Zanna Kemal lebih memilih tinggal seorang diri setelah ayahnya meninggal dunia dari pada tinggal bersama ibu dan ayah tirinya, hidup dengan sederhana menjadi seorang perawat di rumah sakit swasta di kota Praha. Anna begitu ia disapa suatu hari terpilih menjadi perawat untuk merawat anak sang pemilik rumah sakit tempatnya bekerja yang bernama Kerem Abraham, ia sudah terbaring koma selama dua belas tahun akibat kecelakaan yang dialaminya.
Setelah beberapa bulan merawat Kerem, pria itu pun akhirnya sadar dari komanya, tapi sejak Kerem sadar mereka tidak pernah bertemu lagi.
Bagaimana kisah pertemuan mereka kembali sehingga keduanya terikat dalam sebuah pernikahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Melya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datang disaat yang tepat
Kerem memacu mobilnya cukup kencang membelah jalan raya yang tidak terlalu ramai, ia baru saja kembali dari Mansion orang tuanya, karena sudah ada janji dengan Steven dan Cristian ia tidak langsung kembali ke
apartemennya. Kerem yang sudah terlambat memilih jalan pintas biar cepat sampai
agar Steven dan Cristian tidak terlalu lama menunggunya.
Ketika melewati jalan yang sepi matanya menangkap seorang wanita yang sedang berusaha melepaskan diri dari cengkraman dua orang pria. Kerem memperlambat laju mobilnya memperhatikan dari jauh bagaimana kedua pria itu berbuat kasar menampar dan mendorong wanita itu dengan kasar hingga tersungkur ke trotoar. Kerem turun dari mobilnya saat melihat salah satu dari pria itu menggotong tubuh wanita yang sudah tidak berdaya itu, ia terus menjerit dan
menangis minta tolong.
“Lepaskan wanita itu bajingan…!”
Suara lantang Kerem membuat kedua pria itu menghentikan langkahnya dan menolehkan wajahnya ke belakang.
“Kenapa kau ingin mendapat bagian juga?. Tungguhlah kau akan mendapat giliran setelah kami,” ucapnya dengan nada mengejek. Lalu keduanya tertawa keras. Lalu memberi kode pada pria disebelahnya untuk menghajar Kerem.
Kerem memasang kuda-kuda melihat pria itu akan menyerangnya, perkelahian tidak bisa dielakan, pria itu mulai menyerang Kerem dengan gesit Kerem menghindari setiap serangan pria itu. Namun saat mendapat serangan balik dari Kerem pria itu pun langsung terkabar.
Bugh..
Bugh..
Sementara itu Anna terus berontah membuat pria itu marah, ia mengaduh kesakitan dan mendorong tubuh Anna kasar ketika Anna menggigitnya. Anna meringis menahan sakit akibat berbenturan dengan aspal ia mencoba bangkit kembali melihat pria itu hendak menyerangnya tapi karena tubuhnya yang lemah ia hanya mampu merangkak menjauh darinya. Satu langkah lagi pria itu akan mendapatkanya tiba-tiba tubuhnya ditarik kebelakang dan langsung dihajar oleh pria yang menolongnya.
Anna menatap tidak percaya saat tau pria yang telah menolongnya dari dua pria ******** yang hampir merenggut kehormatannya, ia hanya bisa menangis melihat Kerem menghajar kedua pria itu sampai babak belur.
“Majulah kalian ********. ****..!” teriak Kerem melihat dua lawananya mulai sempoyongan sedang dirinya sedikit pun tidak mengalami cidera. Dua pria yang sudah ketakutan langsung kabur menyelamatkan diri mereka.
Melihat kedua pria itu telah kabur Kerem mengambil tas wanita itu yang tergeletak begitu saja di jalan, lalu berbalik berjalan menghampirinya yang duduk di aspal dengan wajah tertunduk rambut panjangnya hampir menutupi wajahnya. “ Hai Nona, anda baik-baik saja,” sapa Kerem berjongkok memperhatikan wanita di depannya. Kerem sangat terkejut saat wanita itu mengangkat wajahnya
“Anna…Kau…!”
“Ke-kerem…,” tangis Anna pecah.
“Oh tidak…,” Kerem segera meraih tubuh Anna dalam pelukannya, ia mengusap lembut punggung Anna yang terguncang karena tangisannya.
“Tenanglah…, kau aman bersamaku sekarang, sudah jangan menangis,” bisiknya menenangkan Anna yang terguncang dengan kejadian buruk yang baru saja dialaminya.
“A-aku takut,” lirih Anna dengan suara hampir tidak terdengar.
“Ssshhh…, aku disini. Aku bersamamu. Jangan takut.” Kerem menarik tubuh Anna dari dalam pelukannya. Ia menyingingkirkan rambut yang menutupi wajahnya, Kerem menggeraskan rahanganya menahan marah melihat wajah Anna yang terluka, sudut bibirnya masih mengucurkan darah. Tanpa bersuara ia langsung menggendong tubuh
Anna yang lemas akibat trauma yang dialaminya. Anna mengalungkan tangannya ke leher kerem dan menyembunyikan wajahnya di dadanya yang bidang.
Kerem membuka pintu mobilnya dan meletakan tubuh Anna dengan sangat hati-hati, dengan langkah lebar Kerem mengitari mobilnya membuka pintu mobil dibelakang kemudi. Kerem segera menyalahkan mobilnya dan meluncur
meninggalkan tempat itu.
Ia melirik Anna yang bersandar lemas di bangkunya, ia melihat lutut dan siku wanita itu juga berdarah. Kerem menggenggam tangannya yang dingin sehingga Anna menolehkan wajahnya menatap Kerem sendu dengan sisa-sisa air mata yang
masih menggenangi matanya yang indah.
“Kita ke rumah sakit sekarang,” ucap Kerem lembut. Tapi Anna menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, aku mau pulang, aku ingin pulang,” ucapnya pelan dan kembali menangis. Saat ini Anna hanya ingin cepat kembali pulang ke rumahnya, kejadian itu sungguh membuatnya sangat ketakutan.
“Tidak kita harus mengobati lukamu dulu, setelahnya kita pulang,” bujuk Kerem mengusap lembut puncak kepala Anna, melihat kondisi Anna seperti itu membuatnya sangat iba. Anna kembali meggelengkan kepalanya.
“Tidak, aku hanya ingin pulang sekarang.”
“Baiklah,” Kerem memilih mengalah karena ia tau betapa ketakutannya diri Anna saat ini. Ia melirik Anna menaikkan kedua kakinya dan merangkul kakinya dengan sangat erat
dengan kedua tanganya lalu membenamakan wajahnya disana dengan tubuhnya masih
terlihat gemetar.
Kerem merogoh saku celananya saat mendengar dering ponselnya tanpa melihat layar ponselnya ia sudah tau siapa yang menelponya.
“Kau kemana, lama sekali.”
Terdengar suara protes Steven begitu panggilan mereka terhubung karena ia sudah terlalu lama menunggu.
“Sorry Bro, aku tidak bisa datang.”
“Kenapa?”
Kerem melirik Anna yang memejamkan kedua matanya. “ Aku capek banget, sorry ya telah membuat kalian menunggu.” Kerem segera memutuskan panggilannya sebelum Steven mencercahnya dengan banyak pertanyaan. Steven mengernyitkan keningnya menatap layar ponselnya yang telah diputus sepihak oleh Kerem. “Dia kenapa? Mencurigakan sekali.” Guman Steven lalu menyimpa poselnya kembali.
****
Sekitar sepuluh menit Kerem pun tiba ia segera mematikan mesin mobilnya dan turun dari mobil, ia membuka pintu mobil untuk Anna lalu mengangkat tubuhnya ala bridal style membuat Anna kaget dan membuka matanya, Anna yang takut terjatuh mengalungkan tangannya ke lehar Kerem sambil menatap wajah pria itu. Kerem menutup pintu mobil mendorong dengan kakinya.. Tatapan Anna berpindah memperhatiakn sekitarnya yang begitu asing baginya, lalu kembali menatap wajah Kerem yang menatap lurus ke depannya.
“Aku dimana, ini bukan apartemenku,” Tanyanya pelan.
“Kau benar, kita sekarang ada di apartemenku,” kerem menjawab
menolehkan wajahnya menatap Anna sekilas.
“Tapi aku ingin pulang.”
“Iya. Kau akan pulang tapi bukan sekarang,” balasnya sambil menekan tombol lift. Kerem segera masuk begitu pintu liftnya terbuka dan
menutupnya kembali. Anna memegang erat kemeja Kerem sehingga membuat tubuhnya
tertarik, Kerem menautkan alisnya melihat sorot penuh kecemasan dari mata Anna.
“Kenapa,” tanyanya kwatir.
“Apakah liftnya akan mati lagi.” Anna berkata menatap bola mata Kerem bergantian membuat Kerem menahan senyumnya melihat kepolosannya.
“Kau pikir lift ini akan selalu mati bila kita berdua ada didalamnya.”
“Kau ini aneh-aneh saja pikirannya.”Anna pun membenarkan ucapan Kerem tapi tetap saja ketakutan masih ada dalam dirinya.
“kerem.”
“Eehmmm….”
“Aku ini berat, turunkan saja aku, aku masih bisa berdiri.” Anna menunggu Kerem untuk menurunkannya dari gendongannya tapi pria itu tidak tampak berniat untuk menurunkannya lagi sehingga Anna kembali mengulang
ucapannya.
“Kau ini cerewet sekali, kau pikir aku ini tidak kuat. Sampai besok pagi aku masih sanggup
menggendongmu. Berat apanya yang berat, aku seperti mengangkat seekor kucing saja,” sahutnya ketus. Anna tak lagi bicara karena sifat asli Kerem sudah keluar berdebat dengannya hanya membuang tenanganya yang sudah begitu banyak terkuras ditambah lagi bibirnya masih terasa nyeri setiap ia beicara.
Ting…
Pintu lift terbuka Kerem pun segera keluar dari sana. Berjalan beberapa meter mereka tiba di depan pintu apartemen Kerem, saat Kerem memasukan pin untuk membuka pintunya tak sengaja Anna melihat gelang yang ia belikan untuknya masih melingkar dipergelangan tanganya.
“Dia masih tetap memakainya,” bathin Anna menolehkan kembali wajahnya pada Kerem yang telah membuka pintu lalu mendorongnya kembali dengan kakinya. Dengan sangat hati-hati Kerem menurunkan tubuh Anna di atas sofa. Tanpa bicara ia pergi meninggalkan Anna sendirian disana, Anna menyapukan pandangangannya
memperhatikan ruangan yang ukurannya sangat luas ia tidak tau kalau ada
apartemennya yang ukurannya seluas ini, luas apartemennya saja mungkin tidak
seluas ruangan tempatnya sekarang.
Ia menatap Kerem yang sedang berjalan kearahnya membawah sebuah kotak di tangannya, ia mendudukan tubuhnya disamping Anna sehingga Anna
memundurkan sedikit tubuhnya, Anna memperhatikan Kerem membuka tutup kotak kayu itu dan melihat banyak obat disana, ia mengambil kapas lalu menuangkan antiseptic diatasnya.
“Tahanlah ini mungkin sedikit perih,” ucapnya sebelum mengoleskan kapas itu kesudut bibir Anna yang terluka. Anna mendesis menahan rasa perih begitu Kerem mengoleskannya walaupun Kerem sudah melakukannya dengan sangat lembut dan penuh kehati-hatian.
“Tahanlah sebentar jika tidak ingin lukamu ini inveksi,” ucapnya lalu meniupnya pelan. Anna tak bisa memalingkan tatapan dari Kerem yang begitu berbeda dari kerem yang ia lihat sikapnya begitu manis membuat darah
Anna berdesir.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Selamat membaca 🙏🙏🙏
Ikuti terus keseruan mereka ya. Jangan lupa like dan komentarnya 👍
langkah seribu si ana👻