Setelah kematian ayahnya, Renjana Seana terombang-ambing dalam kehidupan tak terarah, gadis yang baru menginjak umur 20 an tahun dihadapkan dengan kehidupan dunia yang sesungguhnya disaat ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dalam keputusasaan, Renjana memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke derasnya air sungai. Namun takdir berkata lain saat Arjuna Mahatma menyelamatkannya dan berakhir di daratan tahun 1981. Petualangan panjang membawa Renjana dan Arjuna menemukan semua rahasia yang tersimpan di masa lalu, rahasia yang membuat mereka menyadari banyak hal mengenai kehidupan dan bagaimana menghargai setiap nyawa yang diijinkan menghirup udara.
by winter4ngel
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ela Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jika aku datang sendiri
Langit mulai mendung lagi setelah panas yang menyengat, Renjana turun dari sepeda yang dikayuh oleh Arjuna. Mereka tiba di kediaman sejak 2 menit yang lalu, terlihat Arjuna yang meletakkan sepeda ontel tersebut ke tempat biasanya. Pria itu tidak mengatakan apapun dan melakukan komentar apapun, dia melaksanakan semua tugasnya tanpa bicara pada Renjana dan itu sungguh membuat Renjana tidak nyaman.
“Jun!.” Sebuah panggilan membuat Renjana menoleh, disana ada Sadewa yang datang dengan wajah bahagia entah apa yang diperoleh hari ini hingga membuat senyumnya lebar.
Namun keadaan Arjuna membuat Renjana menggelengkan kepala pada Sadewa, Sadewa menghampiri Renjana, mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka berdua.
“Ada apa?.”
“Mas Juna butuh waktu sendiri, jangan diganggu dulu.” Ucap Renjana dengan lembut, tidak ingin menyakiti siapapun karena keadaan Arjuna.
Renjana tahu apa yang Arjuna pikirkan, mungkin banyak pertanyaan di kepala pria itu mengenai sosok bibi nya yang tidak pernah dia dengar selama ini, pertanyaan apakah wanita itu pergi jauh atau lebih dari itu. Harapan semua orang adalah dia pergi ikut dengan suaminya, setidaknya sosoknya masih bisa di temui di kehidupan masa depan.
“Saya membelikan ini sebagai hadiah pernikahan.” Renjana mengalihkan fokus Sadewa dari sikap Arjuna yang acuh pada sekitar dan sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Terima kasih, saya sangat senang mendapatkan semua ini. Saya juga merasa tidak nyaman karena kalian terus membantu hubungan saya dengan Sendu.”
Renjana tersenyum, “Bukan hal yang harus dibuat tidak nyaman, saya dan mas Juna juga sangat bersyukur karena mengenal keluarga baru disini.”
Setelah menerima hadiah dari Renjana, Sadewa pergi ke rumah Sendu yang sebenarnya tidak berjarak jauh. Sadewa juga melakukan itu untuk Renjana dan Arjuna agar bisa bicara tanpa ada dirinya disana. Jikalau melihat orang yang sudah menikah, ada kalanya hubungan memang tidak baik-baik saja, Sadewa memahami itu dengan melihat orang-orang yang hidup disekitarnya.
Renjana meletakkan segelas teh hangat di depan Arjuna yang nampak kosong sejak tadi, entah sudah berapa jam Arjuna hanya diam. Melihat Renjana duduk dengan nyaman di depannya membuat Arjuna mengalihkan pandangan ke arah gadis itu.
“Sepertinya aku tidak bisa hadir di acara pernikahan kedua orangtuamu.” Kalimat yang sudah bisa Renjana tebak, namun Renjana bisa mengerti apa yang Arjuna inginkan.
“Tidak masalah, lalu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya. Aku mungkin bisa membantu.”
“Aku akan pergi ke kota beberapa hari, apa itu tidak masalah jika kamu tinggal di rumah sendiri?.”
“Tidak masalah, ayahku akan tinggal di pondok mulai hari ini sampai menikah nanti karena saran dari kakek dan beberapa kerabatnya.”
Arjuna hanya menganggukkan kepala
“Kalau kamu butuh bantuan, aku akan ikut denganmu.”
“Tidak perlu, kamu tetap disini sampai pernikahan kedua orangtuamu.”
Renjana mengangguk, “Kamu baik-baik saja?.” Renjana memperhatikan wajah Arjuna lekat-lekat, berusaha mengorek lebih jauh perasaan pria itu yang terlihat kurang baik.
“Entahlah.”
Kepergian Arjuna datang begitu saja, tidak banyak pesan yang Arjuna tinggalkan selain mengunci pintu dan makan dengan baik. Jika butuh apapun, Renjana bisa mengajak Sendu untuk menemaninya karena kakeknya akan baik-baik saja jika memang Sendu menemani Renjana yang sendirian.
“Aku akan pergi, jaga dirimu baik-baik.”
“Kamu juga, hati-hati.”
Arjuna hanya menganggukkan kepala dan mulai meninggalkan rumah bersama satu tas dan sepeda ontelnya.
Hari terus berlalu hingga yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, pernikahan kedua orangtua Renjana. Sadewa dan Sendu yang akan dilaksanakan di rumah keluarga Sendu, keluarga Sadewa masih tidak menyetujui pernikahan putranya dengan wanita yang dicintai, hanya ayah Sadewa yang datang menemani putra mereka menikahi wanita idamannya.
Sama seperti tamu lainnya yang tidak banyak, Renjana datang sendirian disana. Sempat ada banyak pertanyaan kemana suaminya, tapi Renjana mengatakan kalau Arjuna sedang ada pekerjaan di kota sehingga beberapa hari ini Arjuna tidak pulang kerumah. Berbeda dengan kakek dan juga kedua orang tua Renjana yang seakan memahami ada keadaan aneh di antara Renjana dan Arjuna.
“Kemana dia?.” Suratmo duduk di sebelah Renjana yang membuat Renjana tersenyum tipis mendengar pertanyaan kakeknya yang seakan sedang menodong Arjuna.
“Di kota, keluarganya ada disana, ada masalah yang harus dia selesaikan.”
“Dia akan kembali?.”
“Itu-.” Renjana menghentikan ucapannya mendengar pertanyaan Suratmo, pertanyaan yang sebenarnya beberapa hari ini Renjana pikirkan. Apakah Arjuna kembali atau tidak, dan bagaimana keadaan saat ini, baik-baik saja atau tidak. Arjuna meninggalkan beberapa uang untuk Renjana, tapi bukan itu yang Renjana harapkan.
Rumah tampak sangat sepi dari hari biasanya, saat Renjana bangun tidur, dia bisa melihat Arjuna mengerjakan banyak hal, atau memergokinya sedang memperhatikannya dari jauh. Banyak hal yang Arjuna tinggalkan dirumah itu yang membuat Renjana terus merasa kesepian saat sosoknya tidak ada.
Sepulang dari acara pernikahan Sendu dan Sadewa, Renjana langsung pulang kerumah. Membereskan semua peralatan masak yang sempat dia gunakan, dia juga menyiram tanaman di sore hari. Semuanya tidak berjalan lancar seperti hasilnya, ada banyak proses yang Renjana lalui dengan susah payah. Menarik ember air dari sumur yang berat, mengangkat ember di dekat tanaman yang berjarak jauh, atau menyalakan api di kayu yang setengah basah.
Renjana menarik kembali ember yang sudah dijatuhkan ke dalam sumur, rambut panjangnya yang tergerai dengan berantakan, pakaiannya yang sudah setengah basah karena kecipratan air. “Semangat Ren!!.” Renjana menyemangati dirinya sendiri, namun setelah di pikir-pikir dia juga lelah, dia tidak bisa melakukan semuanya sendiri.
Renjana mengangkat embernya dan menuangkan ke dalam bak mandi, namun air yang semula sudah setengah bak itu menjadi kosong, bahkan saat Renjana menuangkan ke dalam bak mandi tersebut, air menjadi berkurang lagi. Ada bagian dari bak yang digunakan untuk menampung air pecah sehingga membuat airnya terbuang sia-sia.
“Hhhh….” Renjana mendudukkan dirinya bersandar pada sumur saat melihat kerja kerasnya hilang begitu saja.
Renjana melihat kearah langit biru yang mulai menggelap, bersamaan dengan tetesan air hujan, air matanya keluar. Ternyata semua hal yang dia lakukan tidak pernah berjalan dengan baik, dia lupa bahwa selama ini memang seperti itu hanya karena Arjuna lah semua berjalan lancar. Bukan karena Renjana kembali ke masa lalu, melainkan karena Renjana bersama dengan Arjuna, pria itu membuat segala hal berjalan dengan baik.
Renjana memeluk lututnya, membiarkan air hujan membasahi tubuh. Toh percuma juga dia menarik ember dari sumur untuk mandi yang akhirnya airnya habis terbuang karena bak mandi yang dia gunakan pecah. Membiarkan dirinya terguyur air hujan akan sama saja dengan dia mandi, Renjana tidak tahu apa yang harus dia lakukan lagi. Perutnya lapar dan air hujan mulai terasa sangat dingin, namun tubuhnya terlalu lelah untuk bangun.