Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai Pencarian
Firman Sarjana Hukum dan kawan kawan sepakat untuk fokus pada pencarian Suryani ibunya Adi
"Bagaimana kawan kawan?'
"Aku setuju," ujar Gani Sarjana Hukum
"Aku juga." Sambut Rivai yang namanya mulai berkibar di Surabaya tak kalah dari kawan kawannya
"Ini namanya keadilan jika kita fokus pada pencarian Ibu Suryani, Ide bagus dan pasti aku mendukung " Idam begitu antusias.
"Oke kita sepakat untuk tidak menerima job, dan fokus pada pekerjaan menolong kawan sendiri!" angguk Gani.
Firman sangat terharu atas kekompakan teman temannya dalam arti rela untuk tidak menerima pekerjaan yang mendatangkan uang sebelum menemukan Suryani.
"Baiklah kita berdoa bersama semoga niat dan upaya kita mendapat restu dari Allah Subhanahu Wata'ala," seru Firman lalu menunduk yang langsung diikuti ketiga temannya.
"Ya Allah mohon kiranya restui niat kami untuk menemukan ibu sahabat kami Adi. Mohon petunjukmu ya Allah, karena tanpa petunjukmu tak akan seluruh jerih payah kami akan berhasil ... " Bergetar suara Idam.
"Aamiin,"
"Aamiin ya Allah,"
"Aamiin restui kami ya Allah pemilik semua kehidupan di dunia ini," lanjut Rivai.
"Baiklah dengan resmi dan atas janji kita pada Adi untuk tulus menolong tanpa mengharap imbalan, tugas ini kita buka!" Firman menatap teman temannya.
"Ya mari kita mulai" angguk Idam.
Rivai mengulurkan tangannya.
Gami menyambut uluran tangan Rivai, yang disusul oleh ukuran tangan Idam.
"Oke kita toas!" Arti Firman.
"Kita membagi tugas menjadi empat bagian," usul Gani.
"Betul," angguk Firman.
"Kamu yang memimpin pencarian ini," usul Idam pada Firman.
"Kita akan mencari bersama sama," ujar Firman.
"Tugasku?" Rivai menatap ketiga temannya.
"Sebaiknya kamu bertugas di sekitar penjara," tunjuk Firman.
Tanpa banyak bertanya karena Rivai juga sudah mengerti jurus sahabatnya itu, langsung mengangguk."Aku siap bertugas di sekitar penjara."
"Kalau aku sebaiknya dimana, ya?" Idam menatap Firman.
"Kamu di tempat umum, pasar, dan lainnya,'
"Oke siap Komandan!" Idam mengepalkan tangannya ke atas.
"Siap jalankan dan terima kasih," angguk Firman.
"Diriku?"Gani menunjuk dirinya.
"Stasiun, dan terminal,"
"Oke, siaaap!" Gani memberi hormat.
"Aku sendiri akan mengawasi rumah kediaman Yanuar, dan secara acak akan membantu kalian semuanya, bagaimana, ada usul lain?" Firman memandang ketiga sahabatnya.
"Setuju," ketiga sahabat sejati itu sepakat setuju.
"Oke kita akan saling berhubungan satu dan lainnya saat menemukan kejanggalan di TKP," usul Firman.
"Ya," angguk Gani yang didukung Rivai dan Idam.
"Sore hari kita berkumpul memecahkan penemuan yang mencurigakan, dan berunding langkah selanjutnya,"
"Oke," Mereka sepakat untuk memulai tugas pencarian Suryani.
Rivai mengawasi penjara dimana Suryani beberapa hari sudah bebas. Ia tahu dengan mengawasi penjara bisa mencari info kemana gerangan perempuan itu perginya. Mungkin saja ada yang tahu. Atau tak kecil kemungkinan Yanuar akan berkunjung atau mengirim orang untuk memata matai Suryani, sehubungan lelaki itu sangat dendam pada S Adi dan ibunya atas kematian Sunyoto ayahnya.
Keterangan dari Ibu Sipir penjara itu bagai sebuah peringatan sebenarnya.
Maka Rivai berbaur dengan mereka yang berdagang di sekitar penjara.
Para pedagang itu bukan menjajakan dagangannya pada para napi tentunya, tapi pada para pengunjung yang silih berganti datang.
"Lagi mau besuk, Bang?" Seru pedagang kopi sambil meletakkan kopi di depan Rivai.
"Ya begitulah,"
"Sebentar lagi jam besuk dibuka,"
"Ya," angguk Rivai sambil mengangkat gelas kopinya.
Datang dua orang lelaki berbadan tegap. Mereka masuk ke warung dan duduk di bangku membelakangi Rivai.
"Kopi Bang?" Pemilik warung menawari.
"Ya dua," sahut salah satu dari meeka.
Pemilik warung mulai membuat kopi pesanan. Tak lama kemudian diberikan pada dua lelaki pemesannya.
Mereka pun mulai menikmati kopinya.
"Kita sudah dua kali ke sini tapi Bu Suryani nggak pernah mau menerima pembesuknya," ujar salah seorang dari dua lelaki tadi.
Rivai merasa tertarik. Maka segera ia merekam pembicaraan mereka dengan hapenya.
Jika yang dibicarakan adalah Suryani ibunya Adi, itu adalah rejeki. Tapi jika bukan, ya anggap saja bagian dari tugasnya.
"Entah, waktu Bos datang juga nggak mau menerima tamu,"
"Ya kita gagal lagi.Tapi kali ini kita harus berbohong pada Sipir penjara. Bilang saja anaknya datang dan sedang sakit di rumah kita," rupanya kedua orang itu adalah anak buah Yanuar yang ditugaskan untuk mengawasi Suryani kalau-kalau sudah bebas. Beruntung saat Suryani bebas mereka tak datang ke penjara.
Tanpa pengawasan dari ibu sipir penjara tak mungkin Suryani bisa lolos begitu saja ketika hari pembebasan.
Rivai masih menguping dan merekam pembicaraan mereka.
"Ya kalau bilang Adi sakit pasti perempuan itu mau bertemu kita. Rasa rindu seorang ibu pastilah mengalahkan semua ego dan apa pun di dunia ini,"
"Adi?!" Rivai terkejut. Mungkinkah Adi anak Bu Suryani?" Batin Rivai.
Tapi Rivai yakin memang Adilah yang dimaksud kedua lelaki itu, karena tadi salah seorang dari mereka menyebut nama Suryani.
Dua nama yang sama. Kecil kemungkinan jika secara kebetulan. Pikir Rivai, walau ia juga tak memungkiri bisa saja hal kebetulan terjadi.
Untuk lebih meyakinkan, segera Rivai merubah rekaman suara di hapenya, dengan rekaman Video, saat kedua lelaki itu bergerak meninggalkan warung.
Beruntung mereka sempat menoleh dan mengangguk pada dirinya, hingga ia mendapat sosok lengkap keduanya.
Dua lelaki itu berjalan ke gerbang untuk bersiap siap masuk ke dalam, karena jam besuk hanya tinggal hitungan menit.
Rivai pun berdiri dan segera membayar harga kopi yang diminumnya.
Mencari tempat sepi lalu menghubungi Firman. Apa yang didengarnya dari dua lelaki tadi segera diberitahukan pada Firman. Bahkan untuk lebih lengkapnya ia mengirimkan hasil rekaman dan video keduanya.
"Pantau terus orang itu, jika bisa hubungi aku dan sherlok nanti biar kususul,"
"Oke siap" jawab Rivai.
"Oke aku standby,"
"Oke"
Sedangkan Idam menemui beberapa pedagang dan satpam di pasar. Ia menanyakan tentang Suryani.
"Belum pernah lihat Ibu ini, Pak," ujar Satpam memperhatikan foto Suryani.
'"Kalau besok atau lusa melihatnya, tolong hubungi saya ya, Pak, ada uang sedikit untuk ngopi,' pesan Idam sambil menyelipkan selembar lima puluhan pada si satpam.
"Siap, Pak, sigap jawaban satpam pasar.
"Dia Bibik saya Pak, pergi dari rumah, maklumlah ribut sama keluarga" ujar Idam kemudian berlalu dari hadapan Satpam sesaat setelah membaca pesan si singkat dari Firman
(Ada kabar bagus tapi cukup mengkhawatirkan yang didapat Rivai. Kita berkumpul di kantor
(Oke) balas Idam.
Begitu pun dengan Gani
Untuk beberapa hari ini di stasiun belum ada daftar nama Suryani yang meninggalkan Surabaya. Baru akan menuju ke Terminal Bungur Asih untuk mengecek langsung para penumpang tiba tiba masuk pesan singkat dari Firman tentang penemuan Rivai.
Rivai yang masih pura pura menunggu seseorang di dekat gerbang, saat kedua lelaki itu keluar bersungut sungut.
"Sial dia sudah bebas kecolongan kita!" Seru salah seorang dari mereka.
Tentu saja Rivai sudah siap dengan rekaman videonya. Lalu dikirim ke Firman.
(Ikuti,) perintah Firman.
(Oke)
Selanjutnya bagaimana?