5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Busuk
Petunjuk :
"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."
...ΩΩΩ...
"Ternyata benar Alesya yang ngejar Ghea waktu itu."
Kali ini mereka tengah berkumpul di markas biasa, berbeda dari sebelumnya, yang selalu membahas rencana. Mereka lebih dominan membahas apa yang terjadi saat ini.
"Iya bener. Dan gue gak nyangka kalo Alesya senekat itu, dan ternyata tidak tertolong." Celly menimbali.
Lisa mengemukakan pendapatnya. "Terlebih sekarang, kalian pasti tau kalo di grup udah seliweran dan mereka kepo dengan penyebabnya. Kita harus gimana?"
"Kita cari alihkan dulu topik dan pandangan mereka," saran Rayn.
"Bangkai itu akan tercium baunya, cepat atau lambat semuanya akan tau." Daisen berucap sambil bersidekap dada.
"Bener bang! Sebaiknya kita jangan sembunyikan hal ini," timpal Akashi.
"Maksud kalian kita harus sengaja ngasih tau mereka gitu? Gue rasa kita gak usah menutupi, tapi biarin aja kasusnya keungkap sendiri. Kita fokus aja sama tujuan kita, gak usah peduliin kejadian ini."
"Jadi rencana kita selanjutnya apa?" Tanya Evelyn.
Mereka semua mulai berbincang, Rayn menyusun semuanya dari awal dan juga ada pemetaan di dalam rencana mereka kali ini.
...ΩΩΩ...
Polisi masih terus mencari bukti, ditemukan ada sebuah pisau yang berlumuran darah. Tentunya polisi mengira jika itu adalah perbuatan orang yang menyebabkan tewasnya Alesya, dan mereka tak dapat menemukan bukti lain selain pisau tersebut.
Mereka juga terus mencari bukti, seperti melihat adanya cctv, namun jalanan tersebut terlalu sepi dan tak terkawal. Juga jalanannya yang becek, sisa hujan 2 hari yang lalu dan tentunya jikapun ada jejak sendal atau sepatu telah terhapus oleh air.
Sedangkan di sisi lain, Renjana masih berduka. Keempat temannya yang lain merencanakan sesuatu dan akan meminta keadilan terhadap si pelaku.
"Kalian coba pikir deh, Alesya gitu pasti karena menyebarnya pamplet tersebut. Dan gue rasa gak mungkin si penyebar pamplet akan mencelakai Alesya, gue rasa Alesya yang mau menghapus dia. Alesya pasti udah tau siapa orangnya, dan kita harus ungkap ini." Cenyo memberikan pendapatnya secara terang-terangan, tapi ucapan mereka tak sama sekali terdengar oleh Renjana.
"Bener! Gue yakin itu, dan gue juga yakin kalo yang lakuin persebaran pamplet adalah Bina Garuda. Kita harus manfaatkan ini, meski belum tau pasti kejadian sebenarnya tapi kita harus imbangi. Hapus satu dari mereka, yaitu si penyebar pamplet." Danendra menambah pendapat Cenyo.
"Kita cari tau sendiri aja, kita sebarin dan bikin sayembara. Kalo ada yang ngasih informasi akurat, kita kasih dia uang," ujar Wirna.
"Berapa perorang?" Tanya Widya.
"25 juta gimana?" Rupanya ucapan Wirna langsung diangguki oleh ketiga orang di depannya.
"Asalkan kita harus sampai dapatin orang yang sama Alesya waktu itu." Danendra tak kalah ucap.
"Gerak sekarang!" 2 kata dari Cenyo langsung membuat ketiganya segera pergi dari sana.
Danendra dan Widya segera keluar, sedangkan Wirna dan Cenyo mengedit pamplet secara bersamaan. Setelah posternya selesai, Wirna langsung mengirimnya ke nomor Widya untuk di print menjadi beberapa lembar dan Widya juga Danendra menempelkan pemplet tersebut dibeberapa tempat yang paling ramai.
Sedangkan Cenyo menyebarkan poster tersebut ke berbagai media sosial, dengan beberapa caption yang meyakinkan viewers.
Mereka tinggal menunggu hasil. Tidak cukup lama menunggu, sudah ada pengguna yang mengirim DM ke akun Cenyo setelah Danendra dan Widya baru saja kembali.
"Cepet banget nih, mentang-mentang sayembaranya 100 juta. Udah ada yang DM gue," ujar Cenyo.
"Ayok suruh sini aja langsung."
Hanya menunggu sekitar 15 menit orang tersebut langsung datang ke rumah Renjana. Renjana pun masih berada di sana dan terus meratapi Alesya, memandang fotonya yang cukup lama dari tadi.
"Permisi!" Ternyata yang keluar tersebut adalah bapak tua.
Renjana terkejut dengan kedatangannya. "Cari siapa pak?" Ida menyeka air mata di pipinya.
"Saudara Cenyo!" Renjana mengerjap, dan mengantarkan bapak tersebut kepada Cenyo.
"Nyo! Ada yang nyariin nih!" Tanpa banyak basa-basi lagi Renjana segera pergi dari sana.
Namun Cenyo mencegahnya. "Jangan! Kita dengerin barengan kesaksian sebenarnya."
"Maksud lo?"
Cenyo memperlihatkan bapak tersebut untuk duduk di depannya. "Jadi bagaimana pak?" Tanyanya.
"Kejadiannya seperti ini, awalnya, maaf siapa nama korban itu?" Tanya bapak tersebut.
"Alesya pak!" Jawab Widya.
"Iya mbak Alesya itu cari tau ke tempat bapak jualan di sana, dia mau tau siapa yang udah nyebarin pamplet. Bapak gak tau kenapa dia cari tau tentang itu, tapi bapak kasih tau semuanya. Bapak kasih tau ciri-ciri dari penyebar pamplet tersebut dan ternyata mbak Alesya tau orangnya."
"Karena memang sebelumnya bapak sendiri lihat perempuan itu menyebarkan pamplet tersebut." Sambungnya.
"Namanya siapa pak?" Tanya Renjana.
"Kalo gak salah dengar, mbak Alesya sebut dia itu G-Ghea..."
Tak salah lagi, memang sesuai yang mereka duga jika itu adalah Bina Garuda. "Ada informasi lain pak?" Tanya Wirna.
"Tidak ada mas, apa mas ada pertanyaan lain?"
"Cukup, pak." Danendra langsung mengeluarkan ponselnya, dan membuka aplikasi berwarna biru dengan logo uang.
"Bapak ada aplikasi ini? Biar saya TF aja uangnya," imbuh Danendra.
"Ada mas, sebentar!" Bapak tersebut memperlihatkan nomor yang tertera di ponselnya, beberapa detik transaksi uang 100 juta berhasil masuk ke dalam rekeningnya, dan urusan mereka sampai di sana.
"Terima kasih ya pak!"
Bapak tersebut tersenyum. "Saya yang harusnya terima kasih mas, berarti sekali sayembaranya."
Setelahnya, bapak tersebut ke luar dari rumah tersebut. Dan Cenyo segera menutup sayembara tersebut yang baru saja ia posting 30 menit yang lalu.
"Kurang ajar! Berani-beraninya mereka, gue benar-benar gak bisa kasih mereka celah lagi. Ini udah menyangkut Alesya, dan gue benci sana mereka." Wajah Renjana merah padam, dan tangannya mengepal kuat.
"Sabar Na! Kita harus main cantik tapi bisa naklukin mereka, kita udah ada rencana buat langsung bungkam mereka. Berawal dari salah satu, terus satu-satu dan berakhir satu-satunya." Cenyo menepuk pundaknya.
"Apa rencana kalian? Gue Udha geram banget sama mereka." Renjana menetralkan emosinya.
Danendra membisikan sesuatu, terus menerus dan dapat dimengerti oleh Renjana yang baru saja mengetahui rencana mereka, tanpa Renjana tua dan arahkan.
Renjana tersenyum sumir, "Makasih ya! Kalian keluarga buat gue, makasih juga udah korbanin 100 juta itu dari kalian. Gue harap kalian bisa selalu Meu barengin gue, yang sekarang tanpa Alesya," ucap Renjana begitu syahdu, yang jarang sekali mereka dengar.
"Aman Na! Kita semua keluarga!" Mereka merangkul satu sama lain, setelah rangkulan pertama dari Cenyo menuju Danendra dan mereka tersenyum bersamaan.
...-ToBeContinued- ...