Lethisa Izzatunnisa adalah seorang gadis berusia 24 tahun bekerja di devisi keuangan pada salah satu perusahaan konveksi. Ia memiliki kekasih sejak kelas XI SMA bernama Irsyad. Keduanya menjalin kasih tanpa ada halangan yang berarti meskipun keduanya memilih jalur karier yang berbeda. Irsyad memilih menjadi dokter, sedangkan Sha, panggilan Lethisa, memilih menjadi karyawan kantor.
Kesibukan mereka sebenarnya tidak membuat komunikasi memburuk, tapi ada suatu peristiwa yang membuat Irsyad harus memutuskan Sha. Bahkan Irsyad mau menikahi seorang perempuan bernama Farah.
Bukan prank ataupun hoax. Pernikahan Irsyad pun terjadi. Bagaimana perasaan Sha? Ikuti kisah kasih Sha dengan berbagai trauma percintaannya, terlebih setelah bertemu Arsyad bos dan juga teman SMA nya. Happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATUN
Semoga tidak bertemu Arsyad.
Doa Sha dalam hati, ia tidak mau berinteraksi dengan bosnya. Arsyad terlalu cerewet mengulang masa SMA, dan Sha tak suka. Khawatir saja kalau ia terus mengungkit kelakuan Sha saat masa abu-abu putih bersama Irsyad. Pasti gak nyaman, diungkit terus dengan mantan.
Hari pertama menjadi bos, Arsyad hanya berkeliling kantor saja. Memasuki masing-masing devisi dengan tanya ini itu, dan paling lama bertengger di ruangan devisi. Sok tanya banget sama Bu Retno, mana mau duduk manis di ruangan Bu Retno malah berdiri di tengah ruangan, mau tak mau Sha pun ikut mendengar pertanyaan yang sangat mengada-ngada.
Misalnya nih, kok bisa Om Anwar hutang segitu banyaknya? Buat apa?
Duh...Sha melongos kesal, ya kali dia gak tahu. Kemarin-kemarin ke mana aja, gak mungkin Pak Danu dan Pak Wira tidak membeberkan alasan beliau menarik Arsyad kemari. Satu lagi apesnya Sha, setiap melihat Arsyad, bos itu juga melihat ke arahnya bikin keki aja.
"Oke baiklah, terimakasih sudah menyambut saya dengan baik. Silahkan Bu Retno memilih salah satu tim keuangan untuk rapat besok. Hem sepertinya Atun bisa," tunjuk Arsyad dengan menatap Sha. Tim keuangan bingung dong, bos tadi panggil siapa? Atun? Lah mereka saling lirik, gak paham siapa yang dimaksud.
"Baik, Pak!" Jawab Sha tegas, mendahului Bu Retno yang mungkin akan bertanya siapa Atun.
"Bagus, saya ke devis lain dulu," ujar Arsyad sok bossy di mata Sha. Kalau saja ia bukan bos mungkin sepatu jinjit Sha dilempar ke arah wajah usil Arsyad. Menyebalkan.
"Atun?" tanya Heni mengulang ucapan Arsyad tadi. "Kamu yang dimaksud? Kok bisa? Kamu kenal dengan Pak Arsyad sebelum kerja di sini?" tanyanya beruntun.
Sha hanya memutar mata bola malas, ya gini yang tidak ia suka, banyak pertanyaan yang menuntut adanya sebuah penjelasan. Dan tahu sendirilah kaum hawa di negara +62 kalau sudah dijelaskan sesuatu, pasti akan dikorek hingga sedalam lautan.
"Kamu Sha yang dipanggil Atun?" kali ini Bu Retno yang bertanya dan diangguki oleh Sha.
"Iya, Bu."
"Panggilan sayang dong," ledek Bagas cekikikan.
"Panggilan sayang dari Hongkong, tuh kan bos baru menyebalkan gak sih," rengek Sha gergetan.
"Tunggu-tunggu," Heni menghalangi Sha untuk duduk di meja kerjanya. "Ada hubungan apa kamu sama Pak Bos, cie....Gak dapat Irsyad dan Arsyad, namanya memper huiiii," ledek Heni penuh banyolan.
"Ngomong sekali lagi gue timpuk pakai sepatu!" ancam Sha yang sudah siap melepas sepatunya.
"Eits....marah. Mbak Diva kayaknya memang ada apa-apa nih Sha sama Pak Arsyad. Ngomong dong Sha, iya kamu kenal? Atau Pak Arsyad salah satu mantan kamu, terus CLBK gitu. Cerita Sha," pinta Heni ngotot. Ingin tahu saja latar belakang keduanya sampai ada panggilan khusus.
"Bu Retno, Heni kebanyakan omong nih," Sha berusaha menghindar dan mengadu pada Bu Retno. Namun sayang, hari ini tim keuangan sepakat untuk mengintrogasinya.
"Iya ...dia teman SMA ku," jawab Sha pada akhirnya.
"Yakin teman doang," ledek Diva menimpali.
"Yakinlah, SMA mah aku udah sama Irsyad," balas Sha sewot. Sedangkan yang lain hanya tertawa ngakak, mendengar kekesalan Sha. Lucu.
"Trus kok ada panggilan sayang? Aku cemburu loh," goda Arman dramatis dan sok imut.
"Idih...cemburu segala. Gak ada ya namanya panggilan sayang, dianya aja seenaknya manggil nama orang. Dari awal kenalan sejak SMA Lethisa, bisa dipanggil Sha. Eh...malah manggil Atun lanjut sampai sekarang."
"Gak usah marah gitu, kan nama kamu memang ada unsur Atun...Izzatunnisa kan?" Lah Bu Retno malah memperjelas, sontak Arman tertawa hingga perut kaku. Diva dan Heni juga ikutan ngakak hingga keluar air mata.
"Ah....Bu Retno," rengek Sha yang menjadi korban ledekan teman kantornya. Usianya memang 24 tahun, tapi manja dan cerewetnya Naudzubillah.
Sejak siang itu, Sha dipanggil random. Kalau dia terlalu banyak ngomong, atau terlalu berisik langsung saja ditegur Diam Atun sayang, atau Atun berisik. Sha akan otomatis terdiam kalau ada yang memanggil Atun. Ia gak suka dengan cuplikan nama itu, berasa aneh.
"Jadi?" Obrolan tentang Atun berhenti kala Bu Retno menjabarkan secara garis besar rapat yang akan dilakukan esok pagi. Ya....Pak Arsyad akan mengubah struktural di kantor ini..Manajer-manajer yang terlibat dalam kasus Pak Anwar beserta anakn buahnya, tidak perlu diganti. Kekurangan tim manajerial akan dihandle dengan manajer yang sudah ada.
"Beliau meminta pemampatan saja," terang Bu Retno.
"Tambah padat dong," sesal Sha. Karena kalau tambahan pekerjaannya ia akan keteteran dengan konten juga.
"Kalau tim keuangan gak dibebankan tugas lain kok, Sha. Anak buah tetap sesuai devisi, manajerial yang digabung tugasnya. Jadi kemungkinan mulai besok sudah ada status baru. Pemilihan-pemilihan manajer baru Pak Arsyad meminta secara intern saja tanpa melibatkan dewan direksi, karena beliau berpikiran meramu yang ada di dalam perusahaan saja, beliau percaya masih banyak yang kompeten."
"Kenapa gitu sih, kalau manajer digabung tugas apa iya sesuai dengan keahliannya," protes Sha. Tidak membayangkan sebanyak apa tugas yang dihandle oleh manajer baru.
"Ya beliau sempat membahas tidak akan menambah personil, karena kondisi keuangan harus dipulihkan."
"Ya tapi gak masuk akal, Bu!" masih saja Sha sewot.
"Dih...protes mulu, kalau nanti kamu yang dipilih jadi manajer gimana hayo," ujar Arman menakuti.
Sha terdiam, lalu tersenyum tipis, "Hem.....manajer ya? Kayaknya gak mungkin deh, dipilih jadi istri yang benar," ujar Sha percaya diri akun, gayanya sok asyik.
"Woooooo," Diva dan Heni bersorak girang. Mereka menampilkan kedua jempol, salut untuk kepercayaan diri Sha. Manajer....mana level, istri dong baru bener. Gila, semakin sore tim keuangan semakin slengekkan. Bu Retno santai saja, sangat percaya timnya bisa diandalkan. Kalau pekerjaan mereka belum selesai, tanpa dikomando akan memundurkan jam pulangnya sendiri tanpa paksaan, lagian kerja sudah sepaneng butuh juga guyonan lebay ala Sha.
"Eh....naudzubillah jadi istrinya!" Sha langsung memukul mulutnya, serasa kalimatnya adalah ucapan yang salah besar.
"Hei...hei...seorang Sha Atun," Diva malah memlesetkan nama Sha, "Tidak mungkin dong menjilat ludahnya sendiri,"
"Apaan kita udah aminin juga," Heni tak mau kalah. Ia akan semakin genjar meledek Sha dengan Pak Bos, lucu aja ada perempuan yang ogah dibilang dekat dengan bos. Padahal Arsyad secara penampilan dan Finansial sangat bisa diandalkan, Sha nya aja yang lagi merem menolak pesona bos baru.
"Sha pokoknya kalau lo sampai jadian, atau bahkan sampai nikah sama Pak Bos ingat dan catat, kenaikan gaji adalah souvenir terindah yang harus diwujudkan pertama kali," todong Bagas celamitan.
"Gila!" sahut Sha geram.
"Amiin napa Sha," pinta Diva.
"Hei kalian tuh mikirnya kejauhan, aku dan Pak bos gak ada hubungan sama sekali, dan jangan sampai ada. Idih...amit-amit punya pasangan banyak omong kayak dia," ucap Sha begidik ngeri.
"Jangan benci-benci ntar cinta," goda Bu Retno.
"Engggakkk, Buuuuu!" tolak Sha frustasi.
byk pelajaran hdp lho dimana wanita hrs kuat dlm kondisi apapun