NovelToon NovelToon
Jodoh Wasiat Mami

Jodoh Wasiat Mami

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Naira_W

Aldena Faradila tak menyangka akhirnya harus kembali ke tempat yang paling dihindarinya selama lima tahun ini. Dena harus kembali karena saudara kembarnya yang jatuh sakit dan juga wasiat dari Vania, almarhum ibunya.
Kembalinya Dena ke rumah almarhum maminya membuat keluarga papinya tak suka dan mencoba mengusirnya kembali.
Sayangnya, Dena lima tahun yang lalu sudah berubah dan kini bersiap membalaskan dendam dan sakit hatinya.
Rupanya semua tak berjalan semulus apa yang direncanakan oleh Dena. Dia harus menikah sebelum usianya dua puluh lima tahun dengan lelaki yang sudah dipilihkan oleh almarhum maminya.
Apakah Dena bersedia menikah dengan Gara, atau lebih memilih kehilangan harta warisannya? Lalu bagaimana jika ternyata Dena masih belum bisa melupakan masa lalunya yang ternyata keponakan dari Gara?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anggara Suaminya Dena

"Kenapa maksain diri sih, bang? Duh, ini lukanya parah banget lagi." omel Dena saat melihat luka memar yang cukup parah pada lengan dan kaki suaminya. Belum lagi punggungnya, luka panjang terkena sabetan benda tajam. Walaupun tak dalam tapi cukup membuat Dena meringis ngilu.

"Nggak apa-apa ini, sayang. Cuma darah abang aja yang kebanyakan. Jadi nggak berhenti ngalir." kata Anggara sambil tersenyum melihat wajah khawatir istrinya.

Ciee... Istrinya... Istri, dia udah jadi suami. Dan Dena istrinya.

Rasa sakit di tubuhnya tak sebanding dengan kebahagian yang dirasakannya saat ini.

Jemari lentik Dena membantu membuka pakaian suaminya. Tapi bukan untuk ehem-ehem, melainkan mengoleskan obat dan mengganti perban yang sudah terkena rembesan darah Anggara.

Karena memaksakan diri untuk sungkem pada orang tua dan kakak-kakak Anggara, lukanya terbuka dan mengeluarkan darah lagi.

Ternyata tadi Anggara mengalami musibah sebelum berangkat ke rumahnya. Lelaki yang kini menjadi suaminya itu dibegal oleh segerombolan orang tak dikenal.

Pantas saja acara ijab kabulnya mundur sekitar satu jam dari jadwal seharusnya. Tadinya Dena berpikir Anggara berubah pikiran dan tak jadi menikahinya. Mirip cerita di novel-novel yang dibaca Dena, ditinggalkan sesaat sebelum ijab.

Hampir saja pak penghulu beranjak pergi, karena memiliki tugas menikahkan calon pengantin di tempat lain.

Dena juga sempat kesal dan memaki Anggara sebelum lelaki itu datang dan mengucapkan ijab kabul.

Tapi rasanya sekarang, Dena menyesal telah berpikiran buruk pada Anggara.

Dengan luka seperti ini, Anggara tetap datang dan melangsungkan pernikahan dengannya. Kurang berkorban apalagi lakinya.

Dena membersihkan luka di punggung Anggara dengan perlahan. Sesekali Dena meniup luka itu.

"Ssh...." suara desis keluar dari bibir Anggara.

Tapi bukan karena kesakitan, tapi karena yang lainnya. Mulutnya refleks mengeluarkan suara karena semriwing akibat tiupan Dena. Tubuhnya terasa getar-getar geli, yang membuatnya meriang.

Sayang banget nikah tapi gak bisa main kuda-kudaan malah main dokter-dokteran kayak gini.

"Perih ya, bang?" tanya Dena dengan suara serak.

Rupanya gadis itu menangis di balik punggung Anggara. Dengan perlahan, Anggara berbalik badan. Maklumlah kalau sakit begini gak boleh grasak-grusuk.

"Jangan nangis dong, sayang.... Kamu jelek kalau nangis." kata Anggara sambil menyeka air mata Dena dengan telunjuknya.

Dena, yang masih asing dengan panggilan sayang dari Anggara merasa aneh. Kalau tak seperti ini mungkin hatinya Dena akan terbang-terbang, mantul-mantul gimana ditu.

Tapi ini, suaminya sedang terluka parah. Dia merasa jika ijab kabulnya tadi justru membuat Anggara tersiksa. Harusnya Anggara dirawat di rumah sakit dan pernikahannya dibatalkan saja.

"Dena sayang..... kita udah nikah, sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Kamu jangan stres memikirkan hal yang tak perlu. Besok kita mau ke rumah sakit kan?" suara Anggara begitu lembut dan menenangkan.

Berbeda dengan saat ijab kabul tadi, suaranya terdengar lantang dan tegas bak pemimpin upacara.

"Udah ya... Jangan nangis lagi, sayang."

"Aku nggak mau nangis, tapi air matanya ngalir terus. Gimana dong?" ucap Dena yang malah makin sesenggukan.

"Ish.. Gemesin banget sih istri abang. Udah sini, abang peluk. Udah halal boleh dipeluk sekarang." kata Anggara yang membuka kedua tangannya.

Namun, Dena malah menggelengkan kepalanya.

"Takut kena luka abang, nanti makin sakit, gak sembuh-sembuh." kata Dena.

"Yang luka di belakang, sayang. Di depan mah enggak. Nih, bulu dada abang aja masih utuh. Jadi pasti aman lah." ucap Anggara yang membuat Dena mendelik kesal ke arah suaminya.

Bisa-bisanya ngomong bulu dada disaat begini.

Tapi yang namanya kepengen nempel, Anggara menarik istrinya dan didekapnya di dada.

"Abang baik-baik aja, lukanya juga nggak parah. Tadi dokter udah ngasih tau juga beberapa hari lagi pasti udah sembuh. Asal rajin ngasih obat." kata Anggara sambil mengelus kepala Dena.

"Besok aku udah nginep di rumah sakit, siapa yang ngasih obat? Ntar dikira aku istri yang buruk, nggak tanggung jawab, egois, nggak perdu...."

Cup...

Anggara mengecup bibir Dena sekilas. Membuat Dena terdiam, tak melanjutkan kalimatnya.

Mata bulat gadis itu mengerjap lucu. Membuat Anggara mencium bibir seksi istrinya sekali lagi.

"Kamu nggak usah khawatir, ada Heru. Nanti abang minta bantu dia buat ngasih obat. Lagian nanti abang bakalan nemenin kamu terus. Kita sama-sama pemulihan di sana. Destinasi bulan madu kita nggak banget. Tapi kita tetap barengan." kata Anggara.

Dena yang masih syok belum bisa memahami kata-kata Anggara hanya mengangguk-angguk saja.

Yah gimana gitu rasanya, ciuman ini bukan yang pertama. Tapi rasanya berbeda dari dulu saat dia berbagi saliva dengan Evan. Dengan Anggara rasanya lebih mendebarkan.

Anggara mengelus-elus kepala dan punggung Dena, sesekali mengecup rambut kaku istrinya yang masih belum dicuci. Anggara pun menghirup kepala Dena yang masih beraroma hair spray.

Ya, karena mereka memang belum sempat mandi. Setelah prosesi sungkeman dan foto-foto, Anggara diajak Dena naik ke kamarnya atas saran Tante Dita.

Entah berapa lama mereka berpelukan seperti itu, yang pasti tak ada satupun diantara mereka yang ingin melepaskan momen manis itu.

***

Anggara menggeser pelan tubuhnya dan beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Setelah adegan manis-manis tadi, Dena pun tertidur. Sepertinya istrinya itu sangat kelelahan.

Anggara memaklumi, dia saja tadi bangun sebelum subuh. Mempersiapkan segala sesuatu untuk acara. Padahal cuma ijab kabul saja, tapi keluarga besar Anggara begitu riweh.

Apalagi mbak Nanda, beberapa kali mengecek semua persiapan. Dari hantaran, baju pengantin, seragam para keluarga hingga make up.

Para sepupu dan keponakannya juga ingin dirias secantik mungkin pada acara yang sakral itu. Anggara tak mempermasalahkan, lagian biaya tambahan makeup masih sangat wajar. Yang penting hari ini semuanya bahagia

Semuanya sudah sesuai dengan rencana. Mereka sudah bersiap dan akan berangkat ke rumah Dena.

Tapi Anggara mendapatkan telepon dari seorang pegawainya. Yang mengatakan jika tokonya diserang orang-orang berpenampilan mirip preman. Bahkan beberapa pegawai tokonya terluka karena mencoba melawan saat preman itu hendak mengambil uang di mesin kasir.

Anggara pun segera meminta rombongan untuk berangkat duluan. Sementara Anggara pergi ke tokonya untuk mengecek keadaan. Masih ada waktu sekitar satu jam lebih, apalagi jarak toko ke rumah Dena tidak jauh.

Dengan pakaian pengantinnya, Anggara segera melajukan mobilnya ke toko. Tapi di tengah jalan dia dihadang orang tak dikenal. Mereka mereka menggunakan penutup wajah, hingga Anggara tak bisa melihat seperti apa rupa mereka.

"Hei.. Keluar lo!!!" teriak seorang pria bertubuh besar yang sudah turun dari motor dan berdiri di depan mobil Anggara.

Di tangan lelaki itu ada besi panjang yang diarahkan ke kap mobil Anggara.

Brak!!!

Bagian depan mobilnya sudah tak lagi mulus.

Prang!!!

Suara kaca mobil yang pecah pun terdengar. Seorang lelaki membuka pintu mobilnya dan kemudian menyeretnya keluar.

"Apa-apa ini, kalian mau apa uang? mobil? Ambil saja asalkan lepaskan saya." ucap Anggara yang masih berusaha menawarkan harta yang dibawanya

"Kami maunya nyawa, lo. Gimana?" ucap lelaki yang tadi menyeretnya. Lelaki itu memang tak membawa besi seperti yang lain, tapi sebuah katana.

Anggara menjadi was-was, berharap ada orang yang lewat dan membantunya.

Dan dalam waktu sekejap saja, Anggara dihajar oleh mereka.

Walaupun dia pernah memegang sabuk hitam, tapi untuk melawan lima orang dengan senjata tajam dan besi di tangan mereka adalah hal mustahil.

Katana yang dibawa salah satu dari mereka sempat mencium punggung Anggara, belum lagi lengan dan kakinya yang dipukuli menggunakan besi.

Anggara mungkin bisa mati jika tak ada orang yang datang menolongnya. Kebetulan saja ada bis rombongan ibu-ibu pengajian yang baru saja pulang mengikuti kuliah subuh di kota sebelah.

Merekalah yang mengusir para preman dengan kekuatan power emak-emak. Teriakan ibu-ibu itu ternyata lebih menakutkan daripada suara sirine.

Preman-preman itu kabur, kocar-kacir dengan sepeda motor mereka.

"To...long... Sa...ya harus ke rumah calon istri saya, Bu." kata Anggara yang mencoba mengeluarkan segenap kekuatannya.

"Mas nya mau nikah?"

"Ya ampun, pengantin yang terpisah dari rombongan, yah."

"Saya harus segera ke sana." ucap Anggara yang masih kekeuh ke rumah Dena.

"Ya udah kita bawa ke rumah sakit dulu, buat ngobatin lukanya. Itu baju udah kena darah semua. Bisa syok calon istri mas kalau liat mas babak belur begini." suara bapak-bapak yang sepertinya menjadi supir bis rombongan.

Akhirnya mereka membawa Anggara ke rumah sakit. Kemudian mengantar sang pengantin pria ke rumah Dena dan menjelaskan secara singkat kejadian yang menimpa Anggara pada keluarganya.

Feeling nya mengatakan jika penyerangan ini adalah sesuatu yang disengaja. Walaupun Anggara mencurigai seseorang, tapi dia tak punya bukti.

Yang pasti saat ini dia sudah harus berhati-hati. Anggara menghubungi Heru meminta saran dari sahabatnya.

Nyawanya hampir melayang tadi. Dia tak bisa berdiam diri saja. Ada yang harus dia lindungi saat ini.

Dena...

Anggara sudah berjanji tak akan membiarkan Dena terluka baik hati maupun fisiknya. Kali ini Anggara tak akan membiarkan Dena hancur seperti lima tahun lalu.

Karena Anggara adalah suaminya Dena.

1
Susi Akbarini
lanjuttttt..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
😀😀😀😀😀
kirain sahabatan.

taunya musuhan .

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
😀😀😀😀😀❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
waaahhh.

asisten minta potong gaji ini..

😀😀😀❤😉😉❤❤❤❤
Susi Akbarini
artinya..

semuanya tau fonk...

😀😀😀❤❤❤❤
kalea rizuky
anjirr ngakak/Curse//Curse/
kalea rizuky
kasian unggung
Susi Akbarini
😀😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
benar kata Albert..
masak tulisan tangan istri yg 20 thn bersama gak apal..
jadi bisa dikibuli kana..
😀😀😀❤❤❤
Susi Akbarini
waaahhhh..

Anggaraaaaa...

laki2 superrrrrrr..

😀😀❤❤❤❤❤❤
🌷Vnyjkb🌷
pria dan ayah sampah sih klu bentukan kyk km tedi
Susi Akbarini
iya benar kata Jenny..
❤❤😉❤❤❤
Susi Akbarini
lelaki idaman...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
semangt kak..
makasi mau melanjutkan novel sang pemilik hati..
aku suka ama kak author yg tanggung jawab gini..
mkasi..
❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😘😘😘😘😗😗😗😙😙😙
Susi Akbarini
emang pelakor kan lebih kejam dari perampok...

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
beeehhhhhhh..

emang laki2 bwneran..
Anggara2...

lope2 dehhhh..

semangatttt...
❤❤❤❤
Susi Akbarini
😀😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
foto siapa..
apa yg akn Evan lakukan lagi..
???
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kpookkkkk kowe Evannn..
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
jangan sampai Dena kenapa napa..

❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!