Zayn J. Scott, seorang bos mafia yang berparas tampan dan berkharisma, namun memiliki temperamen yang tinggi. Trauma akan masa lalunya, kedua orang tuanya di bunuh tepat dihadapannya.
Dan kegagalan cinta pertamanya membuat dirinya menutup rapat pintu hatinya. Semakin dingin dan menjadi pria yang keji terhadap wanita. Meskipun ada seorang wanita cantik yang mendampingi dirinya.
"Kau hanya tawananku, jadi jangan berharap dengan pernikahan ini!" - Zayn -
"Menikah denganmu adalah kesialan untukku. Tapi kenapa aku tidak bisa membencimu! Aku pasti akan membuatmu jatuh cinta padaku dan melupakannya." - Angela -
Cerita ini merupakan kelanjutan dari Novel 'Elleana And The King Of Mafia'.. sangat disarankan membaca Novel tersebut terlebih dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranty Yoona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tapi aku peduli
Angela duduk terdiam di sofa ruang tamu. Wanita itu memasang telinganya dengan baik saat Roy menceritakan tentang masa lalu Zyan. Ia pun tak mampu menopang air matanya yang hendak tumpah sehingga membiarkan buliran bening itu berhamburan di wajahnya. Anggaplah dirinya menggantikan Zayn untuk menangis.
Dari yang sudah diceritakan Roy, Angela dapat merasakan bagaimana tersiksanya Zayn di masa lalu. Bagaimana pahit dan sakit yang pria itu rasakan selama bertahun-tahun. Kini dirinya menjadi paham kenapa pria itu begitu kejam, tidak berperasaan dan kasar, dan itu semata-mata untuk membentengi diri. Zayn tidak ingin berurusan dengan wanita, tidak pernah tau bagaimana rasanya tertawa lepas semenjak kematian kedua orang tuanya.
Pria itu hidup mengikuti bayangannya tanpa arah dan tujuan yang pasti. Memiliki ambisius yang luar biasa demi kesenangan, membunuh demi keselamatan agar tetap bertahan hidup. Namun dibalik itu semua, Zayn sosok pria yang sangat menyedihkan dan kurang beruntung, ia membutuhkan kasih sayang seseorang namun tak pernah menunjukkannya.
Perlahan mulai berubah semenjak menemukan cinta pertamanya kembali. Tetapi sayang, wanita itu sudah bahagia dengan pernikahannya. Kekecewaan yang luar biasa itu membuatnya bertindak ceroboh dengan menculik wanita masa lalunya namun justru membuat wanita itu berada dalam bahaya, dan akhirnya Zayn mengorbankan diri untuk melindunginya, meskipun Zayn rela mati demi wanita itu. Wanita itu tidak akan pernah menerimanya, bukan karena membenci melainkan wanita itu sangat mencintai pria yang sudah menjadi suaminya.
"Dan wanita itu adalah Elleana." Angela menyela Roy lebih dulu sebelum selesai bercerita.
Roy tidak terkejut lagi. Mungkin selama beberapa hari ini, Angela sedikit mengetahui sesuatu. "Benar. Wanita yang selama ini dia cintai adalah Nona Elleana."
Pernyataan Roy membuat rasa sesak pada rongga dadanya. Entah kenapa dirinya begitu tidak nyaman dan sedih saat mengetahui fakta bahwa Zayn masih mencintai cinta pertamanya yang tak lain ialah teman baiknya saat ini selain Tasya.
"Roy, apa kau tidak bisa berbohong hanya untuk sekedar menyenangkan hatiku?" Angela berdecak kesal dengan melayangkan tatapan sinis.
Roy terkekeh. Ia paham, jika Angela tidak menyukai perkataannya itu. "Maaf Nona aku tidak pandai berbohong."
Angela tidak bergeming, ia tidak mempermasalahkan ucapan Roy. Pria itu hanya berkata jujur. Dan ia baru menyadari sesuatu, pada saat malam kemarin pada saat mendengar langsung dari mulut Zayn bahwa ia kehilangan satu-persatu orang yang ia sayangi. Tubuhnya bergerak dengan sendirinya dan memeluk pria itu. Itu membuatnya bertanya-tanya, apakah ia telah menerima Zayn? Apa dirinya mulai mencintai pria itu? Walaupun perlakuan Zyan buruk terhadapnya, ia tetap tidak bisa membenci. Apa cinta itu telah tumbuh, sehingga dirinya merasakan sakit saat Zayn selalu bersikap kuat untuk menutupi kerapuhannya.
Angela menghela napas berat, kenapa rumit sekali. Apakah jika ia mempertahankan pernikahannya, Zayn akan berpaling padanya dan melupakan Elle.
"Roy, apa menurutmu Zayn akan bisa membuka hatinya untuk ku?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Angela.
"Apa Nona percaya pada takdir?" Roy tidak menjawab pertanyaan Angela. Ia justru bertanya balik dan itu membuat Angela berkerut bingung.
"Percaya dan tidak percaya," jawab Angela cepat.
"Nona harus percaya. Karena pertemuan kalian juga merupakan takdir. Zayn bertemu dengan Nona Angel yang ternyata memiliki hubungan baik dengan cinta pertamanya. Apa namanya jika bukan takdir? Mungkin Nona adalah wanita yang dikirim untuk merubah kehidupan Zayn. Dia sudah banyak menyia-nyiakan kehidupannya. Dan kali ini aku berharap Nona menjadi wanita satu-satunya yang bisa merubah pandangannya tentang cinta dan takdir."
Setelah mengatakan hal panjang lebar yang membuat Angela masih belum dapat mencernanya dengan baik, Roy beranjak dari duduknya. Ia ingin melihat keadaan Zyan yang masih tertidur efek dari obat penenang.
Baru beberapa langkah, Roy menghentikan langkahnya dan berbalik badan. "Nona harus percaya diri karena saat ini Nona adalah istrinya. Buat dia membuka pintu hatinya dengan mendekatinya secara perlahan. Selama ini Zayn tidak pernah dekat dengan wanita lain selain Nona Elleana jadi wajar saja jika dia bertindak kasar dan....." Roy menjeda ucapannya. "Dan kurang ajar!" lanjutnya kembali.
Angela sempat terkekeh saat Roy menjelekkan Zayn. "Baiklah, terima kasih Roy. Aku akui kau memang pantas menjadi seorang kakak."
"Ya, aku hidup banyak makan asam dan pahit. Jadi aku tidak ingin kalian menyesal karena terlambat menyadari perasaan kalian!" Raut wajah Roy penuh keseriusan.
Entah kenapa saat mengatakan hal itu, Angela dapat melihat, ada kesedihan yang terpancar di mata Roy.
Apa yang pria itu alami dimasa lalunya, kenapa dia juga sangat menyedihkan, pikirnya.
Setelah kepergian Roy, Angela tercenung sesaat. Roy benar, dirinya harus bisa memenangkan hati Zayn lebih dulu, membuat pria itu terbiasa dengan kehadiran dirinya.
***
Kedua mata Zyan mengerjapkan berulang kali karena silau dari sinar matahari yang membias masuk melalui celah jendela kamarnya. Kepalanya masih terasa pusing, ia berusaha beranjak duduk untuk memulihkan kesadarannya sepenuhnya.
Entah kenapa seluruh tubuhnya terasa berat, padahal ia tidak melakukan sesuatu yang menguras tenaga dan berbahaya sejak kemarin. Zayn mengusap rambutnya, ia baru teringat jika semalam dirinya tidak dapat mengontrol emosinya.
"Apa yang aku lakukan semalam?" Zayn menyesali perbuatannya semalam. Karena emosinya ia hampir melukai diri sendiri dan memperlihatkan kelemahannya di depan Angela, memeluk wanita itu, bahkan menangis di pelukannya.
Kedua mata Zyan terpejam singkat. "Dia bisa membuatku tenang hanya dalam satu pelukan." Zayn menatap cukup lama lukanya yang sudah dibalut oleh perban itu. Ia teringat akan wajah Angela yang begitu khawatir padanya sehingga wanita itu menjaganya semalaman penuh.
Beranjak berdiri dari ranjang, Zayn berjalan menuju kamar mandi. Ia harus membersihkan diri sebelum mengganti perbannya.
Hanya beberapa menit saja di berada dalam kamar mandi, Zyan sudah keluar dari dalam sana dengan handuk yang melilit di pinggang. Berjalan menuju walk in closet dan menatap dirinya di depan cermin. Air dari helaian rambut turun ke pelipisnya, membasahi kening dan perlahan merambat ke rahangnya.
"Lihatlah Zayn, betapa menyedihkannya dirimu. Kau lemah hanya karena masa lalu mu." Seraya menatap dirinya di pantulan cermin Zayn berucap dalam hati. Ia benar-benar terlihat menyedihkan dengan menunjukkan sisi lemahnya di hadapan Angela.
Namun satu yang membuatnya bertanya-tanya, setelah diperlukan begitu buruk. Wanita itu tetap mendekatinya, bahkan memeluknya yang bisa saja pada malam itu ia menyakitinya. Zayn menghela napas, benar-benar di luar dugaan dirinya, ia begitu nyaman dan senang saat mendengar perkataan Angela.
Menepis yang tengah dipikirkan olehnya, Zayn mengambil pakaian dan mengenakannya dengan cepat. Ia ingin mencari keberadaan Roy. Ingin mendengar informasi mengenai dalang dari kegagalan misi mereka.
Mengenakan pakaian casual, Zyan terlihat menuruni tangga dan mendapati Roy dan Angela yang berada di ruang makan. Kehadiran Zyan membuat suasana menjadi membeku seketika, Angela tidak tau harus berbuat apa, menyapa atau mengabaikan seperti biasanya.
Mereka melakukan sarapan tanpa bersuara. Tak ada yang ingin memulai percakapan di antara mereka. Terlebih lagi, Angela hanya mencuri pandang ke arah Zayn.
"Roy, setelah ini kita ke markas. Penyelidikan belum selesai. Dan aku perlu menyelidiki sesuatu apakah ada hubungannya dengan 'dia'!" Tidak perlu ada yang ditutupi lagi dari Angela sehingga ia membiarkan Angela mendengar percakapannya dengan Roy.
"Biar Jeff yang menyelidikinya. Kau harus banyak beristirahat," tutur Roy disertai senyuman.
Zayn berdecak saat mendengar perkataan Roy. "Apa aku seperti orang yang sakit?"
Roy menghela napas. Ia menyadari jika Zyan pasti kesal dengan perkataannya. "Baiklah, terserah kau saja!"
Angela menatap ke arah dua pria itu secara bergantian dengan heran. Apa percakapan seperti itu yang selalu mereka bicarakan.
"Kalau begitu kita harus pergi sekarang." Zayn beranjak berdiri. Ia sudah lebih dulu menyelesaikan makannya dan meninggalkan meja makan.
Roy mengikuti di belakang Zayn. Mereka akan segera pergi ke markas.
"Zayn?" Langkahnya terhenti saat Angela memanggil dirinya. Berbalik badan dan menoleh ke arah wanita itu.
"Ada apa?" Zayn berdiri di ambang pintu, menunggu Angela untuk berbicara.
"Kau akan kembali jam berapa? Lukamu belum sembuh benar. Tolong kau perhatikan lukamu. Meski kau tidak peduli tapi aku peduli!" Angela mengepal kuat tangannya, bibirnya yang bergetar itu menyelipkan sebuah senyuman. Ia memberanikan diri untuk mengatakan hal itu pada Zayn.
Wajah Zayn nampak serius menatap Angela, seperti tidak ingin menyahuti perkataan istrinya itu. Angela tidak berharap Zyan dapat menjawab ucapannya. Ia hanya ingin Zyan tau bahwa selain Roy atau pria yang bernama Jeff, masih ada dirinya yang juga peduli padanya.
Zayn berjalan mendekat ke arah Angela. Angela memejamkan kedua matanya saat Zyan melayangkan tangan ke arahnya. "Sejak kapan kau mulai berani berbicara seperti itu padaku?" Kedua mata Angel membelalak, Zyan tidak memukulnya tetapi mengusap kepalanya singkat.
"Kau sudah berbaik hati menjaga ku semalaman. Sebaiknya kau berisitirahat. Tenang saja, aku tidak akan mati hanya karena luka seperti ini," sambungnya kemudian dengan senyum tipis yang nyaris tidak terlihat.
Meskipun ucapan Zyan masih terkesan dingin, namun Angela tak mempermasalahkannya. Pria itu sudah mau membalas ucapannya saja sudah merupakan kemajuan yang baik, tidak seperti biasanya yang selalu berakhir dengan perdebatan
****
Malam harinya. Zayn pulang pada saat waktu menunjukkan tengah malam. Cahaya lampu menerangi setiap pekarangan mansion, Zayn mempercepat langkahnya karena ingin segera membersihkan diri. Seharian penuh berada di markas dan melatih kebugaran tubuhnya, membuatnm tubuhnya terasa lengket. Belakang ini tubuhnya mudah sekali lelah, mungkin efek dari mengkonsumsi obat penenang.
Saat berada di markas, Roy dan Jeff begitu khawatir, itu karena obat yang selalu dikonsumsinya hanya bersifat sementara, sewaktu-waktu ia dapat lepas kontrol kembali. Roy tidak ingin melepaskan jangkauan mata padanya dan selalu mengawasi dirinya, sehingga itu membuatnya kesal sepanjang hari.
Masuk dalam kamar dan melepaskan pakaiannya dengan asal, Zayn masuk ke dalam kamar mandi Sensasi segar dirasakannya. Tak berlama-lama. berada di dalam sana, Zayn keluar dengan mengenakan pakaian lengkap.
Kenapa aku selalu mengingat perkataannya.
Tak dapat dipungkiri jika perkataan dan perlakuan Angela malam kemarin selalu terngiang di ingatannya. Entah itu tulus dari hati wanita itu atau sekedar untuk menghiburnya. Zayn melangkah keluar dari kamarnya, bukan untuk menghampiri Roy atau tempat lainnya, melainkan melangkah menuju kamar Angela.
Karena Angela tidak pernah mengunci pintu kamarnya sehingga tangan Zayn tanpa ragu meraih handle pintu dan membukanya dengan perlahan. Zayn berdiri di ambang pintu yang terbuka sebagian, ia tidak berniat untuk masuk, ia hanya ingin memastikan bahwa wanita itu tidur dengan baik. Mengapa ia peduli? Entahlah seperti ada sesuatu yang aneh di hatinya.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
Jangan lupa like, follow, komentar dan vote kalau berkenan ya. Terima kasih 🤗
terlalu menang sendiri.
/Sob//Sob/
Samuel ternyata kerennn ya... berkuasa tanpa harus lelah hahaha
keliatan dr visual nya jg.
tapi klo dr ceritanya hebat an Xavier dan Elle ya.....
lagian Elle trus ,, berasa paling cakep.
hehhe
masa kalah sih pesona Angel