TAMAT HINGGA MUSIM KE-3~
"Uncle Sam aku tidak mau menikah dengannya....ini sama saja mempertaruhkan masa depanku....hiks "
"Lalu bagaimana cara kau membayar semua hutang orang tuamu? " uncle Sam mencengkram tangan nya dengan keras.
Baru sehari setelah orang tuanya meninggal dunia. Renesmee yang merupakan anak tunggal kesayangan keluarga Phoenix.
Harus menghadapi kenyataan pahit kembali. Ketika sang paman memaksa dirinya untuk menikah dengan seorang Presdir yang sangat angkuh, kejam, dan tidak memiliki perasaan. Ia bernama Nathan Efron.
🌹Tahap Revisi🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mayraa Ibnurafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 22
"Sial! Untuk apa mamih mengajaknya kesini, apa yang harus aku lakukan Nathan bodoh berpikirlah sedikit." Batin Nathan.
"Ya tuhan aku harus melakukan apa ini? Bagaimana jika dia masih marah terhadapku" Batin Rens gugup.
"Nathan sayang! Ini dia Renesmee! Sapalah dia!" Ucap Barbara tersenyum.
"Hmm! Selamat pagi" Ucap Nathan dengan ketus, masih tidak mau menatap.
"Eh? Se-selamat pagi juga Tuan" jawab Rens yang gugup.
Barbara bingung melihat tingkah kedua orang ini yang aneh. Dia pun langsung menegakkan wajah Nathan yang sedari tadi enggan untuk menatap Rens.
"Mamih apaan sih!" bentak Nathan.
Saat dia menegakkan pandangannya, Seketika dirinya terkejut melihat betapa cantik nya calon istrinya itu. Rens begitu cantik dan anggun mengenakan gaun pengantin merah yang dipilihkan Nathan walau nampak sedikit seksi. Jantungnya semakin berdegup kencang, dia tak tahu harus berkata apa. Cantik!
"Dia bisa secantik ini juga ternyata!" gumam Nathan tersenyum tipis. Dia sangat terpukau akan kecantikan Rens.
Sedangkan Rens hanya bisa tertunduk malu, pipinya sedikit panas dan merona merah. Dia bisa merasakan kalau Nathan sedang menatap dirinya. Rens pun memberanikan diri untuk menegakkan pandangannya. Kini pandangan mereka bertemu satu sama lain. Nathan menatapnya dengan sangat dalam, begitu pun dirinya menatap mata Nathan yang menjadi favoritnya.
"Kalian kenapa sih kok pada canggung begitu?" Tanya Barbara yang heran melihat tingkah Rens dan juga Nathan.
Suara Barbara pun mengejutkan mereka berdua, seakan membuyarkan lamunan dua orang insan yang saling jatuh cinta. Meskipun belum ada yang tahu sebenarnya cinta diam-diam sudah menghampiri hati mereka masing-masing.
Mereka berdua pun sama-sama tersadar dan dengan cepat memalingkan wajah masing-masing, karna merasa malu.
"Rens sayang! Kamu berangkatnya bareng Nathan yah nak!" ucap Barbara lembut.
"Baik Nyonya! Eh maksud saya mamih" jawab Rens sedikit gugup, dirinya lupa untuk memanggil Barbara dengan sebutan 'Mamih'
Sedangkan Nathan yang merasa malu itu pun tanpa disuruh sudah masuk duluan dan duduk manis didalam mobil. Wajah nya nampak tegang, keringat membasahi keningnya.
"Kevin tolong jaga Rens dan juga Nathan yah! Mamih percaya padamu!"
"Baik Nyonya, serahkan saja semua pada Kevin" Jawab Kevin.
Setelah mendengar perintah dari Barbara, Kevin pun dengan sigap membukakan pintu mobil untuk Rens. Tak lupa dia menutupnya kembali, lalu berlalu masuk kedalam mobil dan duduk dikursi kemudi.
Begitu pun dengan semuanya mereka masing-masing masuk kedalam mobil dan bersiap mengawal mobil Nathan maupun Rens.
Kini Rens duduk bersebelahan dengan Nathan didalam satu mobil. Sedari tadi jantungnya berdegup kencang tak ada hentinya. Dia begitu gugup, ingin rasanya ia memulai pembicaraan namun terpaksa dia mengurungkan niatnya itu. Sebab dilihatnya Nathan pun terlihat diam dan tak ingin membicarakan sesuatu.
Kevin menatap Nathan melalui kaca sepion tengah. Dilihatnya Nathan yang hanya diam, ketegangan terpancar diwajahnya. Keringat dikeningnya hampir menetes di Tuxedo miliknya. Dengan sigap kevin memberikan sebuah sapu tangan pada Nathan.
"Tuan apa anda baik-baik saja? Ini dia sapu tangan anda" Tanya kevin, dia sangat tahu apa yang dirasakan Nathan saat ini.
Tentu saja Nathan sangat tegang dan gugup, bahkan perasaan takut menghampiri hatinya. Rasa trauma akan peristiwa empat tahun silam masih terus membayanginya. Meskipun dia tidak pernah memberi tahu siapa pun. Namun Kevin bisa merasakan betapa menyakitkannya dirinya jika menjadi Nathan.
"Eh, terima kasih" Nathan mengambil sapu tangan tersebut dari tangan Kevin, lalu menyapu keringat yang ada dikeningnya itu.
Rens yang sedari tadi menyimak dan memperhatikan Nathan dan juga Kevin, Hanya bisa diam meskipun dirinya ingin sekali rasanya berbicara. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak menghiraukan Nathan dan tetap memandang kedepan. Dia berharap yang dilakukannya itu bisa mengurangi rasa sesak didadanya.
Kevin pun mulai menstater mobilnya, lalu ditariknya rem dan memasuk kan perseneling. Kemudian dengan perlahan dia menginjak gas melaju ketempat tujuan.
"Tenanglah Nathan! Percaya padaku, aku akan membawamu dengan selamat" Batin Kevin.
***
Disepanjang perjalanan suasana didalam mobil sangatlah hening, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka bertiga.
Nathan memegangi dadanya yang semakin sesak, saat Kevin melajukan mobil memasuki kawasan itu. Kawasan dimana semua rasa traumanya itu lahir.
Nathan (abduction)