Leticia Nathania yang sering di panggil Cia adalah gadis yang sangat cantik dan selalu ceria. Cia selalu di kelilingi oleh orang-orang baik yang sangat menyayanginya. Namun semuanya berubah ketika Cia terpaksa menikahi Carlo karena di jodohkan oleh almarhum kakeknya.
Awalnya Cia ragu menikah dengan Carlo karena melihat sikap pria itu yang terlihat sombong. Tapi akhirnya Cia bersedia juga menikah dengan pria itu karena orang tuanya berusaha dengan keras meyakinkannya. Orang tuanya mengatakan kalau cinta itu akan tumbuh setelah menikah.
Setelah menikah, Cia tinggal satu atap dengan mertuanya. Dan itu bukanlah hal yang mudah, terlebih mertuanya tidak menyukai kehadiaran Cia sebagai menantu.
"Cia, kamu bersenang-senang seharian di kamar dan membiarkan Ibu dan adik bekerja, maksud kamu apa?" tegas Carlo membuat Cia sangat kaget.
Pasalnya Cia yang mengerjakan semua pekerjaan rumah seharian.
Tiba-tiba saja air mata Cia menetes tanpa di minta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita itu...
Di sisi Carlo sendiri, dia sedang di pusing kan dengan setumpuk berkas yang sejak pagi tidak pernah ada habisnya. Di tambah dengan luka di wajahnya bekas pukulan Damian yang berdenyut nyeri.
Semalam memang tidak terlalu terasa karena dia masih dalam pengaruh alkohol. Tapi saat bangun tidur tadi, dia baru merasakan efeknya, belum lagi kepala dan perutnya yang tidak nyaman.
Kalau bukan ada agenda rapat pagi tadi, dia akan memilih istirahat di rumahnya, tapi Farhan sangat tidak mungkin mengizinkan melakukan itu. Meskipun rapat tadi berakhir kacau karena Carlo tidak konsentrasi dan beberapa kali keluar masuk kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.
BRAK
Pintu terbuka kasar. Farhan adalah orang yang sudah Carlo perkirakan akan datang, tiba lebih cepat dari dugaannya.
"Duduklah Pa, tidak baik marah-marah sambil berdiri seperti itu."
"Cih, sadar diri kamu rupanya."
Meskipun dengan menggerutu, Farhan tetap berjalan ke arah sofa. "Kamu sadar nggak kekacauan yang kamu perbuat tadi sangat merugikan semua orang?"
"Papa tahu sendiri kan kalau aku habis mabuk semalam? Terus ditambah dengan muka kena hantam pula."
"Yang nyuruh kamu minum siapa? Sama siapa kamu minum? Pasti sama perempuan itu kan? Perusahan kita saat ini sedang dalam masalah. Beberapa minggu ini kita selalu mendapatkan kerugian yang sangat besar. Kalau terus seperti ini kita bisa bangkrut. Tapi kamu malah selalu sibuk sama perempuan seperti itu."
"Stop bawa-bawa dia. Lagi pula dia itu punya nama dan papa tahu sendiri apa statusnya sama aku sekarang. Tolonglah pa, jangan pernah ganggu hubunganku dengan dia."
"Dari awal papa sama mama nggak pernah suka sama perempuan itu, dan lihat kan apa yang terjadi sekarang. Masa depan kamu hampir kacau dan itu gara-gara keegoisan kamu. Semenjak kamu bersama dengan perempuan itu, kamu jadi nggak pernah fokus kerja."
"Ya...ya, aku sudah tahu itu. Tapi kenapa hanya aku yang papa suruh mengurus perusahaan ini? Sekali-kali papa suruh dong kak Dimas. Anak papa kan bukan aku aja. Kak Dimas malah enak-enakan tinggal di rumah mertuanya dan mengurus perusahaan mertuanya," gerutu Carlo dengan wajah memerah.
"Papa dan mama memang sengaja tidak mempermasalahkan kakakmu tinggal di sana, karena anak mereka hanya Ira saja. Suatu saat nanti perusahaan mertuanya pasti akan diberikan pada Ira. Kalau sudah diberikan pada Ira tentu saja kakakmu yang mengurusnya, karena kakak iparmu tidak mengerti masalah perusahaan."
Sebenarnya dia dan Tania sudah kenal cukup lama, tapi Meri tidak pernah tahu akan hal itu. Meri hanya tahu kalau hubungan mereka baru berjalan dua bulan, padahal nyatanya mereka sudah saling kenal cukup lama. Satu bulan yang lalu mereka juga diam-diam menikah, hanya Farhan yang mengetahui pernikahan mereka.
Ketika Tania datang ke rumahnya bersama Carlo, dia pikir Meri akan suka dengan Tania, nyatanya Meri tidak menyukai gadis itu. Carlo pun saat itu ragu menikahi Tania karena takut mamanya marah. Lalu Tania mengancam ingin bunuh diri, hingga akhirnya pernikahan itu di lakukan secara diam-diam dan di saksikan oleh Farhan saja.
Farhan juga terpaksa menyetujui pernikahan mereka karena ternyata Carlo sudah memiliki seorang anak berusia dua tahun dan sekarang Tania juga sedang hamil. Tapi Farhan meminta pada Carlo agar Tania dan anaknya tinggal di luar negeri. Carlo menyetujui permintaan Farhan karena dia sendiri juga takut Leticia mengetahui semua ini, dan rencananya bisa gagal.
"Jadi mereka tinggal di mana sekarang?"
Carlo tampak terkejut saat mendengar pertanyaan Farhan.
"Papa tahu mereka ada di sini?" tanya Carlo dengan mata membulat.
"Kamu pikir papa bodoh? Beberapa hari ini kamu bahkan selalu membawa mereka pergi shopping di mall, bisa saja bukan hanya papa yang tau, mama kamu dan juga Cia."
"Cih, aku nggak peduli sama Cia. Aku juga menikah dengannya karena harta kakek. Kalau mama kan jarang ke mall."
"Jadi di mana mereka?"tanya Farhan lagi.
"Tinggal di luar negeri biayanya sangatlah mahal, dan aku tidak sanggup membiayai mereka. Aku baru saja membelikan mereka rumah di sekitaran sini. Bahkan uang tabunganku sampai habis untuk membeli rumah."
"Sebaiknya kamu awasi mereka dengan baik." Perintah Farhan.
\=\=\=\=\=\=\=
Kediaman orang Tua Cia
Sebenarnya Cia sempat takut kedatangan Damian akan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang tuanya. Dan berakhir membuat Damian tidak nyaman, apalagi dengan ketidakhadiran Carlo, suami Cia sendiri.
Tapi ketakutannya menguap begitu saja saat melihat Damian bisa berbaur dengan orang tuanya di rumah ini. Setelah makan malam tadi, ketiga laki-laki itu saat ini sedang duduk di ruang keluarga, dengan papan catur di hadapan mereka semua.
Awalnya Yudi menantang Nico bermain catur, karena terakhir kali dia kalah. Tapi Damian justru mengajukan diri untuk bertanding, karena dia merasa cukup mahir memainkannya. Jadilah mereka sekarang sedang berseru heboh karena Yudi bisa dengan mudahnya dikalahkan oleh Damian.
Dan Nico sendiri ceritanya menjadi wasit, mungkin lebih tepat hanya jadi tim hore. Karena setiap Damian unggul, dia yang akan paling semangat berteriak dan membuat papanya menjadi cemberut.
"YES, kak Damian menang lagi!" Nico bersorak heboh saat permainan terakhir dan kembali dimenangkan oleh Damian.
"Bagaimana bisa aku kalah begitu saja?" ujar Yudi sambil menekuk wajahnya. "Kamu kok bisa jago sih?" tanya Yudi pada Damian.
"Karena waktu aku lebih banyak di kamar, jadi buat ngisi waktu luang yah belajar main catur ini salah satunya, soalnya nggak ribet. Terus kalau ada teman main ke rumah, aku suka main sama dia."
Hening suasana di sana menjadi canggung saat mendengar jawaban Damian, apalagi Yudi sampai menundukkan kepala tidak enak dengan Damian.
"Mainnya udahan yah, ini ada minuman sama kue buat kalian." Kedatangan Cia menyelamatkan mereka dari situasi canggung berkepanjangan.
"Loh, kenapa kak Damian dikasih susu?" tanya Nico dengan heran.
Yudi menatap heran nampan di depannya yang terdapat minuman yang sangat kontras dari yang lain.
"Ticia bikinin kakak susu? Kenapa nggak teh aja?" tanya Damian agak malu-malu. Tapi Cia tidak memperdulikan itu, dia tetap menyusun gelas-gelas di atas meja di bantu Nisa yang sedang meletakkan beberapa kue.
"...Ticia." cicitnya pelan.
"Kenapa? Nggak mau diminum?" tanya Cia yang menoleh ke arah Damian.
"Mau kok, mau. Tapi malu." Jawabnya cepat, meski agak pelan dikata terakhir.
"Enggak usah malu, ini bagus buat kakak. Tadi pagi pasti nggak diminum kan? Gimana mau minum, sarapan aja kakak nggak mau."
"Iya maaf."
Mereka memperhatikan interaksi keduanya. Mereka tidak menyangka jika Damian pemuda yang penurut, di lihat dari wajahnya yang sedikit kaku dan datar. Apalagi mereka pernah mendengar kalau Damian sangat pendiam dan tidak suka kalau ada yang ikut campur urusan pribadinya, tapi pemuda di hadapannya ini tidak terlihat seperti itu.
Terima kasih ya krn sudah mampir, jangan lupa like dan komentarnya ya kakak2, biar author tambah semangat nulisnya😊