NovelToon NovelToon
Cold Flame

Cold Flame

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS
Popularitas:545
Nilai: 5
Nama Author: Angle love

Ketika cinta bertabrakan dengan ambisi, dan kelembutan mengikis kekejaman…

Min Yoongi, seorang CEO muda tampan yang dikenal dingin dan kejam, menjalankan bisnis warisan orang tuanya dengan tangan besi. Tak ada ruang untuk belas kasih di kantornya—semua tunduk, semua takut. Sampai datang seorang gadis bernama Lee YN, pelamar baru dengan paras luar biasa bak boneka buatan, namun dengan hati yang tulus dan kecerdasan luar biasa.

YN yang polos, sopan, dan penuh semangat, menyimpan luka mendalam sebagai yatim piatu. Tapi hidupnya berubah saat ia diterima bekerja di bawah kepemimpinan Yoongi. Ketertarikan sang CEO tumbuh menjadi obsesi, membawa mereka ke dalam hubungan yang penuh gairah, rahasia, dan ketegangan.

Namun, cinta mereka tidak berjalan mudah. Yoongi masih terikat dengan Jennie, kekasih cantik nan angkuh yang tidak terima posisinya tergantikan. Sementara itu, Jimin—sahabat Yoongi yang terkenal playboy—juga mulai tertarik pada YN dan bertekad merebut hatinya.

Dibayangi fitnah, d

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angle love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 24— Luka yang Tertangkap Mata

seojin memeluk Yoongi dari belakang bersahabat menahannya

"aku mohon jangan batalkan kerjasama ini" seojin memeluk semakin erat

"bantu aku sekali ini saja" seojin melas mengharapkan Yoongi berubah fikiran

yoongi melepaskan pelukan seojin "baiklah tapi setalah ini selesai aku harap kau pergi dan jangan menggangu aku lagi "

Yoongi pergi meninggalkan seojin tanpa berbalik

"lihat saja nanti kau akan berlari kepadaku sambil menangis baby" gumam seojin setelah kepergian Yoongi

***

Hujan deras mengguyur kota sejak pagi. Langit kelabu seperti menggambarkan suasana hati YN yang tak tenang. Sejak pernikahan mereka beberapa bulan lalu, hubungannya dengan Yoongi mulai terasa berbeda. Meski sang CEO masih memperlakukannya dengan cinta dan perhatian, YN tak bisa mengabaikan keberadaan Seojin—wanita cantik yang dulu pernah menjadi cinta pertama Yoongi dan kini kembali hadir, sebagai rekan kerja sekaligus sumber kekhawatiran baru dalam rumah tangga mereka.

Siang itu, YN memutuskan untuk mampir ke kantor Yoongi tanpa memberi kabar lebih dulu. Ia ingin memberikan makan siang buatan tangannya—hal sederhana yang biasa ia lakukan sebelum semuanya terasa... dingin.

“Selamat siang, Nyonya Min,” sapa resepsionis dengan sopan.

YN membalas dengan ramah, “Siang. Boleh aku naik? Aku bawa makan siang untuk Yoongi.”

“Silakan. Dia di ruangannya.”

**

Sementara itu di lantai tertinggi, Yoongi duduk di balik meja kerjanya, mengenakan kemeja putih yang kini digulung sampai siku. Rambutnya sedikit berantakan, matanya lelah menatap layar laptop, dan secangkir kopi di tangannya sudah tak lagi hangat. Hari itu, Yoongi mencoba fokus pada laporan merger yang akan ia tandatangani minggu depan.

Tapi pikirannya kacau. Seojin.

Wanita itu terus-menerus hadir di ruangannya. Dengan dalih pekerjaan, dia selalu menemukan celah untuk menghabiskan waktu bersama Yoongi.

“Oppa,” suara lembut itu terdengar saat pintu dibuka tanpa ketukan. Seojin masuk dengan setelan elegan dan senyum menggoda. “Aku bawa dokumen yang kau minta.”

Yoongi menghela napas, tidak membalas sapaannya. “Taruh saja di meja.”

Namun, bukannya patuh, Seojin melangkah mendekat. Meletakkan dokumen, lalu menyandarkan tubuh rampingnya di pinggiran meja.

“Kenapa kamu menjauh dariku?” bisiknya. “Kau tak pernah begini dulu.”

Yoongi mendongak. “Kita sudah membahas ini, Seojin.”

“Tapi kau tak bisa membohongi perasaanmu. Aku lihat itu di matamu.”

Seojin perlahan berjalan ke sisi Yoongi, menyentuh bahunya, lalu memeluknya dari belakang. Yoongi mengejang, bernapas berat. Ada badai dalam dirinya. Ia mencoba menolak, tapi Seojin tahu caranya menembus pertahanannya. Dengan kelembutan yang pernah ia rindukan, dengan kenangan lama yang belum benar-benar ia kubur.

“Berhenti,” katanya pelan.

Namun tangannya tak segera menyingkir. Ia diam, terlalu lelah untuk melawan, terlalu bodoh untuk mengingat bahwa di luar sana, ada YN yang mencintainya tanpa syarat.

Seojin memutar tubuhnya, berdiri di depan Yoongi, wajah mereka kini hanya berjarak beberapa inci. Bibir merahnya tersenyum tipis sebelum ia meraih wajah pria itu dan mengecupnya—ringan, lalu semakin dalam.

Yoongi—entah kenapa—membalas. Sesaat. Hanya sesaat. Tapi itu cukup untuk mengoyak segalanya.

Dan saat itu terjadi, pintu kantor terbuka.

**

YN berdiri di ambang pintu.

Hening.

Kotak makan siang di tangannya jatuh menghantam lantai, suara denting sendok dan tutup plastik memecah ketegangan ruangan.

Yoongi menoleh dengan cepat. Mata mereka bertemu. Waktu seperti berhenti.

“YN...” bisiknya.

Air mata sudah mengalir di pipi YN. Ia mengambil langkah mundur, terengah, matanya tak bisa berpaling dari pemandangan yang menghancurkan dunianya.

Yoongi berdiri dan mencoba mengejarnya. “YN, tunggu! Ini tidak seperti yang kamu lihat!”

Namun YN sudah berbalik dan berlari keluar dari ruangan. Napasnya tersengal, pandangannya kabur oleh air mata. Dia tak tahu ke mana harus pergi, yang ia tahu hanyalah bahwa hatinya telah dihancurkan oleh pria yang paling ia percaya.

**

Sementara itu, Jimin yang berada di lantai bawah hendak naik lift, tiba-tiba melihat YN berlari dengan wajah pucat dan mata sembab.

“YN?!”

Gadis itu hampir terjatuh di tangga, namun Jimin berhasil menangkapnya tepat waktu. Nafas YN tercekat, tubuhnya gemetar hebat.

“Ada apa?! Kau kenapa?!”

“Aku... aku melihat mereka...” isaknya. “Yoongi... dengan Seojin... mereka berciuman...”

Jimin menggeram. Matanya menajam.

“Bangsat...” gumamnya.

Ia menuntun YN ke ruangannya di lantai bawah, memberinya air minum, lalu menyelimuti bahu gadis itu yang basah kuyup karena hujan dan air mata.

“Tenang, aku di sini. Kau nggak sendiri.”

YN memeluk dirinya sendiri, tubuhnya seperti beku. Luka di hatinya lebih dari sekadar pengkhianatan. Ia merasa... kalah. Tak cukup. Tak layak.

**

Di ruangan atas, Yoongi menghantam meja dengan tinjunya.

“FUCK!” makinya, sebelum bergegas keluar, meninggalkan Seojin yang masih berdiri dengan senyum kemenangan di bibirnya.

“Kau tidak akan bisa melepaskan masa lalu, Yoongi,” bisik Seojin pada dirinya sendiri.

Yoongi berlari ke lift, menelpon YN berkali-kali namun tak dijawab. Saat sampai ke ruang bawah, Jimin sudah berdiri menghadangnya.

“Jangan dekati dia.”

“Aku harus menjelaskan—”

“Tidak ada yang bisa kau jelaskan. YN hancur, Yoongi! Dan semua karena kebodohanmu sendiri!”

Yoongi terdiam, dadanya naik-turun. Ia ingin memukul tembok, meninju dirinya sendiri. “Di mana dia?”

“Dia butuh waktu. Jangan paksa dia.”

**

Hari-hari berikutnya terasa seperti neraka bagi Yoongi. Ia mencoba datang ke rumah, ke tempat tinggal Jimin, bahkan ke apartemen lama YN—semuanya tak membuahkan hasil. YN benar-benar menghilang.

Sementara itu, Seojin mencoba mendekat kembali, seolah menguatkan posisinya di sisi Yoongi. Tapi pria itu hanya menatapnya dingin. Sekarang, yang tersisa di hatinya hanya penyesalan.

Beberapa hari kemudian, Jimin menghubunginya. "Datang ke gedung belakang. Sendiri."

Yoongi langsung meluncur ke lokasi. Saat tiba, Jimin memberikan sebuah flashdisk.

“Apa ini?” Yoongi bertanya.

“Ada yang perlu kau lihat,” jawab Jimin. "Aku rasa sekarang kau tahu apa yang harus dilakukan."

Yoongi menatap flashdisk itu dengan penuh kecemasan. Meski ia tidak ingin tahu lebih banyak lagi, ia sadar bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya untuk memperbaiki semuanya.

**

Di rumahnya, Yoongi memutar rekaman yang diberikan Jimin. Tapi bukan rekaman CCTV, melainkan suara YN yang menahan tangisnya saat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

"Yoongi..." suara itu begitu lembut dan penuh kepedihan. "Kenapa kamu berubah? Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kita."

Yoongi menutup matanya, merasa dunia seakan runtuh. Ia merasakan penyesalan yang lebih dalam dari apapun yang pernah ia alami.

Dengan tubuh gemetar, Yoongi mengangkat teleponnya dan menulis pesan pendek kepada YN. “Aku salah. Aku minta maaf. Tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan.”

**

YN masih berada di rumah, terkurung dalam kesedihan yang tak dapat dijelaskan. Ketika ponselnya berbunyi, ia langsung menoleh, membaca pesan dari Yoongi.

"Aku salah. Aku minta maaf. Tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan."

Air mata kembali mengalir. Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus percaya lagi pada Yoongi setelah semua yang terjadi?

Malam itu, YN berbaring di ranjang, termenung, memikirkan masa depan. Sementara itu, Yoongi berdoa dalam kesendirian—berharap bahwa suatu hari, YN akan memaafkannya.

 

1
Ita Putri
jangan cuman janji" yoongi tp bukti nyata
Ita Putri
Luar biasa
Ita Putri
padahal ceritanya bagus lhoo
kenapa gk ada yg nge like yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!