Mata elang Layla mengamati pria yang akan menjadi suaminya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tindikan di telinga, tato di lengan, dan aura berbahaya yang terpancar, adalah definisi seorang badboy. Layla mendesah dalam hati. Menikahi pria ini sepertinya akan menjadi misi yang sangat sulit sepanjang karir Layla menjadi agen mata-mata.
Tapi untuk menemukan batu permata yang sangat langka dan telah lama mereka cari, Layla butuh akses untuk memasuki keluarga Bagaskara. Dan satu-satunya cara adalah melalui pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Adrian?" panggil Layla, namun tak ada jawaban, hanya keheningan yang menjawab. Layla duduk di tepi ranjang dengan perasaan khawatir yang mulai menyergap.
"Ke mana Adrian pergi? Jangan-jangan apa yang aku khawatirkan benar?" gumam Layla dengan wajah gusar.
Di saat Layla akan mencari Adrian di kamar Monica. Tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka. Adrian keluar dari sana hanya dengan menggunakan handuk yang melingkari di pinggangnya. Layla hanya bisa menelan salivanya dalam-dalam kala melihat roti sobek milik Adrian.
"Adrian? Kirain kamu ke mana?" ucap Layla, berusaha menyembunyikan nada khawatirnya.
"Aku cuma mau menenangkan diri dengan cara berendam, tapi aku malah ketiduran. Maaf ya, udah bikin kamu khawatir." balas Adrian apa adanya, Adrian baru terbangun di saat mendengar suara Layla memanggil-manggil namanya.
"Jangan pergi tanpa bilang lagi ya? Aku khawatir tahu." Layla menatap Adrian lekat. Dengan arti tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Benarkah kamu mengkhawatirkan aku Layla? Aku pikir kamu sama seperti mommy dan daddy yang hanya ingin menyalahkan aku saja karena telah membawa Monica pulang ke rumah ini tanpa berunding dulu dengan kalian." Adrian meraih tangan Layla, kemudian menggenggamnya erat.
"Kamu kan suamiku, kalau bukan aku yang mengkhawatirkanmu, lalu siapa lagi?" Layla tersenyum tipis.
"Kalau soal Monica, aku sepenuhnya percaya padamu kok." lanjut pemilik mata tajam itu.
"Terima kasih karena sudah percaya padaku Layla. Sungguh! Aku cuma berniat menolong Monica saja. Aku sudah tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Tidak ada niatan sedikitpun dalam hatiku untuk menyakitimu." Adrian mencoba meyakinkan sang istri.
"Aku percaya padamu Adrian. Tapi lain kali kamu harus merundingkannya denganku dulu sebelum mengambil keputusan. Kitakan sudah jadi suami istri." ucap Layla tanpa ada nada ingin menghakimi, hanya sekedar mengingatkan saja.
"Aku janji Layla. Lain kali, aku tidak akan mengambil keputusan apapun tanpa membicarakannya denganmu terlebih dahulu." balas Adrian. Wajahnya terlihat serius dan meyakinkan. Layla tersenyum mendengar jawaban Adrian
"Layla, kita sudah menunda malam pertama kita kemarin. Aku rasa malam ini saat yang tepat untuk kita melakukannya?" bisik Adrian tepat di telinga sang istri. Bisikan Adrian membuat tubuh Layla meremang.
Di kamar itu hanya ada mereka berdu saja, tapi Adrian masih belum berani untuk meminta haknya sebagai seorang suami pada Layla secara terang-terangan.
Suasana hening sejenak, Layla tidak mungkin menghindar dari Adrian terus menerus, apalagi ada Monica sekarang. Kalau Layla terus menolak, Monica akan mengambil celah untuk merebut Adrian darinya. Layla tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi.
"Hem, tapi pelan-pelan ya. Karena ini pertama kalinya untukku." Layla menganggukan kepalanya sebagai jawaban, wajahnya sudah bersemu merah karena menahan malu.
"Tentu saja Layla, ini juga pertama kalinya untukku." balas Adrian pula.
"Benarkah?" Netra Layla membola. Layla tidak bisa percaya begitu saja dengan kata-kata Adrian. Namun Layla tidak bisa berkata-kata lagi karena Adrian sudah membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman panas.
Malam itu, di tengah ketegangan yang sempat melanda keluarga Bagaskara, Layla dan Adrian menguatkan status suami istri mereka dengan sebuah penyatuan cinta.
***
Pagi harinya...
Mentari pagi menyelinap masuk, membangunkan Layla dari tidurnya. Matanya mengerjap, menyesuaikan diri dengan cahaya yang menerobos celah jendela.
"Aduh! Dasar Adrian brengsek!" umpat Layla lirih. Tubuhnya terasa remuk, sisa dari malam yang penuh gairah bersama Adrian semalam.
"Katanya pelan-pelan, tapi semalam dia seperti orang kesetanan." gumam Layla seraya merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya, terutama di bagian sensitif.
Layla meragukan pengakuan Adrian tentang pengalaman pertamanya. Sentuhan Adrian terlalu lihai, terlalu memabukkan untuk seorang pemula. Wajah Layla merona mengingat betapa ia juga terbuai dalam kenikmatan yang mereka ciptakan bersama.
Namun, kebahagiaan itu tercoreng saat Layla menyadari Adrian tak lagi ada di sisinya. Tempat tidur bagian Adrian terlihat sudah dalam keadaan kosong.
"Di mana Adrian?" Dahi Layla berkerut. "Apa aku melakukan kesalahan semalam? Kenapa dia pergi sepagi ini tanpa pamit dulu padaku?"
Berbagai pertanyaan menghantui benak Layla, merenggut kebahagiaan usai malam pertama yang seharusnya terasa indah.
Bersambung...