Kanaya Cempaka, seorang gadis yang sering menjadi target buli dan selalu dihina parasnya yang tidak cantik, culun, hitam, penuh jerawat dan jangan lupa kacamata tebal yang dipakainya menambah kesan kejelekan Kanaya yang hakiki.
Jonathan Dharsono, pria tampan yang sangat membenci Kanaya. Hampir setiap hari Jonathan menghina dan membuli Kanaya dengan kejamnya.
Akibat hinaan dan bullyan yang diterima Kanaya, membuat Kanaya bertekad untuk merubah takdirnya dengan cara merubah penampilannya.
Bagaimanakah reaksi Jonathan saat bertemu kembali dengan Kanaya yang sudah berubah menjadi sangat cantik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencintai Dalam Diam
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
Semenjak kejadian itu, hubungan pertemanan antara Jonathan dan Rama menjadi sedikit renggang. Walaupun sekarang Jonathan bekerja di kota yang sama dengan Rama tapi Jonathan sudah tidak pernah lagi datang ke pabrik Rama.
Jonathan tampak murung, entah kenapa tidak ada semangat sama sekali dalam dirinya.
"Apa benar yang dikatakan Kanaya kalau aku menyukainya karena dia sudah berubah cantik? sial, kenapa aku bisa menyukainya saat dia sudah cantik pantas saja kalau Kanaya berpikiran seperti itu," batin Jonathan.
Jonathan benar-benar dilanda kegelisahan yang teramat dalam, dia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kenapa semakin hari rasa cintaku justru semakin besar kepada Kanaya, astaga aku benar-benar tidak bisa melupakan Kanaya," gumamnya lagi.
Entah sampai kapan rasa cinta itu akan hilang yang jelas Jonathan punya pemikiran kalau Kanaya akan jatuh kepelukannya. Jahat, ya lagi-lagi Jonathan punya pemikiran jahat karena saat ini Jonathan sangat mengharapkan kalau Kanaya putus dengan Rama.
Sementara itu berbeda dengan Jonathan, Kanaya dan Rama terlihat sangat bahagia. Semakin hari Kanaya semakin merasakan kenyamanan dalam hidupnya, seumur hidup Kanaya baru merasakan senyaman ini berada di dekat seorang pria.
"Nay, siang ini kamu mau ga temani aku bertemu dengan seseorang?" tanya Rama.
Saat ini Rama seperti biasa menghampiri Kanaya ke meja kerjanya.
"Menemui seseorang? siapa?"
"Salah satu rekan bisnisku, perusahaannya menyuplai barang-barang dari pabrikku ini dan aku mau kamu temani aku sekalian makan siang diluar."
"Baiklah."
Rama kembali tersenyum, sepertinya cinta Rama yang besar akan mampu merobohkan benteng yang selama ini menghalangi hati Kanaya.
Waktu pun berjalan dengan cepat, Kanaya berpamitan kepada Gina karena siang ini dia tidak bisa makan siang bersama. Selama dalam perjalanan, Rama tidak mau melepaskan tangan Kanaya dan itu membuat jantung Kanaya semakin berdetak tak karuan.
"Ya Allah, selama aku bersama A Rama baru pertama kali ini aku merasakan jantungku berdetak tak karuan seperti ini, apa jangan-jangan aku sudah mulai menyukai A Rama?" batin Kanaya.
"Kamu kenapa Nay? kok diam saja, biasanya juga kamu selalu banyak bercerita," seru Rama.
"Ah..ti--tidak apa-apa kok A."
Tidak lama kemudian, mobil Rama pun berhenti di sebuah restoran. Rama membukakan pintu mobil untuk Kanaya dan lagi-lagi Rama menggenggam tangan Kanaya seolah-olah Rama tidak ingin berpisah dengan Kanaya.
Kanaya pun sudah terbiasa dengan perlakuan Rama yang posesif itu justru Kanaya sangat senang di perlakukan demikian karena itu tandanya Kanaya merasa dihargai dan diinginkan oleh seorang pria.
Mereka berdua berjalan memasuki restoran itu, dan Kanaya seketika menghentikan langkahnya saat melihat siapa sosok orang yang akan Rama temui.
"Kenapa berhenti?"
"Kenapa Aa tidak bilang kalau Aa akan bertemu dengan dia."
"Memangnya kenapa? seharusnya kamu tidak apa-apa dong bertemu dengannya karena kalian tidak punya hubungan apa-apa, kecuali kalau kalian punya hubungan," sahut Rama
"Maksud Aa apa? aku tidak pernah punya hubungan sama dia," kesal Kanaya.
"Iya Aa percaya, maaf Aa cuma bercanda. Ayo kita temui dia!" ajak Rama.
Kanaya pun kembali melanjutkan langkahnya, Kanaya memang sekalian ingin membuktikan kepada Jonathan kalau saat ini dia sudah bahagia dengan Rama.
"Sorry bro telat!"
Jonathan yang awalnya sedang mengotak-ngatik ponselnya langsung mengangkat wajahnya saat mendengar suara orang yang dia kenal itu.
"Tidak apa-apa, aku juga baru sampai kok."
Jonathan melihat tangan Rama yang menggenggam tangan Kanaya membuat dadanya merasa sesak dan panas tapi Jonathan berusaha menahan perasaan itu dan mencoba tersenyum walaupun Rama tahu kalau senyum Jonathan itu terlihat dipaksakan.
"Aku sudah memesan makanan, lebih baik kita makan siang dulu baru setelah itu kita bicarakan masalah pekerjaan," seru Jonathan.
"Oke..."
Tidak lama kemudian, pelayan pun datang dengan membawa makanan yang sudah Jonathan pesan sebelumnya. Jonathan memang sudah tahu kalau Rama akan datang berdua karena Rama menghubunginya, Jonathan kira Rama akan datang bersama Mamang Kanaya tapi ternyata Rama datang dengan Kanaya.
Mereka bertiga makan dengan tenang, tidak ada yang bicara sama sekali. Bahkan Jonathan dan Rama pun menjadi saling canggung tidak seperti biasanya yang kalau bertemu selalu heboh, ini malah saling diam seperti tidak saling kenal.
Sesekali Jonathan curi-curi pandang kepada Kanaya, hatinya selalu berdesir setiap melihat wajah Kanaya.
"Ternyata mencintai dalam diam itu sungguh sangat menyakitkan," batin Jonathan.
"Ya ampun Nay, ada saus di bibir kamu," seru Rama.
Rama pun mengambil tisu dan membersihkan bibir Kanaya yang blepotan, lagi-lagi Jonathan hanya bisa mengepalkan tangannya sungguh Jonathan sangat cemburu melihat itu tapi Jonathan sadar diri kalau Kanaya bukan siapa-siapanya dia.
Setelah selesai makan siang bersama, Jonathan pun membicarakan masalah pekerjaan bersama Rama. Kanaya memilih memainkan ponselnya karena memang Kanaya tidak mengerti masalah bisnis.
"Baiklah Jo, sudah deal ya mulai sekarang perusahaan kamu akan menyuplai barang-barang dari pabrik aku, semoga kerjasama ini berjalan dengan lancar," seru Rama.
"Amin."
Rama mengulurkan tangannya dan Jonathan pun membalas uluran tangan Rama, begitu pun dengan Kanaya yang ikut mengulurkan tangannya. Disaat Jonathan dan Kanaya berjabat tangan, lagi-lagi jantung Jonathan berdesir.
"Kalau begitu kami pamit undur diri, nanti kalau ada apa-apa kamu bisa langsung hubungi aku."
"Siap..."
Rama pun bangkit dari duduknya dan kembali menggenggam tangan Kanaya, mereka berdua pergi meninggalkan Jonathan yang saat ini hanya bisa melihat kepergian mereka dengan tatapan sedihnya.
"Apa ini sebuah karma? ternyata sakit sekali rasanya," batin Jonathan.
Jonathan pun segera bangkit dan pergi kembali ke perusahaannya.
***
Malam pun tiba...
Tok...tok...tok...
"Masuk!"
"Ay, apa aku ganggu?" seru Gina.
"Hai Gin, enggak kok sini masuk."
Gina pun masuk ke dalam kamar Kanaya dan duduk di hadapan Kanaya.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Gina.
"Biasalah lagi baca novel."
"Ay, boleh aku tanya sesuatu?"
"Ya ampun Gin, mau tanya apa? kamu kaya sama siapa aja, mau tanya pun harus minta izin dulu."
Gina pun tersenyum kemudian menggenggam kedua tangan Kanaya.
"Ay, jujur sama aku apa kamu mencintai Pak Rama?"
"Kenapa kamu tiba-tiba tanya seperti itu?"
"Aku tahu yang ada di otak kamu Ay, kita itu sudah lama sahabatan jadi aku tahu apa isi hati kamu."
Kanaya menatap sahabatnya itu kemudian Kanaya menundukan kepalanya.
"Awalnya aku menerima A Rama karena aku ingin balas dendam kepada Kak Jo, dia nembak aku juga Gin tepat berselang beberapa jam aku menerima cintanya A Rama."
Gina terlihat terkejut dan menutup mulutnya, dia tidak menyangka kalau Jonathan juga mengatakan cintanya kepada Kanaya.
"Terus sekarang bagaimana? jangan sampau kamu menyakiti hati Pak Rama juga."
"Justru itu Gin, awalnya aku memang ingin menjadikan A Rama sebagai alat untuk memperlancar aksi balas dendamku tapi lama-kelamaan aku dengan seiring berjalannya waktu aku merasa nyaman dekat dengan A Rama, aku sudah memutuskan untuk belajar mencintai A Rama karena selama ini A Rama sudah terlalu baik sama aku, Gin."
Gina pun kembali tersenyum dan memeluk Kanaya. "Aku yakin kamu bisa membuka hati kamu, berbahagialah Ay mungkin Pak Rama adalah takdirmu. Kamu sudah terlalu banyak menderita dan sekarang saatnya kamu bahagia, Alloh sudah mengirimkan kebahagiaan itu melalui Pak Rama dan aku yakin Pak Rama akan selalu membuatmu bahagia."
"Amin, terima kasih ya Gin. Do'akan aku semoga A Rama memang benar-benar pria yang dikirim oleh Allah untuk menjagaku."
Gina dan Kanaya saling berpelukan sangat erat, Gina sangat bersyukur akhirnya sahabatnya itu menemukan kebahagiaan.
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
andaikan ibunya Kanaya tau ramuan herbal misal daun beluntas untuk ngilangin bau bdan setidaknya gak parah - parah amat , biasanya di desa ada tanaman itu