Kirana harus menerima kenyataan bahwa calon suaminya meninggalkannya dua minggu sebelum pernikahan dan memilih menikah dengan adik tirinya.
Kalut dengan semua rencana pernikahan yang telah rampung, Kirana nekat menjadikan, Samudera, pembalap jalanan yang ternyata mahasiswanya sebagai suami pengganti.
Pernikahan dilakukan dengan syarat tak ada kontak fisik dan berpisah setelah enam bulan pernikahan. Bagaimana jadinya jika pada akhirnya mereka memiliki perasaan, apakah akan tetap berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Empat
Vania menatap putranya lama, dengan penuh kelembutan. Dia tersenyum sebelum bicara.
“Sam,” ucap Mami Vania, “Mami melakukan semua ini karena Mami senang melihat kamu menikah. Artinya kamu sudah dewasa.”
Kalimat itu sederhana. Tapi buat Samudera, seperti dilempar segenggam batu kecil ke dada, bikin hatinya melonjak tapi juga tidak tahu harus diapakan.
“Dewasa?” ulang Samudera dengan suara kecil, seperti tidak yakin harus senang atau tersinggung.
Vania mengangguk bangga. “Iya. Anak Mami yang dulu susah bangun pagi, susah mandi, susah diatur, sekarang mau akad nikah.” Ia menyentuh lengan Sam pelan. “Itu artinya kamu sudah bisa bertanggung jawab. Mami cuma mau kamu menjalani ini dengan baik. Tanpa terburu-buru.”
Samudera mengerutkan kening. “Jadi … itu aja? Tidak ada rencana rahasia lainnya?”
“Ya ampun, Sam. Kamu pikir Mami ini dalang sindikat mafia?” Vania mende'sah dramatis. “Tidak ada rencana apa pun. Mami hanya ingin hari kalian indah.”
Kirana tanpa sadar tersenyum. “Terima kasih, Tante.”
“Jangan dipanggil Tante, panggil Mami. Kamu itu sebentar lagi jadi keluarga,” jawab Vania, matanya melembut.
Sam membuka mulut, mungkin mau tanya lagi, mungkin mau memprotes tapi Vania langsung mengangkat tangan, menyetopnya.
“Tidak ada waktu debat,” ujar Vania cepat. “Pak penghulu sudah menunggu dari tadi. Masuk dulu. Nanti habis akad baru kamu tanya apa pun yang kamu mau.”
Sopir dan staf hotel mempersilakan rombongan masuk ke dalam ballroom. Para tamu mulai menoleh, berdiri, beberapa bertepuk pelan.
Di depan pelaminan, meja akad nikah sudah tersusun rapi. Ada dekor bunga putih kecil, kitab suci, dan mikrofon yang disiapkan. Di samping meja, Papa Kirana berdiri dengan wajah rumit. Wajah yang dulu jarang menoleh pada Kirana, kini terlihat sangat fokus pada putrinya itu. Ada sesuatu yang nyaris seperti penyesalan yang belum sempat diucapkan.
“Siap?” tanya Vania sambil melempar tatapan tegas ke arah Sam.
Sam menghela napas panjang. “Ya, Mi … siap.”
Kirana berdiri di sampingnya, selendang tipis kebaya putihnya jatuh lembut di bahu. Dia menatap Sam, suaranya lirih, “Semangat ya. Jangan salah ucap.”
Sam menatap balik dan membalas sama pelannya, “Tak akan salah. Sam loh ini.
Pak penghulu menyiapkan buku nikah dan mempersilakan semua duduk. Para saksi sudah siap. Papa Kirana duduk berhadapan dengan Samudera.
Suasana berubah hening. Pak penghulu mulai membaca doa dan pembukaan dengan suara yang tenang dan tegas. Kemudian dia mengangguk kepada Papa Kirana.
“Baik, Bapak sebagai wali, silakan.”
Papa Kirana mengangguk pelan. Tangannya sempat bergetar namun ia segera menahannya. Ia menatap Sam lurus-lurus. Keduanya lalu berjabat tangan.
“Elang Samudra Dirgantara bin Dipta, saya nikah dan kawinkan kamu dengan anak saya, Kirana Cempaka Dewani binti Surya, dengan mas kawin seperangkat perhiasan emas dan sebuah apartemen di bayar, tunaii ...."
Samudera langsung menjawabnya, "Saya terima nikah dan kawinnya Kirana Cempaka Dewani binti Surya, dengan mas kawin tersebut, tunaiii ...."
Kirana menahan napas. Semua tampak tegang.
“Bagaimana saksi?" tanya Pak Penghulu.
“SAH!” seru para saksi.
“SAH!” seru tamu di belakang.
“Masya Allah, akhirnyaaa!” Terdengar suara beberapa ibu-ibu.
Samudera langsung tersenyum lega. Kirana menutup mulutnya, air mata berkumpul begitu cepat tanpa permisi. Vania menghapus air matanya, dan menepuk tangan pelan, ekspresinya puas, bangga, dan haru. Tapi tentu saja tidak terlalu ditunjukkan.
Pak penghulu menutup acara dengan doa. Semua mengaminkan. Suara haru bercampur tawa kecil mulai terdengar di belakang. Para tamu mulai berdiri, menyalami, dan memberi ucapan.
“Selamat ya, Nak Kirana,” ucap salah satu tante dari pihak Sam.
“Kamu cantik banget, kayak princess!”
“Sam, lihat nih, akhirnya kawin juga kamu!” goda sepupu Sam.
Sam hanya bisa meringis sambil menggaruk belakang kepala, sementara Kirana sibuk mengusap air mata bahagia.
Begitu akad selesai, dan semua rangkaian cara selesai, staf hotel langsung membuka area buffet.
Langsung terlihat ekspresi tamu berubah seperti anak kecil dilepas di toko permen.
Ada banyak makanan tersedia. Dari nasional hingga internasional.
“Masya Allah, ini mah bukan resepsi! Ini surga makanan!” celetuk salah satu tamu.
“Pengantin mana pengantin … perut dulu yang diurus!” ujar om-om sambil ambil sate Padang.
Tamu-tamu ribut bahagia. Dan tanpa perlu banyak usaha, pesta itu menjadi topik paling heboh. Semua memuji-muji.
“Dekorasinya cantik banget!”
“Ini wedding impian!”
“Kirana beruntung banget!”
“Sam keren, akhirnya serius juga!”
Kirana dan Sam saling menatap, sedikit bingung namun juga sedikit tersipu. Mereka tidak pernah menyangka pernikahan yang awalnya hanya “kontrak” bisa berubah jadi semewah ini. Dan semua itu, karena mami Vania.
Setelah makan, staf menuntun Kirana dan Sam ke ruang kecil di belakang untuk berganti busana.
Kirana hampir tidak bisa berkata apa-apa melihat kebaya modern warna ivory keemasan yang disiapkan Vania untuknya. Cutting-nya elegan, tidak berlebihan, manis, modern. Roknya jatuh mengalir sempurna. Payetnya halus dan berkilau hanya saat terkena cahaya tertentu.
“Ini cantik banget … Tante pilihkan?” tanya Kirana dengan suara kecil.
“Ya. Bukan kebayanya yang cantik, tapi kamunya cantik. Jangan panggil Tante, Mami. Sekarang Mami juga Mami kamu."
Sam sendiri memakai setelan modern-touch warna senada, membuat mereka tampak seperti pasangan drama Korea versi Indonesia, mewah, rapi, cocok sekali. Saat mereka keluar kembali ke ballroom, para tamu langsung memotret.
“Cantik banget!”
“Gila … cocok banget Samudera-Kirana!”
“Kaya raja dan ratu!”
Papa Kirana berdiri agak jauh, memperhatikan putrinya itu dengan mata berkaca-kaca. Ia bukan pria ekspresif, tapi hari itu, seolah sesuatu yang lama mengendap di dadanya mulai mencair perlahan.
Musik lembut mengalun. Para tamu kembali makan, foto-foto, dan menikmati suasana. Samudera dan Kirana duduk di pelaminan, menerima tamu yang datang memberi selamat. Vania sibuk mengatur staf hotel agar semuanya tetap berjalan sempurna.
Semua begitu bahagia. Hingga pintu ballroom terbuka. Seorang wanita masuk dengan langkah terburu-buru. Wajahnya tegang. Di belakangnya, seorang pria paruh baya mengikuti sambil mencoba menenangkannya.
Para tamu di dekat pintu menoleh. Samudera dan Kirana juga menoleh. Papa Kirana yang sedang berdiri mengambil minuman langsung membeku. Wanita itu adalah mama tiri Kirana.
Matanya melebar saat melihat dekorasi. Makin melebar lagi saat melihat makanan.
Dan benar-benar terbelalak begitu melihat Kirana dan Samudera duduk di pelaminan dalam busana mewah.
“Pa!” serunya sambil berjalan cepat. “Ayo pulang! Kita harus kembali ke resepsi Tissa! Papa ini kok malah ....”
Ucapan itu terputus. Karena ia melihat seluruh kemegahan ballroom itu. Matanya terpaku pada pelaminan. Pada kebaya Kiranq dan tamu-tamu yang tertawa bahagia.
Hidangan mewah. Dekorasi mahal. Dan yang paling membuatnya terdiam, karena ternyata pesta pernikahan anak tirinya jauh lebih mewah daripada pesta pernikahan anak kandungnya.
“Ya Tuhan …,” ucap Mama Tissa dengan lirih.
Wajahnya tampak campur aduk antara terkejut, tidak percaya, dan mungkin malu. Mama Tissa kembali mendekati suaminya. "Pa, ayo pulang! Jangan karena pesta di sini mewah, papa melupakan pestanya Tissa. Dia saat ini bersedih, pesta pernikahannya berantakan karena anak kamu itu!"
Papa Surya tampak menarik napas berat. Tak tahu harus berkata apa. Dia tak mau melakukan hal yang membuat malu keluarga Dipta. Bisa-bisa dia berakhir di penjara.
**
Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini. Terima kasih.
jatuh cinta .wa ea aa
ditunggu lanjutannya
mami pikirannya udah menjurus kesana🤭