NovelToon NovelToon
Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Mafia / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:555
Nilai: 5
Nama Author: Inge

Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.

Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?

Mari baca cerita novel ini ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kematian Yang Mengejutkan

Hujan menghantam kaca besar kamar tidur utama mansion, seperti jutaan jarum kecil yang tak kenal ampun. Suaranya yang menoton dan dingin menjadi satu-satunya dentuman yang mengisi keheningan kaku di antara Rosalinda dan Jennifer. Rosalinda diselimuti dengan kegelisahan yang tak biasa sejak tadi sore. Sejak sore belum ada kabar dari sang suami tercintanya. Ditelpon nomor handphonenya berkali-kali tapi tidak dijawab. Beberapa kali kirim pesan, tapi nggak dibalas.

Telepon ke kantornya, sekretaris barunya bilang Ricardo sudah pulang dari tadi. Dicari di gudang dan di kebun juga tidak ada. Dia duduk gelisah di hadapan meja rias kayu gelap yang besar. Kursi kulit hitam tempatnya duduk terasa dingin menembus kain tipis baju tidurnya, meskipun ruangan itu hangat oleh perapian yang menyala di sudut ruangan.

Di belakang Rosalinda, ada sosok kecilnya Jennifer yang sedang membaca buku di atas sofa panjang. Rosalinda menoleh ke Jennifer sambil tersenyum getir karena sedang menahan rasa gelisah yang mendera di jiwanya. Menatap wajah polosnya Jennifer yang sedang asyik membaca buku. Rosalinda beranjak berdiri, lalu berjalan menghampiri Jennifer. Menghentikan langkah kakinya di hadapan Jennifer.

"Jennie, kamu tidur di sini ya, temani Mommy," pinta Rosalinda lembut.

Jennie menyingkirkan bukunya dari mukanya, lalu berucap, "Baik Mom. Mommy kenapa?"

"Mommy baik-baik saja, Sayang."

Tok ... tok ... tok ...

"Nyonya, ada polisi di ruang tamu, Nyonya!" ucap Luna yang telah membuat Rosalinda kaget.

"Ada polisi?" ucap pelan Rosalinda tak percaya.

"Kenapa ada polisi?" tanya Jennifer bingung sambil menoleh ke Rosalinda.

"Mommy juga tidak tahu Nak. Mommy ke ruang tamu ya," ucap Rosalinda lembut sambil menoleh ke Jennifer.

"Aku ikut ya Mommy," ucap Jennifer memelas.

"Iya."

Sedetik kemudian Jennifer beranjak berdiri. Rosalinda dan Jennifer melangkahkan kakinya menuju ke pintu kamar utama. Rosalinda membuka kunci pintu itu. Menekan handle pintu ke bawah, lalu menariknya ke dalam sehingga kebuka. Mereka keluar dari dalam kamar utama. Menyusuri lorong bagian barat di lantai dasar mansion. Mengarahkan langkah kaki mereka ke ruang tamu.

Melewati lobi mansion, lalu berjalan lurus ke ruang tamu. Berjalan melewati dua aquarium besar. Rasa gundah gulana di jiwanya Rosalinda bertambah ketika melihat empat orang polisi yang sedang berdiri tegap. Mereka berjalan mendekati para anggota polisi. Mereka menghentikan langkah kakinya di hadapan para polisi itu.

"Selamat malam pak polisi, silakan duduk," ucap Rosalinda lembut dan ramah.

"Terima kasih, tapi kami ke sini hanya ingin memberi tahu bahwa Tuan Ricardo dan Nona Liona telah menjadi korban pembunuhan berencana oleh seseorang. Mayat mereka berdua ditemukan di area hutan lindung perbatasan kota dengan keadaan yang sangat memilukan dan memprihatinkan," ucap salah satu polisi yang membuat Rosalinda dan Luna terkejut setengah mati.

Jantung milik Rosalinda seketika berhenti berdegup, nafasnya sesak dan tubuhnya kaku mematung tidak dapat digerakkan sama sekali. Rasanya sangat sakit ketika mendengar berita yang telah membuat dunianya runtuh. Rosalinda menutup mulutnya sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Rosalinda tidak mempercayai dengan ini semua. Dadanya terasa begitu sangat sakit. Hati bagaikan dicabik - cabik hingga tersayat tak kasat mata. Bibir Agni bergetar dan air matanya tumpah ruah membasahi pipinya.

Dada sebelah kirinya Rosalinda sangat sakit sehingga dia memegangnya sambil memejamkan kedua matanya. Keringat dingin bercucuran di setiap pori-pori kulit tubuhnya. Seketika tubuhnya terkulai tak berdaya. Untung ada Richard yang tiba-tiba datang langsung menangkap tubuhnya Rosalinda. Dengan sigap Richard membopong tubuhnya Rosalinda, lalu membawanya ke kamar utama.

"Eliana tolong telepon dokter Louise, suruh dia datang ke sini segera! Luna, tolong kamu ikut para pak polisi dan share lokasi kejadian itu, nanti aku segera menyusul ke sana setelah Mommy selesai diperiksa," ucap Richard tegas sambil berjalan menjauh dari ruang tamu.

"Baik Tuan," ucap Eliana siap, lalu dia segera berlari ke ruang keluarga untuk menghubungi dokter Louise.

"Pak polisi boleh saya ikut?" tanya Jennifer polos sambil menatap memohon ke polisi itu

"Maaf Nona, anda tidak boleh ikut ke tempat kejadian perkara," ucap polisi itu lembut tapi tegas.

"Nona sebaiknya nemenin Mommy Nyonya," ucap Luna lembut sambil menoleh ke Jennifer.

"Baiklah," ucap Jennifer pasrah sambil menoleh ke Luna.

Tak lama kemudian Jennifer berjalan cepat menuju ke kamar utama. Menelusuri lobi mansion, lalu berlari kecil di lorong bagian barat mansion sehingga dia memperlambat langkah kakinya ketika di depan pintu kamar utama. Masuk ke dalam kamar utama melewati pintu yang sudah terbuka. Melihat Richard yang sedang membaringkan tubuhnya Rosalinda yang masih tak berdaya. Richard menegakkan tubuhnya ketika Jennifer berjalan mendekati meja rias yang terbuat dari kayu mahoni.

Richard berfikir tentang kematian Ricardo dan Liona. Richard curiga dengan kematian Ricardo dan Liona yang secara bersamaan di satu tempat. Richard berprasangka bahwa Ricardo telah selingkuh dengan Liona yang sudah tidak punya seorang kekasih. Tapi dia masih mencari tahu tentang siapa pembunuh Ricardo dan Liona. Jennifer menduduki tubuhnya di atas kursi berkulit hitam ketika Richard merogoh kantung celana jinsnya. Mengambil smartphone miliknya, lalu menyentuh beberapa ikon untuk menghubungi seseorang. Mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinga kirinya.

"Daddy dan Liona telah meninggal dunia, mereka menjadi korban pembunuhan," ucap Richard sendu yang telah membuat Ronald kaget.

"Aku segera ke Alexandria," ujar Ronald yakin.

Tak lama kemudian, sambungan telepon itu terputus. Richard menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya. Menaruhnya di tempat semula. Richard membalikkan tubuhnya, mengerutkan keningnya ketika melihat Jennifer yang sedang menunduk ketakutan. Berjalan mendekati Jennifer dengan langkah kaki yang teratur. Menghentikan langkah kakinya berhenti di hadapan Jennifer, lalu menjongkokkan tubuhnya. Jennifer mendongakan kepalanya karena ditatap oleh Richard.

"Apakah kamu tahu sesuatu?" tanya Richard curiga.

"Tahu apa Kak Richard?" tanya Jennifer bingung.

*Apakah Daddy dan Liona sering bermesraan di hadapanmu?" tanya Richard menyelidik.

"*Bermesraan?" tanya Jennifer bingung.

"Berciuman, pernahkah Daddy dan Liona berciuman di hadapanmu?"

Seketika Jennifer mematung dan kedua matanya melebar setelah mendengar ucapan Richard. Jennifer bingung harus jawab apa. Dia sering melihat Ricardo dan Liona berciuman, bahkan melakukan hubungan intim di atas tempat tidur ketika dia ingin ke kamar mandi. Jennifer menundukkan kepalanya sambil merasakan tubuhnya bergetar karena ketakutan. Richard sangat yakin bahwa itu telah terjadi karena melihat respon dari tubuhnya Jennifer.

"Sialan!" ucap Ricardo marah yang telah menambah ketakutan di jiwanya Jennifer. "Kenapa kamu tidak bilang ke kami Jennie?" lanjut Richard dengan nada suara yang kecewa.

Tiba-tiba aliran air matanya Jennifer mengalir deras di pipinya. Jennifer menangis sesenggukan sambil meremas jemarinya. Richard beranjak berdiri, lalu berlari keluar dari kamar tidur utama. Jennifer mendongakan kepalanya, melihat tubuhnya Rosalinda yang masih terkapar di atas tempat tidur. Jennifer mendengar derap langkah kaki seseorang. Dia menoleh ke sumber suara itu. Dia melihat Richard dengan aura yang mengerikan.

Richard menghentikan langkah kakinya di hadapan Jennifer, lalu berucap, "Ikut aku sekarang!"

Jennifer menggelengkan kepalanya berulang kali karena takut. Richard mengusap wajahnya dengan kasar. Sedetik kemudian, Richard pergi menjauhi Jennifer dengan rasa bersalah dan rasa ketakutan yang dalam. Richard berjalan cepat, menelusuri lorong lantai satu. Di tengah perjalanan dia melihat sosoknya Eliana. Eliana menghentikan langkah kakinya di hadapan Richard.

"Dokter Louise sedang menuju ke sini Tuan Muda," ucap Eliana sopan.

"Tolong jaga Mommy dan Jennifer sampai saya pulang dari TKP," ucap Richard lugas sambil berlari kecil melewati Eliana.

"Baik Tuan."

Sedetik kemudian Richard tak kelihatan di lorong. Eliana melanjutkan langkah kakinya menuju ke kamar utama. Masuk ke dalam kamar utama melewati pintu kamar yang terbuka. Berjalan mendekati Jennifer yang sedang menangis terisak-isak dan menatap sedih ke Rosalinda. Menghentikan langkah kakinya di hadapan Jennifer. Getaran tubuhnya Jennifer terlihat jelas oleh Eliana sehingga dia mengerutkan keningnya karena bingung.

"Mungkin dia terlalu sedih melihat Nyonya yang sangat menderita karena kematian Tuan dan Liona secara bersamaan, sebuah kematian yang mengejutkan."

1
Inge Gustiyanti
Sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!