Niat baik berubah menjadi petaka bagi Raisa, bagaimana menolong pria asing malah membuatnya dinikahkan secara paksa oleh warga yang mengira mereka berbuat asusila. Meski berkali-kali mencoba menjelaskan namun warga yang kolot tidak mempercayai apa yang Raisa dan Bryan katakan hingga mau nggak mereka menikah dengan terpaksa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Heran dengan Para Papa
Berkali-kali Yuke mencoba untuk memisahkan Raisa dan Bryan namun rencananya selalu gagal, rasa percaya dan cinta yang kuat membuat Bryan dan Raisa sulit dihasut.
Tiga tahun telah berlalu, tak terasa kini Raisa telah lulus kuliah, kini dirinya ingin benar-benar mengabdi pada suaminya dan kini saatnya juga melepas alat kontrasepsi yang sebelumnya dia pakai untuk mencegah kehamilan.
Siang ini Raisa pergi ke kantor Bryan, dua tahun yang lalu setelah lulus kuliah Bryan langsung disuruh papanya untuk memegang perusahan. Tak hanya papanya tapi Papa mertuanya juga meminta Bryan untuk mengurus perusahannya juga.
"Mas," sapa Raisa saat masuk ke dalam ruangan Bryan.
Melihat sang istri datang, Bryan beranjak dari kursi kebesarannya.
"Kok nggak bilang sih sayang kalau ingin kesini?" tanya Bryan.
"Habisnya suntuk di rumah sendiri," jawab Raisa.
Obrolan mereka kini ke soal anak, dirinya ingin sekali memiliki anak mengingat penundaan yang lebih dari tiga tahun.
"Semoga kita cepat mendapatkan momongan ya mas." Raisa menyandarkan kepalanya di bahu Bryan.
"Iya sayang." Bryan membalas dengan mengelus pipi Raisa.
Saat asik bersua masuk lah Gilang asisten Bryan, memang dulu Bryan meminta Gilang untuk menjadi asistennya mengingat persahabatan mereka sudah sangat dekat.
Tau atasannya lagi bersua secepat mungkin Gilang merubah haluannya, dia takut kalau mengganggu Bryan dan Raisa.
"Kebiasaan deh, pacaran di kantor. Gak bisa menghargai perasaan aku yang jomblo ini." Gilang kembali dengan bergumam di sepanjang lorong.
***********
Huek
Huek
Pagi buta Raisa telah mengeluarkan isi dalam perutnya, hal ini membuat Bryan sangat cemas karena tidak seperti biasanya Raisa muntah-muntah seperti ini.
"Sayang kamu sakit?" tanya Bryan.
"Entah mas, perasaan aku baik-baik saja," jawab Raisa.
Seusai membasuh mukanya dengan air, Bryan membantu sang istri kembali ke tempat tidur. Dengan pelan dia membantu Raisa ke tempat tidur.
"Bobok lagi ya." Bryan mengelus perut Raisa, sungguh sentuhan Bryan membuat Raisa sangat nyaman dan perlahan dia memejamkan matanya.
Mentari telah keluar dari persembunyiannya, Bryan yang melihat Raisa masih memejamkan mata memutuskan untuk bangun lebih dulu.
Setelah mandi dia menghampiri Raisa yang masih memejamkan mata.
"My beloved wife, bangun dong, suami kamu ini mau berangkat bekerja." sentuhan bibir Bryan membuat Raisa membuka matanya.
Melihat sang suami selesai mandi membuatnya tersenyum, Raisa mengalungkan tangannya dia leher Bryan.
"Pagi my beloved husband."
Bryan tersenyum lalu menghujani wajah Raisa dengan banyak kecupan.
"Mana baju kerja aku?" tanya Bryan.
Raisa mengangguk lalu beranjak dari tempat tidur, dia mengambil satu setelan jas untuk Bryan tak lupa jam tangan, dasi serta kaos kaki.
"Ayo aku bantu memakai pakaian." Bryan berjalan mendekati Raisa yang membawa setelan jasnya.
Bagi Bryan Raisa adalah istri yang terbaik di dunia meskipun dulu awal menikah mereka seperti Tom and Jerry ga kebayang akan menjadi sepasang suami istri yang bucin.
Setelah siap dengan baju kerjanya Raisa berjalan mengambil parfum Bryan, saat mencium bau parfum suaminya tiba-tiba perut Raisa bergejolak, dirinya mual sekali.
Raisa berlari ke kamar mandi, lagi-lagi dia mengeluarkan isi dalam perutnya yang hanya berisi cairan karena tadi sudah keluar semua.
"Kita ke rumah sakit yuk, aku sangat cemas dengan keadaan kamu sayang." Dengan lembut Bryan memijat tengkuk Raisa.
Raisa terus mengeluarkan isi dalam perutnya sehingga dia benar-benar lemas.
Tanpa banyak bertanya, Bryan langsung membawa Raisa ke rumah sakit, urusan kantor Bryan mempercayakannya pada Gilang lebih dulu mengingat Raisa lebih penting daripada urusan lainnya.
"Istri anda tidak sakit mas." Sontak Bryan marah dengan ucapan dokter, bagiamana bisa Raisa tidak sakit jelas-jelas keadaannya lemah sekali muntah juga sudah dua kali.
"Dokter ini matanya soek, apa dia tidak melihat istriku yang sangat lemah," umpat Bryan dalam hati.
Melihat ekspresi Bryan yang tidak enak, dokter sudah tau kalau Bryan kesal padanya karena istrinya di bilang tidak sakit.
"Coba anda periksaan istri anda ke obgyn," saran dokter.
Kekesalan Bryan sudah tidak bisa dibendung lagi, tadi di bilang tidak sakit dan sekarang memintanya untuk memeriksakan Raisa ke dokter kandungan.
"Lama-lama saya kesal dengan anda Dok, tadi bilang istri saya tidak sakit dan kini anda menyarankan saya untuk membawanya ke dokter kandungan, maksud anda apa sih Dok!" Bryan meluapkan semua kekesalannya pada Dokter yang kini ada di depannya.
"Anda pikir istri saya hamil sehingga saya harus membawanya ke dokter kandungan," sambung Bryan.
Dokter hanya tersenyum dan beberapa detik kemudian bola mata Bryan membulat menatap Dokter dengan tatapan linglung.
"Tunggu, apa istri saya hamil Dok?" tanya Bryan.
Dokter mengangguk dengan tersenyum, memang benar kini istrinya tengah hamil.
Rasa senang yang berlebih membuat Bryan langsung memeluk sang Dokter bukannya Raisa tentu ini membuat Raisa cemburu.
Di atas bed pasien Raisa mendengus kesal, siapa yang hamil siapa yang dipeluk.
"Mas kamu salah peluk orang." Cuitan Raisa sontak membuat Dokter tersenyum.
Untung saja dokternya laki-laki coba kalau perempuan sudah pasti ada perang Baratayuda di rumah sakit.
Bryan melepas pelukannya lalu mendekati Raisa yang kesal di bed pasien.
"Maaf sayang, saking senangnya sampai salah peluk," Pelukan Bryan kini mendarat di tempat yang tepat.
Melihat drama Bryan dan Raisa membuat Dokter menitikkan air mata dia teringat kembali dengan sang istri yang sudah meninggal karena melahirkan anaknya dulu.
"Pa, Bryan aku berita bagus." Selepas dari rumah sakit Bryan memberi tahu pada kedua papanya.
Para Papa sungguh kepo hingga bersamaan datang ke rumah Bryan dan Raisa.
"Ada apa sih Bryan?" tanya papa Bryan.
Bryan mengelus perut Raisa, memberikan kode kalau Raisa tengah hamil.
"Raisa hamil kah?" tanya papa Raisa.
"Oo hamil," sahut Papa Bryan.
Bola mata kedua pria paruh baya ini kemudian melebar, akhirnya yang mereka tunggu-tunggu datang juga.
Papa Raisa segera memeluk anaknya, papa Bryan juga tidak mau kalah. Kedua papa berebut Raisa membuat Bryan kesal karena istrinya dikuasai para papa.
"Apa-apaan mereka, kenapa istriku malah dikuasai?" gerutu Bryan dengan menatap Raisa dan kedua papa.
Saking senangnya akan memiliki cucu, papa Bryan dan papa Raisa memutuskan untuk tinggal di rumah Bryan, mereka tidak ingin jauh-jauh dari calon cucu mereka.
"OMG, astaga, kenapa sih kok pada ingin ditinggal disini pa, kan Bryan nggak leluasa." Bryan protes pada para papa.
Para Papa nampak kesal karena Bryan protes jika mereka tinggal dengannya.
"Astaga Bryan papa ikut tinggal di sini kamu protes gak ingat kamu selama ini tinggal sama papa, heran aku sama anak model beginian." Tak hanya Bryan papa Bryan juga terlihat kesal.
"Betul, enak saja sudah mengambil Raisa kini protes kalau aku dekat dengan Raisa, jangan jadi mantu durhaka kamu Bryan, papa ini sekarang juga papa kamu." Papa Raisa juga mengomel pada Bryan.
Bryan mengusap rambutnya kasar, heran kenapa ada para papa model begini.
othor nya kocak nih 🤣🤣
selamat buat rafi dn amanda🌹🥰
buat Gilang... jodohmu masih d pending sama kak el... sabar y🤭😂😂
sukses dn semangat buat kak el... sehat2... semoga karyamu selalu menjadi favorit para readers👍💪🥰😘😘😘😘😘😘🌹🌹🌹🌹🌹🌹
d tunggu cerita berikutnya😉❤
auto pusing atas bawah tu rafi🤭😂😂😂
rafi somplak
astaga rafi... jadi pingin nampol tu mulut😔