Sarah dipaksa orangtuanya menikahi tunangan adiknya Sally, hanya karena Sarah seorang anak angkat yang terikat balas budi.
Sally adiknya yang selalu dimanja membuat kesalahan besar, berselingkuh dengan mantan pacarnya yang telah menikah berujung lari dari rumah bersama selingkuhannya.
Sementara itu, untuk menutupi aib keluarga dan menjaga hubungan baik dengan partner bisnis sang ayah, Sarah harus bersedia menikahi tunangan adiknya bernama Raka, seorang laki-laki dingin yang bahkan tidak tertarik dengannya.
Kehidupan rumah tangga mereka yang tanpa dilandasi cinta itu tentu saja menuai banyak konflik. Sampai kemudian Sarah menyadari bahwa diam-diam dirinya mencintai Raka.
Masalah lain bertambah saat kemudian Sally muncul kembali dan berusaha merebut kembali Raka darinya.
Apakah Sarah bisa mempertahankan suaminya dan mendapatkan cinta dari Raka ataukah Sarah harus menyerah kepada pernikahan dan cintanya?
Semoga di sukai, ya...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 24 CIUMAN PERTAMA
Kesehatan mama Raka sedang tidak baik, wanita setengah baya yang selalu ramah itu hanya terbaring di tempat tidur selama dua hari.
Dokter Bayu yang merupakan dokter pribadi mereka sekaligus teman dekat ayah Raka, baru saja pulang.
Raka membantu mama menyandarkan punggung mamanya ke kepala ranjang supaya bisa lebih nyaman duduk diatas tempat tidur.
"Mama kenapa tidak bilang kalau sedang sakit, kan kami bisa langsung pulang kemarin" kata Raka sambil duduk di pinggir tempat tidur mamanya.
Sarah mengiyakan dari belakang punggung Raka.
"Mama cuma tidak enak badan saja, kan ada suster Yesi yang selalu merawat mama." mama berkilah.
"Tadi, om Bayu juga bilang, mama cuma sedikit kecapean saja" tambahnya.
"Mama terlalu memaksakan diri dengan dengan treatment harian mama, ya?" tuduh Raka.
"Ah, mama seperti biasa saja, Sayang. treatmentnya juga yang ringan-ringan di berikan Suster Yesi. Memang mama saja yang sedang kurang fit" senyum mana mengembang, matanya beralih kepada Sarah.
"Lagian mama tahu kalian berdua sedang sibuk sekali dalam minggu-minggu ini. Tidak enak mengganggu kalian biarpun mama kangen sekali dengan kalian" mama memegang tangan Raka sambil matanya bergantian melihat anak dan menantunya itu.
"Tapi kalian sedang baik-baik saja kan?"tiba-tiba mama bertanya.
Sarah dan Raka saling memandang sesaat tidak mengerti dengan maksud mamanya.
"Kami baik-baik saja ma, memangnya kenapa?" tanya Raka bingung.
"Mama dengar kamu empat hari ke jogja minggu ini, Sarah malah kamu tinggal sendiri..."
"Oh, itu..." Raka berdiri dan memeluk memeluk pinggang Sarah, sambil tangannya mencengkeram memberi isyarat supaya Sarah menurutinya.
"Aku ada urusan ma, melihat persiapan hotel yang baru, rencananya dalam bulan depan mau di resmikan. Sarah tidak bisa ikut, dia ada even, peragaan busana untuk butiknya" Raka menjelaskan.
"Apa itu benar, sayang?" mama mencari kebenaran dari Sarah yang hanya mengangguk-angguk di sebelah Raka, padahal dia malah baru tahu kalau Raka selama beberapa hari terakhir ada di jogja.
"Iya, ma..." jawab Sarah kemudian.
"Mama cuma khawatir, kalian berdua sedang bertengkar." ucap mama dengan wajah yang cemas.
"Apa yang kami ributkan, ma...? kami lagi sayang-sayangnya, masa bertengkar sih, ma?" Raka terkekeh sambil menarik tubuh Sarah lebih rapat ke pelukannya. Sarah tersenyum lebar dengan terpaksa sambil mendelik ke arah Raka, supaya Raka melepaskan pelukannya.
Tapi Raka tidak perduli dengan mata bulat yang penuh protes itu.
"Ya, mama kan khawatir saja, namanya pasangan baru, mungkin banyak perubahan mendadak yang kalian belum terbiasa, itu bisa membuat kalian salah paham"
"Mama jangan terlalu berpikir berlebihan, meskipun baru menikah kami sudah bisa saling menyesuaikan diri" sahut Raka.
"Mama tidak kuatir denganmu, tapi mama takut Sarah yang tidak terbiasa denganmu yang sering kelewat manja itu" seloroh mama.
"Ah, mama...sejak kapan Raka manja? mama ini..."Raka merengut pada mamanya.
Sang mama hanya tertawa melihat polah anak bungsunya itu.
"Dan lagi, Bi Asih pernah bilang, Raka sepertinya sering membuat Sarah kesal"mata mama menyelidik mencari penjelasan dari Raka.
"Ah, mama...bi Asih itu salah paham saja, aku cuma suka menggoda Sarah saja. Masalahnya kalau Sarah lagi marah itu manis sekali ma" Raka membela diri. Mama melotot dengan mimik tidak yakin.
"Kami baik-baik saja ma, maaf lambat menjenguk mama" Sarah menggeliat melepaskan diri dari pelukan Raka dan mengambil posisi duduk di pinggir tempat tidur.
"Tidak apa-apa, sayang. Mama maklum, kok." mama meraih tangan menantunya itu dan menepuk punggung tangannya dengan lembut.
"Mama mau makan apa, Sarah buatkan..." tawar Sarah tulus, mengalihkan pembicaraan. Biar bagaimanapun Sarah tidak bisa bohong, dia merasa sangat sayang dengan orangtua baik hati ini.
Sarah jarang merasakan kasih sayang dari seorang ibu, dan dari mama Raka dia merasakan benar-benar menjadi anak yang di sayangi.
"Benar kamu mau masak untuk mama, sayang" wajah mama berbinar ceria.
"Iya, ma...Sarah siap membuat masakan apa saja, mama tinggal bilang. Yang penting mama makan yang banyak biar cepat sehat kembali" kata Sarah sambil tersenyum manis.
Raka hanya mematung dari tempatnya berdiri, melihat bagaimana mama begitu bahagia dengan menantunya. Seandainya yang dilihatnya itu adalah nyata, pastilah mama akan menjadi orang yang sangat berbahagia. Tapi Raka sadar, Sarah pasti melakukan semuanya ini karena terpaksa menutupi semua sandiwara Raka.
"Mama, maafkan aku telah membohongimu begini...ini bukan salah Sarah. Tapi benar-benar semata kesalahanku." sesal Raka dalam hati.
"Mama kangen Sup jagung wortelmu tempo hari..." bisik mama dengan manja.
"Baiklah ma, Sarah akan buatkan. Mama istirahat dulu, ya..."
Sarah beranjak meninggalkan kamar. Ujung matanya sekilas menangkap raut wajah Raka yang seperti orang linglung. Wajah yang biasanya begitu dingin dan tidak berperasaan, hari ini terlihat berbeda.
...***...
Sarah sedang sibuk di dapur menyiapkan sup jagung wortel untuk mama Raka di temani mbak Marni, ketika Raka muncul di dapur bersama Deasy.
"Tante Sarah...!" Gadis itu menghambur ke arah Sarah, seperti anak panah.
"Oh, hallo Deasy...kamu datang juga" Sarah menyambutnya dengan terkejut. Apalagi melihat reaksi Deasy yang berbeda dari terakhir dia bertemu dengan gadis kecil itu.
Raka langsung mengambil tempat duduk di kursi tempat favoritnya disudut dapur, menghadap meja yang diatasnya tersedia sekeranjang aneka macam buah.
"Mbak Marni, tolong antarkan keranjang buah ini ke meja makan,"
Dengan patuh mbak Marni menuruti.
"Tante Sarah lagi masak ya...?" tanya Deasy dengan suara manjanya.
"Iya, tante lagi masak untuk nenek" jawab Sarah sambil melepas celemeknya. Sup sudah masak, hanya tinggal di pindahkan dari panci ke dalam mangkok.
"Deasy juga datang jenguk nenek. Deasy mau masak juga untuk nenek" rengek Deasy.
"Supnya sudah masak sayang, nanti Deasy bisa masak lagi untuk nenek. Sekarang kita antar dulu supnya untuk nenek." kata Sarah sambil memencet hidung bangir Deasy yang kembang kempis bersemangat.
"Kata om Raka, tante Sarah jago masak. kata om Raka, tante Sarah bisa bikin puding yang enak sekali, terus...kata om Raka tante Sarah juga pintar bikin es cream, nanti tante ajarin Deasy ya, bikin es cream untuk nenek" Deasy melompat-lompat di depan Sarah.
Sarah melirik Raka dengan gemas, untuk anak sekecil Deasy, dia libatkan dalam sandiwaranya. Entah apa lagi yang sudah di katakan Raka tentangnya kepada si kecil ini.
"Memangnya sejak kapan dia tahu, aku pernah bikin es cream? " batin Sarah dongkol.
"Iya, sayang...lain kali kita bikin es cream untuk nenek, sekarang kita harus antarkan supnya, nanti keburu dingin..." Sarah mengandeng gadis itu untuk mengambil mangkok,
"Kita ambil mangkoknya dulu ya, tempat supnya"
tapi tiba-tiba Raka berdiri.
"Biar aku saja!" Raka berjalan ke lemari perabotan makan dan mengambil sebuah mangkok keramik.
Lalu menyodorkan mangkok keramik itu kepada Sarah, dengan ekspresi datar.
Wajah normalnya sudah kembali, menjadi dingin.
"Om Raka, Deasy mau es cream...!" tiba-tiba Deasy melompat kearah Raka sambil menarik tangan Sarah.
Sarah yang tidak siap, terdorong ke depan. Raka dengan refleks menyambutnya, mangkok di tangannya terlepas, jatuh ke lantai, pecah menghantam ubin. Tapi Sarah selamat di pelukannya dengan wajah yang saling bersentuhan. Bibir Raka menempel di bibir ranum Sarah. Sesaat Sarah seperti tersetrum voltase listrik tegangan tinggi, sebelum kemudian Sarah mendorong Raka dengan wajah memerah. Dadanya bergemuruh seperti kawah yang hendak menyemburkan lava.
Raka berdiri seperti arca, matanya hampir tak berkedip.
Ciuman pertama mereka yang tak di sengaja!
masih ingat aku.