Ternyata, Aku Bukan Istri Pertama.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Leo yang tak biasanya sarapan pagi bersama kini mau tak mau rutin melakukan hal diluar kebiasaannya tersebut. Sudah tiga hari pasangan baya itu ada di Apartemennya dan sudah bisa di pastikan jika Leo dan Aurora selama itu juga tidur di ranjang dan selimut yang sama meski tak melakukan apapun.

"Aku selesai, La."

"Iya, Mas."

Leo bangun dari duduknya dan disusul juga oleh Aurora, setelah berpamitan pada Appa dan Amma ke-duanya pun melangkah menuju pintu utama.

"Mas yakin, gak jadi ke kesana?" tanya Aurora.

"Iya, gak enak sama mereka kalau aku gak pulang," jawab Leo.

Semalam keduanya membahas tentang jatah kunjungan Leo pada Ameena, harusnya hari ini pria itu pergi menemui istri sirinya entah itu bersama Aurora atau mungkin seorang diri. Tapi Leo justru mengundur waktu untuk pergi mengingat ada Tuan dan Nyonya besar Rahardian yang akan menginap entah sampai kapan. Aurora pun nampak bingung karna ini sungguh kejadian langka, apalagi sepupunya Si Tutut Markentut sama sekali tak datang menarik gajahnya pulang kerumah utama.

"Jangan gitu, Mas. Akunnya yang jadi tak enak hati," kata Aurora, ia tahu pria didepannya itu pasti sangat merindukan wanita yang dicintainya.

"Tak apa, masih ada lain waktu. Aku berangkat ya, jika ada apa-apa hubungi aku," pesan Leo sambil mengusap pipi putih mulus istri sahnya tersebut.

Aurora sampai memejamkan matanya saat Leo melakukan hal itu, beberapa waktu terakhir ini ia memang diperlakukan sedikit berbeda, entah itu karena menyesal, karena ingin membuka hati atau justru karena ada Appa dan Amma.

"Baiklah, terserah padamu. Hati-hati dijalan ya," balas Aurora yang kemudian meraih punggung tangan suaminya untuk dicium secara takzim.

Sepeninggal Leo, kini Aurora kembali masuk kedalam menghampiri kembali pasangan baya kesayangannya.

Ia duduk dikursinya lalu menghabiskan salad sayur buatan Melisa yang tak pernah bosan ia cicipi sejak kecil.

"Suamimu tak keberatan kan jika Appa dan Amma tinggal disini?"

"Tentu tidak, Appa. Aku senang kalian disini," ujar Aurora sambil mengusap punggung tangan Amma.

"Kami takut mengganggu urusan kalian termasuk Leo," ucap Reza dengan senyum kecil di ujung bibirnya.

"Tak ada, Apppa. Suamiku punya beberapa orang kepercayaan yang bisa ia andalkan."

Puas berbincang, mereka kembali ke kamar masing-masing, Semenjak ia tidur bersama suaminya, tak sekalipun Aurora masuk kedalam kamarnya termasuk mengambil baju dan yang lainnya. Leo lebih memilih membelikan wanita halalnya itu pakaian baru di banding harus mendapat masalah.

.

.

.

"Mas, mau sampai disini? Aku kangen Embun," ucap Melisa pada suaminya.

"Sampai hubungan mereka jauh lebih baik, Ra. Tunggu sebentar ya, Sayang. Ini demi Ola," jawab Reza sambil menciumi tangan Khumairahnya.

"Kenapa gak langsung bilang sama Leo, dari pada begini, akunya greget. Pengen ku pukul dia dengan panci panci ku," kata Melisa yang kali ini mau tak mau terlibat dengan drama yang di mainkan suaminya.

"Sayang pancimu, Ra. Semuanya limited edition." kekeh Reza, jika wanita lain senang mengoleksi barang mewah berupa baju, tas dan sepatu, berbeda dengan Nyonya Besar Rahardian yang lebih suka menghabiskan uang suaminya dengan cara memesan Panci, wajan dan alat tempur dapur lainnya.

"Iya juga, sih. Tar lecet!"

Keduanya tertawa bersama, Reza tak ingin gegabah dalam masalah cucu perempuannya tersebut karna ini menyangkut tentang hati. Ia sebagai orangtua sebisa mungkin menjadi penengah yang mencari jalan keluar bukan justru membuat masalah baru dan memperkeruhnya.

Mereka hanya bisa membantu sebisanya, apapun hasilnya nanti tentu itu murni keputusan Aurora dan Leo.

"Mereka sudah dewasa, aku percaya pada Ola bisa melewati ini semua dengan baik. Meski secerdas cerdasnya manusia memakai logika ada kalanya terlihat bodoh karna cinta sebab lebih mementingkan perasaan."

"Cucuku, Mas." lirih Melisa, sebagai sesama wanita tentu ia tak bisa membayangkan bagaimana hati Aurora selama menjalani pernikahannya. Ia menuggu, menuggu Aurora mau buka suara menceritakan semuanya tapi sampai detik ini nyatanya tetap saja bungkam.

"Sabar, kita tunggu perubahan dari Leo. Jika ia tetap tak bisa membuka hati untuk Ola, aku akan minta ia mengembalikan baik-baik isterinya itu pada Bumi. Cucuku juga berhak bahagia karna yang menurutnya baik belum tentu berjodoh dan yang pernah bersama dipelaminan tak selalu tidur satu ranjang," ucap Reza.

"Ranjang mulu yang dipikirin!" cetus Melisa.

.

.

"Cuma bisa mikirin, Ra. Belalaiku udah gak sanggup mendaki gunung dan masuk hutan belantaramu, Sayang."

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Asli, part Reza dan Melisa disini tuh sebenarnya gak ada 😭 tapi kalian selalu nanyain gajah mulu. mau gak mau ceritanya belok dikit.

Happy reading pokonya, 😘😘😘