Hito diperlakukan secara tidak adil oleh keluarga istrinya. Segala hal buruk ia dapatkan, tetapi pria itu tetap setia demi cintanya.
Namun, seiring berjalannya waktu. Hito semakin tidak dianggap. Secara terang-terangan sang istri berselingkuh dengan pria lain.
Hito direndahkan, dan dianggap pria sampah yang hanya menumpang. Namun, mereka semua tidak menyadari jika Hito, adalah seorang penguasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa?
"Hari ini kamu sudah mulai bekerja?" tanya Wito kepada Hilman.
Anggota keluarga sudah duduk di kursi makan untuk sarapan pagi bersama. Hilman sudah rapi dengan pakaian kantor. Begitu juga dengan Xavera yang sudah rapi dengan celana kain, dan juga blazer.
"Iya, Pa," jawab Hilman.
"Baguslah. Anggota keluarga kita sudah mulai bekerja semua," kata Wito.
Hilman melirik Hito yang duduk di hadapannya. "Hito, aku akan mencarikan pekerjaan yang layak untukmu. Tidak perlu menjadi tukang bersih-bersih, kan?"
Hito tersenyum, "Tidak perlu, Kak. Aku sudah cukup puas dengan pekerjaanku."
"Oh, ya, aku lupa jika kamu tidak berpendidikan."
Hito tetap menyunggingkan senyum meski ada saja hinaan yang keluar dari bibir Hilman. Tidak peduli apa pun yang pria itu keluarkan, Hito malas untuk meladeninya.
"Sudah waktunya aku berangkat kerja. Sayang, kamu mau mengantarku?" kata Xavera.
"Tentu saja," jawab Hito.
"Papa, Kakak, dan Kakak ipar. Kami berangkat duluan," pamit Xava.
"Iya, kalian hati-hati di jalan," ucap Wito.
Keduanya keluar dari rumah. Hito melirik wajah Xava yang terlihat kesal. Bagaimana tidak kesal? Kakak iparnya selalu mencari gara-gara untuk bertengkar.
"Cantiknya akan hilang jika wajahmu cemberut begitu," tegur Hito.
"Aku kesal dengan kak Hilman."
"Sudah, jangan dipikirkan. Lebih baik kita pergi saja," kata Hito.
Xava naik ke atas motor butut yang bunyi mesinnya saja membuat polusi suara. Suara mesinnya memekakkan telinga, dan sudah pasti bila motor itu lewat di depan orang, maka orang itu akan mengumpat.
...****************...
"Nanti siang aku ingin makan bersama denganmu. Aku juga ingin melihat tempat kamu bekerja," kata Xava sembari menyodorkan helm kepada suaminya. Wanita itu menyeka keringatnya yang ada di kening dengan tissu. "Aku masuk dulu kalau begitu." Satu kecupan pipi wanita itu berikan kepada Hito yang lantas membuat sang pria merona.
"Selamat bekerja, Sayang," ucap Hito.
Xavera melangkah masuk ke gedung perusahaan milik suaminya sendiri. Hito mengusap pipinya yang baru saja dikecup. Ia tersenyum. Ingin sekali Hito memeluk istrinya kemudian berdiam diri di kamar, lalu memadu kasih sepanjang hari.
"Pertama-tama, aku harus menganti motor ini dengan motor baru agar Xava lebih nyaman saat bersamaku," gumam Hito.
"Tuan," tegur James.
Hito tersentak, "James! Kamu selalu membuatku terkejut."
James tertawa, "Ada apa, Tuan?"
"Aku mau beli motor baru."
"Motor di apartemen sudah ada. Apa perlu saya antarkan ke tempat Tuan muda?" tanya James.
"Aku tidak mau motor sports itu. Yang biasa saja asal bagus," kata Hito.
James menghela, "Terserah Tuan saja kalau begitu."
"Aku pergi dulu. Nanti saja kita bertemu di kantor." Hito kembali menghidupkan mesin motornya, lalu berlalu dari hadapan James.
...****************...
"Ini surat kontraknya. Silakan tanda tangan," ucap seorang wanita karyawan personalia.
Xavera membaca dulu surat perjanjian tersebut. Namun, matanya terbelalak membaca nama pemilik perusahaan hampir sama dengan nama suaminya sendiri.
"Ada apa?" tanya wanita itu.
Xava mengeleng, "Tidak. Nama pemilik perusahaan ini hampir sama dengan nama suamiku. Hanya saja nama pemilik perusahaan ini ada tambahan Hutomo."
"Nama sama bukan berarti orangnya juga sama."
Xava memaksakan senyum, dan langsung menandatangani surat kontrak pekerjaan, lalu menyerahkannya kepada wanita itu.
"Kamu sudah bisa bekerja. Aku akan tunjukkan ruanganmu."
"Iya," jawab Xava.
Wanita itu memperkenal Xava pada rekan-rekan yang satu divisi dengannya, dan Direktur keuangan sebagai atasan Xavera dalam memberi laporan.
"Ini meja kerjamu. Selamat bekerja," ucap wanita itu.
"Terima kasih," kata Xava.
...****************...
Jam istirahat makan siang, Xava mengirim pesan kepada Hito untuk menjemputnya. Wanita itu berdiri di bawah pohon besar dekat perusahaan. Sebuah mobil hitam berhenti di depan, dan dua orang pria berbaju hitam turun dari dalam mobil.
"Ikut kami, Nona."
"Kalian siapa?" tanya Xavera.
"Nanti Nona juga akan tahu. Sekarang ikut kami," kata salah satu pria.
"Aku tidak mau!" Xavera hendak berlari, tetapi kedua lengannya sudah dipegang. "Lepaskan akuuu!"
Salah satu pria menyekap hidung dan mulut Xava dengan saputangan hingga pandangan wanita itu buram, lalu tidak sadarkan diri.
"Cepat bawa masuk ke mobil. Hati-hati kepalanya terbentur," kata pria itu.
"Hei! Apa yang kalian lakukan?!" teriak satpam penjaga perusahaan yang matanya tidak sengaja memandang dua pria membawa masuk seorang wanita.
Beberapa karyawan yang berada di luar juga ikut menyaksikan hal itu. Mereka mengejar sembari berteriak. Dua pria yang menyekap Xavera segera masuk ke dalam mobil, dan si sopir segera melajukan mobilnya.
"Siapa yang tadi dibawanya?"
"Lihat tas itu."
Seorang wanita mengambil tas yang terlepas dari pegangan Xavera tadi. Wanita itu memeriksa tanda pengenal.
"Bukannya dia karyawan baru di perusahaan kita? Sebaiknya kita laporkan kepada tuan James."
"Benar, ayo kita bergegas memberitahu beliau."
Kebetulan James telah keluar menuju mobilnya yang sudah berada di depan pintu gedung perusahaan. Keningnya berkerut melihat karyawan tengah berkumpul. Rasa penasaran membuat James menghampiri perkumpulan itu.
"Kenapa kalian berkumpul di sini?" tanya James.
"Tuan! Karyawan baru yang bernama Xavera telah diculik," kata seorang wanita.
"Siapa?" tanya James memastikan.
"Xavera, Tuan."
"Apaaa?! Kalian yakin itu Xavera?"
"Benar, Tuan. Ini tasnya." Wanita itu menyodorkan tas Xava.
James meraih tas itu, lalu melihat tanda pengenal. Yang diculik memanglah nyonya mudanya. James berlari menuju mobil, dan membuat karyawan menjadi heran akan tingkahnya.
"Cepat angkat, Tuan." James sekali lagi menelepon Hito, tetapi tidak diangkat.
James membuka ponsel yang terhubung dengan kamera CCTV perusahaan. Ia melihat detik-detik nyonya mudanya diculik. Nada dering pada ponsel Xavera terdengar. James meraih ponsel itu di dalam tas, dan melihat nama si pemanggil.
"Halo, Tuan!"
"James! Kenapa kamu mengangkat telepon istriku!?" ~ Hito.
"Nyonya muda diculik di depan gedung perusahaan."
"Apa!? Aku ada di dekat perusahaan. Cepatlah kamu kemari." ~ Hito.
Hito baru saja berada dekat di perusahaan karena ia ingin menjemput Xavera, tetapi ia melihat seperti ada keributan di depan gedung perusahaan. Meski penasaran, tetapi tujuannya, adalah menjemput sang istri. Jadi, ia tidak menghiraukan keributan itu.
"Kalian semua bubar!" perintah James saat lewat depan bawahannya dengan mobil.
"Baik, Tuan!"
James mengendarai mobil ke tempat Hito menunggu. Terlihat pria itu memakai topi serta jaket hitam agar wajah aslinya tidak kelihatan. Padahal Hito datang dengan motor baru, dan ingin memberi kejutan. Tidak tahunya ia sendiri yang terkejut atas penculikan Xavera. Hito langsung masuk ke dalam mobil James yang berhenti di depannya.
"Perintahkan anak buah kita untuk melacak keberadaan Xavera," kata Hito.
"Coba Tuan lihat rekaman CCTV ini." James menyerahkan ponsel miliknya.
"Dia!"
Bersambung.
Dukung Author dengan vote, like, dan koment.