NovelToon NovelToon
AFTER MARRIAGE

AFTER MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Selingkuh / Pengganti / Cerai
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.

Di culik?

Atau

Mimpi?


Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24_Tak Sadarkan Diri

" Kau akan membawa kami kemana Kavin?" Mian dan Zain mengikuti langkah besar pria itu. Mereka terlihat buru-buru, berjalan di sepanjang lorong sampai akhirnya mereka berhenti di depan pintu berwarna cokelat tua.

" Bukankah ini...." perkataan Zain menggantung. Mereka tidak menyangka jika apartemen itu kembali berpenghuni. Setelah Azka pergi, tidak ada lagi yang masuk ke apartemen itu karena mereka tidak memiliki akses untuk masuk kedalam.

Zain dan Mian saling melempar pandang. Kavin memberanikan diri untuk menekan bell yang terdapat di samping pintu. Dua kali Kavin menekannya, sang empu belum juga keluar. Sampai akhirnya Mian mengesah panjang dengan punggung yang bersandar " Sebenarnya ada apa ini Kavin? Kenapa kau membawa kami kemari?"

" Kau akan tahu setelah melihat siapa yang keluar dari balik pintu ini!" Ucapan Kavin terdengar meyakinkan. Membuat Zain dan Mian ikut penasaran apa yang ingin Kavin tunjukkan pada mereka.

Sekali lagi Kavin menekan bell itu sampai akhirnya pintu itu terbuka dari dalam. Seorang wanita keluar memperlihatkan wajahnya yang sedikit pucat, Zain dan Mian terlihat terkejut terbukti dari ekspresinya yang tidak dapat disembunyikan.

" Aya," Mian segera membawa Raya kedalam pelukannya. Sangat kentara jika dia sangat menghawatirkan adik dari temannya itu " Jadi selama ini kamu tinggal disini? Astaga Ay, kak Mian sudah  mencari mu kemana-mana. Tapi ternyata?" Mian menangkup wajah Raya, bibirnya kering dan pecah-pecah.

" Kamu deman Ay," setelah menyadari kejanggalan pada Raya akhirnya Mian tau penyebab wajah wanita itu pucat.

" Apa perlu kita kerumah sakit?" Raya segera menggelengkan kepala, lalu menarik lengan Mian yang masih menangkup wajahnya.

" Aku tidak apa-apa," Tuturnya lemah " Sebentar lagi juga baikan."

" Tapi wajahmu pucat," Kali ini Zain yang bersuara. Dia berusaha untuk membujuk agar Raya mau dibawa kerumah sakit.

" Aya kenapa kau keluar? Cepat masuk kau but..... Siapa mereka?" Vallen yang ingin membawa Raya masuk kedalam apartemen terpaksa tertahan saat melihat tiga pria yang berdiri di hadapan mereka.

" Aya" ketiga pria itu menyerukan nama Aya saat Raya hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya. Tubuhnya sangat lemas sehingga dia tidak kuat untuk menopang berat tubuhnya sendiri.

" Sudah ku katakan lebih baik kita bawa dia kerumah sakit,"

" Percuma kalian membawanya kesana karena akan berakhir sia-sia." Seru Vallen yang ikut duduk di samping ranjang Raya " hidung Aya sangat sensitif saat ini. Tubuhnya sangat lemah karena semua makanan yang dia makan kembali dia muntahkan."

Ketiga pria itu terdiam saat mendengar penuturan Vallen. Wajah Raya semakin pucat bahkan matanya hanya bisa mengedip pelan " Maafin kita ya Ay, disaat kamu seperti ini kita tidak bisa berbuat apa apa." Ucapan Zain terdengar tulus membuat Raya kembali cemburu pada Aya.

Kau memiliki semuanya Aya.  Apa yang aku inginkan kau memilikinya. Beruntungnya dirimu memiliki mereka. Dan malangnya aku yang hanya menjadi tameng pelindungmu. Kau lemah tapi kau juga kejam karena menempatkan ku di posisi seperti ini. Kau selalu membuatku cemburu atas apa yang kau miliki. Kenapa aku harus terlahir seperti ini?

" Ray aku kembali" semua orang menoleh kearahnya. Rai yang baru saja masuk kedalam kamar Raya terkejut saat melihat banyak orang di ruangan itu.

" Rai," Raya berusaha untuk bangun. Vallen membantunya karena melihat Raya yang kesulitan untuk mengubah posisinya. Rai yang melihat itupun segera mendekat membuat Mian bergeser dari posisinya dan diambil alih oleh Rai.

" Mana?" Pinta Raya dengan menengadahkan tangannya. Rai tersenyum hangat tangan kanannya mengusap surai hitamnya sedangkan tangan kirinya mengangkat jinjingan keresek entah itu isinya apa.

" Aku siapin dulu ya," Raya menurut seperti anak kecil. Rai berlalu kearah dapur mengambil piring untuk menyiapkan pesanan Raya. Raya terlihat bersemangat, terlihat dari matanya yang berbinar dengan senyum hangat di wajahnya.

" Ini," Raya segera menerima piring yang berisikan asinan itu. Asinan betawi, yang identik dengan sayuran dan buah-buahan.

" Terimakasih," Raya tersenyum tulus. Tangannya segera menyendok asinan itu karena sudah tak tahan untuk segera mencicipinya. Matanya kembali berbinar saat asinan itu masuk kedalam mulutnya.

" Enak?" Raya mengangguk. Mulutnya masih menikmati asinan yang dibelikan oleh Rai tadi. Tidak sia-sia Rai keliling ibu kota jika akhirnya dia bisa melihat reaksi Raya seperti ini. Dia ikut senang jika Raya senang " Ada yang mau dibeli lagi?"

Raya menggeleng pelan " Kalau mau sesuatu jangan di tahan ya, ngomong aja sama aku nanti aku usahain."

" Val tolong jagain Raya dulu ya," Pintanya pada Vallen " Bisakah kita keluar sebentar? Biarkan Raya menikmati asinannya." Ketiga pria yang sedari tadi menjadi penonton hanya bisa menurut dan mengikuti Rai.

" Kita sudah bertemu sebelumnya tapi saya belum sempat memperkenalkan diri. Nama saya Rai calon suami Raya." Dengan lantang Rai memperkenalkan diri sebagai calon suami dari Raya. Zain dan Mian saling melirik, lalu kembali menatap pada Rai.

Berbeda dengan Kavin pria itu berekspresi datar seakan akan tidak peduli dengan ucapan Rai tadi " Secara tidak langsung kalian adalah wali Raya setelah kak Azka pergi. Saya berterimakasih pada kalian karena kalian sudah menjadi kakak yang baik untuk Raya. Meskipun kenyataannya kalian juga yang menjerumuskan Raya pada lubang hitam yang membuatnya tenggelam disana." Ternyata Rai pandai bersilat lidah. Dia bisa memuji dan menyindir mereka di waktu yang sama.

Zain dan Mian kedua pria itu tidak menyangkal ataupun membela diri dari tuduhan Rai. Memang kenyataannya mereka lah yang membuatnya terjerat skenario yang rumit seperti saat ini " maka dari itu, hari ini saya meminta izin pada kalian untuk merestui hubungan saya dengan Raya!"

" Kenapa kau memanggil Aya dengan Raya?" Rai menoleh kearah Kavin saat Kavin membuka suara.

" Dia yang memintaku untuk memanggilnya Raya. Entahlah mungkin karena hormonnya yang berubah-ubah."

" Aku tau Ramon seperti apa. Sampai sekarang diapun masih mengirim orang untuk mengawasi kami. Jika dia peduli dengan Raya, kenapa dia menyia nyiakan Raya? Meskipun atas dasar janji pada kakaknya, setidaknya sebagai pria yang bertanggung jawab Ramon tidak boleh bersikap kasar pada Raya."

" Jika itu terulang lagi aku tidak akan segan-segan untuk melawannya. Menghina Raya secara tidak langsung menghinaku juga. Menyakiti Raya berarti dia menyatakan perang denganku. Dan ketika dia membuang Raya, maka jangan harap dia bisa memilikinya kembali."

" Bagiku Raya adalah segalanya." Sambung Rai dengan yakin " dan kau," tunjuknya pada Kavin " apa kau mau terus-terusan seperti ini? Istrimu bukan lagi milikmu, lalu kenapa kau masih mempertahankannya?"

Pertanyaan menohok itu membuat Kavin menelan pahit salivanya. Dia tersenyum masam, rupanya Rai mengorek tentang dirinya juga " Karena itu satu-satunya cara membuat Ramon menderita. Dia boleh saja memiliki Zahra, tapi dia tidak bisa memiliki seutuhnya karena Zahra masih berstatus istriku."

" Ya aku paham. Menurut informasi yang ku dapat Ramon menyimpan rasa untuk istrimu. Wajar jika kau merasa di khianati oleh sepupumu itu bahkan sampai melahirkan anak tak berdosa seperti Putri."

" Beraninya kau mengorek terlalu dalam tentang diriku?" Kavin terlihat emosi. Kepalan di kedua tangannya membuktikan jika saat ini dia tengah menahan amarah.

" Tentu saja. Kenapa tidak? Karena semuanya saling berhubungan." Jawabnya santai " Karena Zahra yang masih berstatus istrimu Ramon tidak bisa menikahinya. Lalu Ramon datang dalam kehidupan Raya dan menikahi dia secara paksa. Kepulanganmu kembali ke Indonesia, tentu menyaksikan kehancuran rumah tangga Ramon, bukankah begitu?"

Kavin bertepuk tangan, tebakan Rai tepat pada sasaran " Ternyata kau tidak bisa ku remehkan. Ya yang kau katakan itu memang benar, aku ingin menyaksikan kehancuran seorang Caramondy. Tapi," ucapannya tergantung Kavin melihat kearah kamar Raya " Kenapa harus Aya yang terlibat?"

" Kau menyukainya?"

Kavin menggelengkan kepala " Aku merasa kasihan pada dia. Melihat Aya seperti aku sedang bercermin. Kenapa? Ketika hati kami tulus untuk mereka, mereka mengkhianati kami? Hanya butuh sangkalan itu saja, kami akan berusaha untuk tetap berada di samping mereka. Namun apa yang terjadi, mereka membuang kami!"

" Dia terlalu baik untuk Ramon yang brengsek. Rai, jika kau bisa membuat Aya bahagia aku akan mendukungmu. Tolong jangan biarkan dia kembali terluka." Zain dan Mian merasa bersalah. Mereka benar-benar diselimuti oleh penyesalan. Karena mereka juga Raya harus menderita seperti ini. Dan Kavin. Mereka tidak menyangka jika pria itu amat teramat menyayangi Aya layaknya seorang kakak. Ya dalam satu sisi mereka adalah korban dari keegoisan Ramon.

" Rai," Semua orang berlari saat Vallen berteriak memanggil Rai. Semuanya ikut masuk kedalam kamar Raya panik karena mendengar teriakan Vallen tadi.

" Apa yang terjadi?" Panik Mian mendekat kearah Raya.

" Raya sempat muntah - muntah lagi lalu dia tidak sadarkan diri. Rai apa yang harus kita lakukan?" 

" Kita bawa dia kerumah sakit." Seru Kavin " Kalian tidak perlu cemas. Jika kalian takut Ramon menemukan Raya itu tidak akan pernah terjadi."

" Mian dan Zain tolong siapkan mobil. Rai kau suruh anak buahmu untuk mengecoh suruhan Ramon. Dan kau," ucapnya tertuju pada Vallen " Bawa barang-barang Aya yang memang harus dibawa!"

" Akhh" Ramon meringis saat serpihan gelas itu melukai jarinya. Tiba-tiba hatinya merasa hampa, perasaannya tidak menentu. Entah kenapa hatinya menjadi cemas dan tak enak. Dia terdiam berusaha menenangkan diri.

" Apa terjadi sesuatu padanya?" Lirihnya pelan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!