Anatasya menyembunyikan identitasnya sebagai putri bungsu keluarga konglomerat dari suaminya. Ia membantu Adrian membuka perusahaan. Tapi siapa sangka ternyata Adrian tidak pernah mencintai Anatasya, dia bahkan jijik dengan bau amis yang melekat pada tubuh istrinya.
Suatu hari, Adrian menceraikan Anatasya dan mengungkapkan bahwa dia memiliki pacar, yaitu Clara, seorang wanita kaya dan cantik yang merupakan adik sepupu dari keluarga Santoso.
Anatasya merasa hancur dan terhina. Tasya akan membuat orang yang menyakiti nya membayar mahal dibantu oleh ketiga abangnya. Damian, Julian dan Rafael.
Ketiga Abangnya tidak akan membiarkan adik bungsu mereka terluka.
Bagaimana reaksi Adrian dan keluarga nya setelah mengetahui jika wanita yang selama ini mereka hina adalah putri konglomerat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Kemalangan Jerry dan Teror Clara
"Ada yang aneh dengan sikap Jerry." ujar Gerald pada istrinya.
"Biasanya ia akan melampiaskan amarah nya langsung jika tidak sesuai dengan keinginannya." tambah Gerald setelah melihat Jerry dan putri nya pergi begitu saja.
Di ruang keluarga kediaman Santoso, setelah hiruk pikuk acara amal mereda dan para tamu telah berpamitan, kehangatan masih terasa membekas.
Namun, di balik senyum lega dan obrolan ringan tentang suksesnya acara, Linda tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Ia duduk di samping Gerald di sofa panjang, tangannya menggenggam erat lengan suaminya, seolah mencari kekuatan.
"Aku juga merasakannya, Mas," bisik Linda pelan, matanya menerawang mengingat tatapan Clara.
"Tatapan Clara kepada Anatasya tadi... sangat mengerikan. Ada bara dendam yang menyala di matanya. Aku khawatir mereka akan melakukan sesuatu yang buruk."
Gerald menghela napas berat, merangkul istrinya dengan sayang dan mengecup lembut keningnya.
"Aku juga merasakannya, Lin. Ada yang tidak beres dengan Jerry sejak dulu. Rasa irinya terhadap kita selalu ada, dan amarah nya yang selalu meledak-ledak. Apalagi sekarang, setelah Damian dan Anatasya bertunangan... pasti egonya semakin terluka."
Damian yang mendengar percakapan kedua orang tuanya menghampiri mereka bersama Anatasya, yang duduk di karpet sambil bersandar di kaki Damian.
"Jangan khawatir, Ayah, Ibu," ujar Damian dengan nada tenang namun penuh keyakinan, menggenggam tangan Anatasya erat.
"Aku dan adik-adik akan menjaga Anatasya. Kita tidak akan membiarkan mereka menyakitinya lagi." Ia menatap Anatasya dengan tatapan yang meyakinkan, seolah ingin menepis semua keraguan di hati wanita yang dicintainya.
Anatasya tersenyum tipis, mencoba menenangkan Linda. "Ibu benar, Kak Damian dan Kak Julian serta Kak Rafael pasti akan menjagaku. Ibu jangan terlalu khawatir ya."
Namun, jauh di lubuk hati Gerald, ada firasat buruk yang menggelayuti pikirannya seperti kabut tebal. Ia tahu betul watak adiknya yang ambisius dan keras kepala.
Jerry selalu merasa iri dengan kesuksesan Gerald dan keluarga besarnya. Ia khawatir, rasa iri itu akan mendorong Jerry untuk melakukan tindakan nekat, terlebih setelah pengumuman pertunangan Damian dan Anatasya yang semakin memperburuk posisinya di mata keluarga dan publik.
"Entahlah, Damian," sahut Gerald dengan nada sedikit cemas. "Aku mengenal adikku. Jika dia merasa terpojok, dia bisa melakukan hal-hal yang di luar dugaan. Kita harus tetap waspada."
***
Kekhawatiran Gerald terbukti tidak berlebihan.
Beberapa hari setelah acara amal yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan Anatasya dan Damian, desas-desus mulai beredar di kalangan pebisnis tentang kebangkrutan perusahaan Jerry Santoso.
Kabar itu menyebar dengan cepat melalui bisikan-bisikan di pertemuan bisnis dan forum daring, dan banyak yang berspekulasi tentang penyebab kemerosotan bisnis properti Jerry yang dulunya cukup stabil.
"Kau dengar soal Jerry Santoso?" bisik seorang pebisnis kepada rekannya di sebuah acara makan siang.
"Perusahaannya dikabarkan di ambang kebangkrutan."
"Benarkah? Bukannya dulu dia cukup sukses?" timpal rekannya dengan nada terkejut.
"Entahlah. Ada yang bilang dia terlalu spekulatif. Investasinya banyak yang gagal."
Gerald yang mendengar desas-desus itu merasa curiga. Ia segera memerintahkan Anton, orang kepercayaannya yang handal dalam urusan investigasi, untuk menyelidiki masalah ini secara diam-diam.
Setelah melakukan penelusuran mendalam terhadap catatan keuangan dan transaksi bisnis Jerry, terungkaplah fakta yang mengejutkan.
Ternyata, Jerry telah melakukan berbagai praktik bisnis yang tidak sehat dan spekulatif untuk mengejar keuntungan yang lebih besar dalam waktu singkat. Ia mengambil pinjaman dengan bunga tinggi dan berinvestasi pada proyek-proyek berisiko tinggi.
Ketika pasar properti mengalami sedikit gejolak akibat perubahan kebijakan pemerintah, bisnis Jerry langsung goyah dan akhirnya terancam bangkrut karena tidak mampu membayar utang-utangnya.
"Ini laporan lengkapnya, Tuan Gerald," lapor Anton sambil menyerahkan sebuah map tebal.
"Seperti yang Anda duga, Tuan Jerry melakukan banyak sekali transaksi yang mencurigakan."
Gerald membaca laporan itu dengan dahi berkerut. Ia menggelengkan kepalanya dengan kecewa.
"Aku sudah sering mengingatkannya untuk berhati-hati... tapi dia selalu merasa lebih tahu."
Keterpurukan bisnis Jerry semakin memperburuk hubungannya dengan keluarga Santoso. Ia merasa bahwa Gerald dan keluarganya tidak membantunya saat ia kesulitan.
Padahal, Gerald sudah seringkali mengingatkan Jerry untuk berhati-hati dalam berbisnis dan tidak mengambil risiko yang terlalu besar. Namun, Jerry selalu mengabaikan nasihat kakaknya karena merasa lebih pintar dan berpengalaman.
Kini, dalam keterpurukannya, ia justru menyalahkan Gerald dan Damian atas kemalangannya.
"Kenapa Kakak tidak membantuku?" gerutu Jerry seorang diri di ruang kerjanya yang semakin suram.
"Dia pasti sengaja membiarkanku bangkrut karena lebih membela anak angkatnya itu!"
Dalam situasi yang sulit itu, Clara semakin terobsesi dengan dendamnya kepada Anatasya. Ia menyalahkan Anatasya sebagai penyebab utama kemalangan ayahnya.
Menurutnya, jika Damian tidak mengumumkan hubungannya dengan Anatasya di acara amal, mungkin saja Gerald dan keluarganya akan bersedia membantu Jerry keluar dari masalah keuangannya.
Pikiran yang tidak masuk akal itu semakin menggerogoti hatinya yang dipenuhi amarah dan rasa iri. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Anatasya kini memiliki segalanya, cinta Damian, keluarga yang kaya dan berpengaruh, serta kebahagiaan yang tampak sempurna.
"Ini semua salah wanita itu!" desis Clara dengan mata berkilat marah sambil melihat foto Anatasya di media sosial.
"Jika dia tidak ada mungkin hidupku akan sempurna, di kelilingi kakak sepupu yang tampan dan kaya. Ayah juga pasti tidak akan seperti ini!"
Clara mulai menyusun rencana yang lebih jahat dan licik untuk membalas dendam kepada Anatasya. Ia tidak lagi peduli dengan konsekuensi dari tindakannya. Yang ada di benaknya hanyalah bagaimana caranya membuat Anatasya menderita dan kehilangan semua yang dimilikinya, termasuk Damian. Ia mulai mencari cara untuk menghubungi orang-orang dari masa lalu Anatasya yang mungkin bisa ia manfaatkan untuk menyakiti wanita itu.
"Aku akan membuatmu menyesal telah merebut kebahagiaanku, Anatasya," bisik Clara penuh dendam.
"Kau akan merasakan apa yang aku rasakan!"
Sementara itu, Anatasya dan Damian semakin menikmati kebahagiaan mereka. Hubungan mereka semakin erat dan harmonis.
Damian selalu berusaha untuk membuat Anatasya merasa aman dan nyaman di sisinya. Ia sering mengajak Anatasya untuk bertemu dengan teman-teman dan kolega bisnisnya, memperkenalkan Anatasya sebagai kekasih dan calon istrinya.
"Aku sangat bahagia bersamamu, Damian," ujar Anatasya suatu malam sambil bersandar di dada Damian di balkon rumah mereka. Bintang-bintang bertaburan di langit malam yang indah.
"Aku juga, Sayang," balas Damian sambil mengecup lembut puncak kepala Anatasya. "Kau adalah segalanya bagiku."
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung tanpa gangguan.
Beberapa kali, Anatasya menerima pesan-pesan anonim yang berisi ancaman dan hinaan. Pesan-pesan itu berusaha untuk menakut-nakuti Anatasya dan memintanya untuk menjauhi Damian. Anatasya merasa khawatir dan tidak nyaman dengan teror tersebut, meskipun ia berusaha untuk tidak menunjukkannya kepada Damian.
"Ada apa, Sayang? Kau tampak sedikit murung," tanya Damian suatu malam melihat perubahan ekspresi Anatasya.
"Tidak apa-apa," jawab Anatasya berusaha tersenyum, namun matanya tidak bisa berbohong. "Hanya sedikit lelah."
Namun, Damian yang sangat mengenal Anatasya menyadari ada sesuatu yang disembunyikan oleh kekasihnya.
Setelah beberapa kali Anatasya terlihat gelisah, Damian akhirnya mendesaknya untuk bercerita.
Dengan berat hati, Anatasya menunjukkan pesan-pesan anonim yang diterimanya. Damian yang mengetahui hal itu menjadi sangat marah. Ia segera memerintahkan tim keamanannya untuk melacak pengirim pesan-pesan tersebut.
Setelah melakukan penyelidikan dengan bantuan ahli IT, akhirnya terungkap bahwa pengirim pesan-pesan anonim itu tidak lain adalah Clara.
Jejak digital yang ditinggalkan Clara sangat jelas, mulai dari alamat IP hingga pola penulisan pesan yang penuh kebencian.
"Ini sudah keterlaluan!" geram Damian sambil menunjukkan bukti-bukti tersebut kepada Gerald dan Linda.
"Clara tidak bisa dibiarkan terus meneror Anatasya."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...