih untuk menduduki posisi ketua perguruan saat Janitri memutuskan mundur kelak.
Tak banyak pendekar muda yang bisa menandingi Sanjaya namun pendekar muda paling berbakat itu kini terluka parah.
"Bawa aku menemui ketua, ada hal penting yang harus kusampaikan".
"Baik, mari kubantu berjalan tuan". ucap Penjaga itu sambil memapah tubuh Sanjaya.
Sementara itu didalam ruang ketua Perguruan Janitri tampak berbicara serius dengan Dirga, wakil ketua yang juga salah satu pendekar terkuat Kerta putih.
"Apa sudah ada kabar dari Tengkorak merah mengenai masalah munculnya Pusaka Megantara?" tanya Janitri.
Dirga menggeleng pelan "Utusan yang aku kirim belum kembali tuan, mungkin dalam beberapa hari ini kita sudah mendapat kabar".
Janitri menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. "Kemunculan Megantara lebih cepat dari prediksi tuan Umbara. Harusnya dia sudah muncul saat ini karena semua mulai bergerak namun sampai saat ini kita tidak tau dimana dia berada".
Janitri menghentikan ucapannya saat mendengar suara kangkah kaki mendekat sambil berteriak memanggilnya.
"Apa mereka tidak tau arti kata aku tidak ingin diganggu?". umpat Janitri sambil membuka pintu hendak memarahi muridnya itu namun betapa terkejutnya dia saat melihat Sanjaya terluka parah.
"Bawa dia masuk" ucap Janitri kemudian.
"Siapa yang menyerangmu? bukankah kau kutugaskan menjaga perbatasan Lereng tengger bersama yang lainnya?".
"Tadi malam dua orang pendekar menyerang kami tuan" ucap Sanjaya pelan.
"Dua orang? kalian adalah pendekar pilihan Kerta putih, bagaimana bisa dikalahkan dengan segampang itu". bentak Janitri.
"Maaf tuan kami sudah berusaha namun kecepatan dan ilmu aneh yang digunakannya membuat kami semua terpojok dengan cepat. Bahkan beberapa temanku tak sempat bergerak saat pedang mereka merenggut nyawanya".
"Apa kau mengenali dari perguruan mana?".
Sanjaya menggeleng pelan "Mereka memakai Caping dan menutup wajahnya dengan kain hitam".
Sanjaya tampak terkejut setelah mendengar ucapan Sanjaya. Pendekar misterius yang memakai caping dan menutupi wajahnya dengan kain hitam hanya satu nama yang ada dipikirannya.
"Tuan jangan jangan..." tanya Dirga dengan wajah khawatir.
"Organisasi Hibata, saat ini hanya mereka yang memiliki pendekar sehebat itu. Yang tak kumengerti mengapa mereka mengincar Kerta putih? bukankah kita selalu menghindari permusuhan dengan mereka". ucap Janitri khawatir.
Kekhawatiran Janitri adalah hal yang wajar mengingat berurusan dengan Hibata tak akan pernah mudah.
Organisasi Hibata berkembang pesat sepuluh tahun terakhir. Mereka menguasai jalur informasi dan perdagangan di Majapahit bahkan Nuswantoro. Sangat jarang sebuah perguruan ingin berurusan dengan mereka, hanya Tengkorak merah dan Angin biru yang pernah berhadapan langsung dengan beberapa pendekar Hibata.
Warta yang merupakan ketua angin biru sekaligus salah satu dari sepuluh pendekar terkuat dunia persilatan bahkan hampir terbunuh andai tak dibantu ratusan pendekar aliran putih lainnya.
Beberapa pelayan toko dan penginapan yang konon milik Hibata bahkan tidak tau mereka bekerja untuk siapa. Mereka akan mendapatkan upah setiap purnama yang diantarakan oleh seorang pendekar misterius.
Janitri duduk dengan tatapan kosong, wajahnya tampak sangat khawatir.
"Apa yang akan kita lakukan tuan?" tanya Dirga pelan.
"Cara kerja Organisasi Hibata hampir sama, mereka akan memberikan tanda jika mereka ada dan mengincar kita dengan membunuh beberapa pendekar. Aku yakin tak lama lagi mereka akan menyerang kita. Persiapkan semua pendekar untuk bersiaga dan minta bantuan pada Tengkorak merah. Hanya itu yang bisa kita lakukan, Hibata akan mengejar kemanapun mangsanya melarikan diri".
info nya bang gimana , kalau misalnya Masih dijual chat via noveltoon ya udah saya follow