NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM RATU MAFIA

BALAS DENDAM RATU MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / CEO / Bullying dan Balas Dendam / Mafia / Balas dendam pengganti
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.

Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.

Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.

Victoria masuk dalam obsesi Julius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24. VICTORIA KALAH?

Beberapa hari berlalu, terasa seperti neraka yang dibungkus dalam kamar mewah untuk Victoria. Tak ada jalan keluar, ada cara untuk melarikan diri.

Victoria terkurung sepenuhnya di ruang besar yang Sean sebut 'kamar'. Tirai jendela selalu tertutup rapat. Jendela hanya dibuka saat Sean datang. Satu-satunya bagian yang bisa ia tuju hanyalah kamar mandi di dalam ruangan yang jaraknya pun tidak jauh, sepanjang rantai besi yang mengikat pergelangan kaki kanannya.

Setiap kali ia mencoba menarik rantai itu, suara clank yang sama terdengar.

Dingin. Berat. Tidak bisa dipatahkan.

Sean datang setiap pagi, siang, dan malam.

Selalu tepat waktu. Seolah ia memiliki jadwal khusus hanya untuk mengurus Victoria.

"Ini makan siangmu, Love," kata Sean suatu kali sambil meletakkan nampan makanan di meja kecil dekat ranjang.

Victoria hanya duduk memeluk lutut, tidak menyentuh makanan itu sedikit pun.

"Kenapa tidak kau makan?" Sean bertanya dengan nada lembut, terlalu lembut bagi seseorang sekejam dirinya.

Victoria tidak menjawab.

Sean mendekat. "Victoria?"

Gadis itu mengalihkan wajah, menolak melihatnya.

Detik berikutnya, nada Sean berubah.

"Victoria." Tegas. Dingin.

Sean mencengkeram dagu Victoria memaksa wajah itu kembali padanya.

"Jangan membangkang," perintah Sean.

Victoria menggigit bibir, namun tetap tidak bersuara.

Sean menatap Victoria lama sebelum melepaskannya sambil mendengus.

"Kau keras kepala seperti dulu," gumam Sean.

Teror selalu datang dalam dua bentuk: Sean yang lembut, memanjakan, menyuapi, menyelimuti atau Sean yang dingin, marah, dan mengancam saat Victoria menolak berbicara.

Dan Victoria harus menghadapi keduanya, hari demi hari. Tentu yang paling berbahaya adalah ketika Sean bersikap kasar dan marah.

Namun stres, ketakutan, dan isolasi berhari-hari itu mulai menghancurkan tubuh Victoria.

Victoria demam tinggi.

Tidak bisa makan. Tubuhnya lemas, dan mata selalu berkunang-kunang.

Suatu pagi, Sean masuk kamar dan menemukan Victoria pingsan di lantai, keringat dingin membasahi kemeja putih yang ia kenakan.

"Victoria?!" Nada Sean langsung panik, yang jarang terjadi.

Sean mengangkat tubuh Victoria ke ranjang, memanggil seseorang lewat telepon, lalu menunggu sambil duduk di sisi ranjang, genggaman tangannya pada tangan Victoria begitu kuat seolah takut gadis itu menghilang.

Dokter datang sekitar nyaris satu jam kemudian, orang suruhan Sean yang jelas dibayar mahal untuk tutup mulut dan sudah biasa bekerja untuk Sean, datang. Seorang dokter yang jelas profesional, datang untuk memeriksa keadaan Victoria.

Setelah pemeriksaan panjang, dokter itu berkata, "Dia mengalami stres berat. Jika tidak ditangani dengan tenang, kondisi mentalnya bisa memburuk karena mulai terkena ke fisik."

Sean mengerutkan kening. "Lakukan apa pun untuk membuatnya sembuh."

"Dia butuh lingkungan aman dan stabil. Sebaiknya jauhkan dia dari hal yang membuatnya stress san takut berlebih," kata sang dokter yang melirik ke arah kaki Victoria yang terdapat rantai. Tahu apa yang terjadi namun memilih diam seperti biasa.

Sean hanya mengangguk, meski ia jelas mengetahui ironinya.

Sean sendiri adalah penyebab Victoria jatuh sakit sampai seperti ini.

Dalam beberapa hari berikutnya, Sean berubah drastis. Ia tidak memarahi Victoria. Tidak membentaknya. Tidak mencengkeram dagunya atau memaksanya makan.

Setiap jam, ia mengecek suhu tubuh Victoria yang masih belum membaik juga.

Saat malam, ia menyeka tubuh Victoria dengan handuk hangat supaya demamnya turun. Tak lupa memberikan bubur walau sedikit Sean paksa agar Victoria mau makan dan menelan obat yang diberikan oleh dokter.

Kadang Sean duduk di tepi ranjang, menatap wajah Victoria lama sekali.

Dan suatu malam, saat Victoria tertidur dengan napas pendek-pendek, Sean melihat air mata mengalir di pipi sang gadis.

"Victoria?" bisik Sean.

Gadis itu mengigau kecil, tubuhnya menggigil seolah mengalami mimpi buruk yang sangat menekan.

"Sean ... jangan ... sakit ... kumohon," gumam Victoria lirih dalam tidur. "Ampun ... sakit."

Sebuah rasa yang aneh menyerang dada Sean. Bukan penyesalan, tentu tidak. Lebih seperti iritasi atau kebingungan terhadap rasa sakit dalam suara Victoria. Tidak senang karena gadis itu tidak seperti biasanya.

Sea mengusap rambut Victoria perlahan.

"Aku tidak akan menyakitimu lagi ... kalau kau tidak memaksaku,” kata Sean pelan.

Dan sejak saat itu, Sean menahan diri untuk bersikap kasar.

Ia memaksakan dirinya menjadi sosok 'kekasih ideal' yang menurut Sean adalah cinta dan kepemilikan.

Mengurus Victoria.

Menyuapi Victoria.

Menemani Victoria tidur ketika mimpi buruknya tidak mereda.

Sea tidak tahu bahwa ketakutan Victoria bukanlah sesuatu yang bisa ia padamkan dengan belaian tangan. Ia lah sumber ketakutan itu.

Dua hari kemudian, demam Victoria turun.

Tubuhnya kembali bisa bergerak normal, meski lemah.

Sean datang membawa nampan makanan kesukaan Victoria ... atau setidaknya makanan yang dulu sering Victoria pesan saat mereka masih pacaran.

Sean menginjak karpet kamar, melihat Victoria duduk di ranjang dengan wajah pucat, tangan bertumpu di pangkuan, mata menatap kosong ke lantai.

"Victoria?" panggil Sean.

Gadis itu tersentak, keras ... seolah namanya sendiri adalah ancaman.

Tubuhnya refleks mundur, punggung menempel pada sandaran ranjang. Tangan gemetar. Bibir bergetar.

"Hey ... hey ...." Sean mendekat dengan langkah pelan. "Tenang. Ini hanya aku."

Namun reaksi Victoria tidak berhenti. Ia gemetar. Matanya membesar. Napasnya tercekat seolah terperangkap dalam tubuhnya sendiri. Ketakutannya sangat jelas sampai Sean bisa melihatnya tanpa harus menebak.

Sean mendesah pendek. "Kau takut padaku ... lagi?"

Victoria tidak menjawab. Hanya menahan napas, tubuhnya seperti kucing liar yang dipojokkan.

Sean duduk di tepi ranjang dan perlahan menarik Victoria ke dalam pelukannya.

"Tenang ...," suaranya lembut, hampir manis. "Aku tidak akan menyakitimu."

Victoria menutup mata, seolah memaksakan diri untuk tidak menjerit.

Sean mengusap punggung Victoria berkali-kali, mencoba membuatnya tenang.

"Tolong berhenti menggigil. Aku tidak suka melihatmu takut seperti ini," bisik Sean lembut.

Victoria mengangguk lemah, seolah menuruti.

"Lihat aku," pinta Sean.

Victoria menatap Sean dengan ketakutan yang begitu meyakinkan. Bahkan sudut bibirnya bergetar seolah menahan tangis.

"Aku ... aku tidak apa-apa," suara Victoria kecil, lemah.

Sean mendekat dan perlahan memeluknya. Pelukan yang lembut, seolah ia takut Victoria hancur jika disentuh terlalu keras.

"Love, kau aman di sini. Bersamaku," kata Sean, memeluk Victoria erat

Victoria membiarkan dirinya dipeluk. Kepalanya bersandar di bahu Sean. Napas Sean menghangatkan telinga sang gadis.

Perlahan, lengan Victoria bergerak.

Bukan untuk memeluk balik.

Bukan untuk mendorong.

Tapi untuk menyembunyikan sesuatu di sisi wajahnya yang tak terlihat Sean.

Sebuah senyum.

Senyum licik.

Tipis.

Hanya beberapa detik.

Namun cukup untuk menggambarkan satu hal ...

Victoria berhasil.

Perhatian Sean. Keterikatan Sean. Obsesi Sean yang semakin dalam.

Semua berjalan sesuai rencana Victoria.

"Terus takutlah padaku, Victoria ... agar aku bisa menjagamu selamanya," bisik Sean tanpa sadar, mengira Victoria tidak mendengar.

Namun Victoria mendengar.

Dan ia tersenyum dalam hati.

Benar. Terus jaga aku. Terus cintai aku. Terus terobsesi padaku, sampai aku tumbuhkan belati di punggungmu sendiri saat semua rencana selesai, batin Victoria.

Gadis itu kalah oleh Sean? Tentu tidak ... julukan iblis Black Viper bukan hanya isap jempol semata.

Karena Sean-lah yang membangunkan sisi iblis Victoria itu dulu tanpa pria itu sadari.

1
Miss Typo
awas Julius nanti ditelan Victoria hidup² 🤣
makin seru Victoria luar biasa mendalami peran nya hehe
semoga rencana Julius dan Victoria berhasil
Miss Typo
semangat Victoria kamu pasti bisa 💪
semangat juga thor 💪
Archiemorarty: Siapp 🥰
total 1 replies
Miss Typo
good Victoria
Miss Typo
bisakah Victoria bebas dari Sean yg gila itu, dan kapan waktunya kalau menang bisa?
Sean obsesi bgt ke Victoria
Ima Ima wulandari
Bagus banget
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Jelita S
wah ternyata Victoria lebih licin dari belut y thor🤣🤣🤣🤣🤣
Archiemorarty: Ohh...tentu 🤭
total 1 replies
PengGeng EN SifHa
Q bacanya kok nyesek sampek ulu hati thooorr...

boleh nggak sih ku gempur itu retina si sean thooorr ??😡😡😡😡
Archiemorarty: Silahkan silahkan 🤣
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor
Archiemorarty: Siap kakak 🥰
total 1 replies
Miss Typo
hemm semuanya akan berakhir
LB
pada akhirnya mereka tetap lebih bodoh dibandingkan sikopet 😮‍💨
Archiemorarty: Hahahaha...
total 1 replies
Pawon Ana
kenapa para psikopat diberi otak genius sih...🤔😔
Archiemorarty: Karena dia jenius itu makanya jadi sikopet karena gx sesuai kehendak dia jadi cari cara biar bisa sesuai 😌
total 1 replies
Pawon Ana
percayalah jika kau masih bisa bersikap tenang dan berfikir bijak saat berhadapan dengan sumber trauma, itu luar biasa ✌️💪
Archiemorarty: Benarr setujuu 🤭
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor😍😍
Archiemorarty: Siap kakak
total 1 replies
Miss Typo
badai baru di mulai dan kapan ya
badai pasti berlalu
Miss Typo
gmn cara menyingkirkan Sean? dan pasti tidak akan mudah dan Victoria semoga kamu bisa menghadapi Sean bersama Julius
Miss Typo: semangat
total 2 replies
Miss Typo
Victoria semangat-semangatnya balas perbuatan Kelly, eh orang yg membuatnya trauma muncul.
semangat Vivi, pelan-pelan pasti kamu bisa .
Julius selalu bantu Vivi biar dia kuat dan bisa menghadapi semuanya
Miss Typo: cemangat juga buat othor 💪
total 2 replies
Pawon Ana
hal yang sulit adalah ketika bertemu dengan seorang atau sesuatu yang pernah menjadi trauma
Archiemorarty: Bener itu...😌
total 6 replies
Jelita S
good job victoria🤣
Deyuni12
misi berlanjuuut
Pawon Ana
ini masih jauh dari jalan untuk menjangkau Sean 😔
Archiemorarty: Ndak juga 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!