“Ayo menikah! Setelah satu tahun mari kita berpisah!” —Arcelio Alexander.
“Oke kalau itu yang Bapak mau. Tapi setelah menikah saya tidak mau tidur satu ranjang dengan Bapak!” — Keyla Putri.
Keyla Putri terpaksa menerima perjodohan dan menikah dengan gurunya sendiri demi menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Keyla dan Lio setelah mereka menikah? Mengingat Lio adalah guru paling dingin dan menyebalkan di matanya.
Akankah tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25
"Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Herman khawatir melihat keadaan Tasya. Wajah putri tirinya itu semakin pucat. Tentu saja, Herman menjadi tidak tega.
"Ayah panggilkan dokter, ya?" tawar Herman.
Tasya menggeleng pelan."Tasya gapapa, Yah," jawab Tasya menggigit bibir bawahnya menahan nyeri di pinggangnya akibat ulah Jelita.
Herman menghela nafas lalu mendudukkan Tasya di sisi tempat tidur. Pria paruh baya itu bergegas mengambil kotak obat yang ada di laci meja.
"Apa kamu melakukan kesalahan sampai ibumu berbuat seperti itu?" tanya Herman penasaran. Karena tidak biasanya Jelita memperlakukan Tasya dengan kasar.
Yang Herman tahu, Jelita adalah sosok wanita lemah lembut yang begitu menyayangi anak-anaknya.
Tasya terdiam sembari meneguk ludahnya dengan susah payah. Dia tidak mungkin mengatakan yamg sebenarnya pada Herman.
Jika Herman tahu pekerjaannya bukan sebagai model melainkan wanita penghibur, Herman bisa mengusirnya dari rumah ini.
"Tasya, bicaralah. Kalau kamu diam begini, Ayah malah semakin bingung." Herman duduk di samping Tasya, mengusap pundaknya dengan penuh kelembutan.
"Tasya cuma nggak mau ngerepotin Ayah, itu saja." Tasya menjauhkan mendongak, menatap Herman dengan mata berkaca-kaca.
"Ayah sudah menganggap kamu seperti putri Ayah sendiri. Janji Ayah pada mendiang ayahmu yang susah tiada adalah membahagiakan kalian." Herman mengingat hari dimana Bagas—sahabatnya yang tak lain adalah ayah Tasya memintanya untuk menikahi Jelita dan menjaga kedua anaknya.
Bahkan, Herman rela mengesampingkan Keyla hanya demi Jelita dan Tasya. Meski Herman tahu kalau dirinya salah.
"Tasya butuh uang buat bayar kuliah, Yah. Tapi ibu menolak memberikannya dengan alasan perusahaan ayah—" Tasya tak melanjutkan kalimatnya. Tak sanggup jika harus membohongi ayah sebaik Herman.
"Berapa yang kamu butuhkan? Ayah akan memberikannya dengan syarat, minta maaflah pada ibumu. Jangan sampai kamu menyakiti hatinya dan membuatnya bersedih," ucap Herman merogoh kantongnya, mengambil dompet dan memberikan lima lembar uang merah pada Tasya. "Pakai ini untuk biaya kuliah kamu. Kalau kurang kamu bilang Ayah," imbuhnya.
Tasya tertegun. Sungguh, tak menyangka jika ayah sambungnya benar-benar memiliki hati bak malaikat.
"Terima kasih, Yah." Tasya bangkit dari tempat duduknya.
"Ayah yang berterima kasih. Kemarin kamu sudah merawat Ayah sampai sembuh." Herman tersenyum dan menepuk puncak kepala Tasya penuh kasih sayang.
Herman mengernyit, melihat samar-samar tanda merah di leher Tasya. "Lehermu kenapa? Di gigit nyamuk?" tanyanya.
"Eh... Iya, Yah." Tasya cepat-cepat menutupi lehernya dengan rambut panjangnya yang terurai ke bergegas keluar. Sebelum Herman bertanya macam-macam padanya.
*****
"Kamu sakit?" Lio menarik dagu Keyla agar gadis itu menatapnya.
Keyla mengalihkan pandangannya. Tak sanggup menatap lama wajah Lio. Dahinya berkeringat dan bibirnya memucat.
"Jangan sentuh saya, Pak." Keyla menepis tangan Lio yang hendak menyentuh keningnya.
"Saya cuma mau periksa, kamu sakit atau tidak. Itu saja," ucap Lio.
Keyla mendengus kesal. "Saya nggak sakit. Pundak saya kebas menahan kepala Bapak di sini." Keyla menepuk pundaknya.
Hampir satu jam mereka duduk dengan posisi Lio memangku Keyla.
"Oh. Saya pikir kenapa."
Lio membopong Keyla dan mendudukkannya di sofa. Kemudian meletakkan kedua tangannya di sisi kanna kiri tubuh Keyla. Menahan tubuh kekarnya.
"Bapak mau apa? Biarkan saya keluar. Sebentar lagi pelajaran miss Ivanka. Jika saya membolos dia bisa—" kedua mata Keyla membulat sempurna saat merasakan benda kenyal mendarat sempurna di permukaan bibirnya.
Ya, Lio mengecup bibir Keyla. Hanya sebuah kecupan singkat. Tidak lebih dari itu.
"Pak Lio!" seru Keyla.
"Itu hukuman buat kamu karena sudah berani menggodaku," ucapnya seraya mengusap pipi Keyla yang sudah memerah.
Satu detik, dua detik. Keyla mengedipkan matanya berulang kali mencoba untuk mencerna ucapan Lio. Hingga...
"Huwaa!" pekik Keyla saat dirinya sadar kalau ciuman pertamanya di ambil oleh Lio—gurunya sekaligus calon suaminya.
Keyla langsung berlari keluar tanpa mengatakan apapun lagi.
Lio tersenyum puas karena sudah berhasil mencium bibir Keyla. Bibir yang selalu membuatnya terbayang-bayang setiap malam.
🤣🤣 Kabur Key...
Bonus visual Tasya🤭
