NovelToon NovelToon
AWAN MERAH

AWAN MERAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:24
Nilai: 5
Nama Author: yotwoattack.

Seorang pemuda tampan yang katanya paling sempurna, berkharisma, unggul dalam segala bidang, dan yang tanpa celah, diam-diam menyimpan sebuah rahasia besar dibalik indahnya.

Sinan bingung. Entah sejak kapan ia mulai terbiasa akan mimpi aneh yang terus menerus hadir. Datang dan melekat pada dirinya. Tetapi lama-kelamaan pertanyaan yang mengudara juga semakin menumpuk. "Mengapa mimpi ini ada." "Mengapa mimpi ini selalu hadir." "Mengapa mimpi ini datang tanpa akhir."

Namun dari banyaknya pertanyaan, ada satu yang paling dominan. Dan yang terus tertanam di benak. "Gadis misterius itu.. siapa."

Suatu pertanyaan yang ia pikir hanya akan berakhir sama. Tetapi kenyataan berkata lain, karena rupanya gadis misterius itu benar-benar ada. Malahan seolah dengan sengaja melemparkan dirinya pada Sinan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A M BAB 31 - bayi kadaluarsa.

"Cie eskul melukis." Menggoda. Menggeser kursi dan duduk. Bergabung bersama Lilie dan Dinya. "Lo berarti bisa ngegamba-"

"Kagak. Gue bisanya masang tabung gas." Sahutan yang langsung membuat gadis di sampingnya tertawa brutal. Melirik Jack sekilas. Membuang pandangan setelahnya.

"M-masang tabung ga- ppffttt!!" Berkata lemah. Menarik nafas lalu membuangnya. Sudah mulai tenang. Lantas melanjutkannya penuh mengejek. "Lagian udah tau orang milih eskul seni lukis, ya udah pasti bisa ngegambar. Lo dodol amat, ada-ada aja njir."

Kertas di atas meja menunjukkan bahwa Daniellya Serra masuk eskul seni melukis. Sebenarnya gadis itu tidak menginginkan kelas-kelas tambahan dan sejenisnya.

"Upsiee~ sorry kakak." Kata Lilie yang baru ingat bahwa ia harus menjaga emosi pemuda tempramental. Lomba basket putra tinggal menghitung hari. "By the way, mut imutt~ Sinan bagian renang kan ya."

Mengangguk mengiyakan. Inilah faktor utama yang menyebabkan dirinya bisa ikut eskul seni. Ia berpikir Sinan akan menjadi sibuk dan tidak memiliki waktu luang.

"Bolak-balik dipanggil dia, lo sendiri juga tau gimana." Hanya menyahut santai. Menegaskan panggilan yang hampir setiap hari berkumandang berulang-ulang.

Menyimpan kertas penjadwalan ektra kurikuler milik Dinya. Lantas menatap si dia miris. Ikut merasa menyayangkan.

"Ya gitu mut.. Sinan itu bukan prioritas, tapi dia yang paling guru-guru andelin." Memuntahkan fakta. Terus berujar disela si gadis datar yang diam-diam mendengarkan. "Meski dia gak pernah nunjukin, tapi aku yakin dia sebenarnya juga capek mut."

Shisinan Seandra yang menggendong nama sekolah mereka. Satu-satunya murid yang terus lompat sana lompat sini demi nama SMA Moranvva lebih harum dan dikenal.

"Lagi ngomongin apa sayang." Kata seseorang yang berjalan masuk. Meletakan rantang berwarna kuning di atas meja. Duduk dan mengelus punggung tangan si gadis. "Kenapa cinta. kok gitu mukanya."

Dirinya baru dari kantin untuk sekedar meminjam microwave. Memanaskan bubur kacang kesukaan si gadis. Tetapi ketika ia kembali suasananya malah berubah.

"Cewe gue lo apain." Langsung menuduh. Melirik Jack yang hanya bersandar santai.

"Apasih asu." Membalas muak. Bangkit dan berjalan pergi begitu saja. Menghentikan tungkai ketika hanya berada tepat beberapa langkah saja dari pintu keluar. "Ikut gue."

***

Tak terasa jam sekolah mulai berakhir. Langit belum berubah jingga, tetapi hawa teduh dari awan tebal yang besar-besar nan membulat menjadi penggantinya.

"Cantik, manis, imut, menggemaskan, yuk sadar yuk." Mengguncang tubuh mungil itu lembut. "Kalau masih diem nanti aku cium."

Bukan hal baru dan sudah tidak kaget. Tapi rasa resah yang menyesakkan selalu timbul. Bahkan tanpa diminta. Mustahil untuk terbiasa kendati reaksi pertama yang muncul hanya kepanikan dan resah saja.

Ketakutan yang entah apa sebabnya.

"Kita udah lama banget berdiri disini, aku takut kaki kamu sakit." Berkata dengan senyum miris. Langsung menghembuskan nafas lega ketika si gadis akhirnya sadar dan menoleh. "Duh.. rasanya aku mau nangis."

"Kenapa." Menyahut. Meregangkan tubuh santai sebelum merajut langkah. "Lo mau nangis terus perasaan. Bayi kadaluarsa."

Sebagian besar murid telah berhamburan pergi menuju habitat liarnya. Alasan mereka berdua masih berada di gedung sekolah juga hanya karena ingin mengintip ruangan seni lukis tempat eskul si gadis kedepannya.

"Aku ganteng dan imut, bukannya kadaluarsa. Tega banget ngatain cowonya sendiri." Merangkul. Berjalan bersebelahan dengan seseorang yang mengangkat alis. "Apa, cepat atau lambat pasti terealisasi. Mustahil bagi kamu buat lari gadis manis."

Langkah mereka terhenti ketika keduanya sudah sampai pada area parkiran. Seperti biasa, Dinya kelayaban sambil menunggu. Menendang-nendang tidak jelas dan meringis ketika kaleng yang ditendangnya malah mengenai seorang pemuda familiar.

"Sorry sengaja." Berkata santai. Membiarkan si An melotot dan menatap cerah dirinya.

"Ka- KAKAKKKK??!!! Wahh~ kakak.. kakak ihh!! Ih kak akhirnya- KAKK! KAKAK KENAPA GAK NYARIIN LE RUEN- ekhem, kakak ih.. gak dicariin akunya." Mengoceh dengan intonasi konslet. Menggelembungkan pipi. Bad mood.

"Kakak don't love me, ya.." murung.

Bibirnya terbalik ke bawah. "Le Ruen kok gak dicariin.. kakakk~ padahal kakak udah tau bahwa Le Ruen ini adik kelas kakak, satu sekolah sama kakak, satu gedung sekolah sama kak- ya meski gak satu lantai. Tapi satunya udah banyak, huhuu~ ih kakak parah.. sengaja banget kakak jahat jahatt."

Rasanya ingin muntah darah. Dinya hanya menyimak ocehan An yang di lontarkan dengan raut dan intonasi mendayu.

"Udah An." Menegur. Mengelus kepala prustasi ketika ocehan serupa masih mengudara. Akhirnya mengunakan cara kekerasan. Mengangkat sepatu. Berkata datar. "Diem apa gue sumpel. Rewel."

Yang diancam langsung nyengir. Mengangkat tangan pertanda damai. Lalu melangkah mengikuti si gadis yang berjalan.

"Aku suka sama kakak, aku mau jadi temen kakak. Kakak~ mau kemana, jangan buru-buru.. Le Ruen baru bisa ketemu kakak sekarang masa mau langsung ditinggal." Merengek. Tetapi kali ini lebih tenang. "Minta nomer kakak, boleh ya kak."

Tap..

Tap..

"Kakak jadi teman aku ya kak. Aku gak punya banyak temen.. kakak.." terus berjalan bersampingan dengan si gadis. Berkata lagi penuh ceria. "Omong-omong, mau temenin Le Ruen ke mesin minuman gak kak. Kakak, aku mau ganti susu kakak. Sepulang sekolah ini kakak gak ada kegiat-"

"Ada." Memotong. Sembari masih berjalan mulai merogoh kantung. Menunjukkan kode yang langsung An scan. Lantas melambaikan tangan dan tersenyum.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!