Aku pernah gagal jadi manusia, tapi aku tidak ingin gagal jadi seorang ibu--Anin.
Setelah pergi membawa luka untukku sendiri, kini aku datang lagi dan memberi luka untuk mas Haris. Setelah 6 tahun waktu berlalu, setelah dia memiliki kehidupan yang baru, tiba-tiba aku datang dan mengatakan bahwa kita punya Anak.
Bagaimana ini, bersediakah dia menerima Alena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
Mas Haris ternyata benar-benar menepati ucapannya. Dia pulang saat waktu menunjukkan jam 9 malam. Tapi sayangnya ketika dia sudah pulang, Alena pun sudah tertidur. Jadi hanya aku sendiri yang menyambut kedatangannya di ruang tengah.
"Mas," ucapku ketika melihat dia datang, dia aku juga langsung bangkit dari dudukku. Ku lihat dia membawa sesuatu ditangan kanannya.
"Dimana Alena? Apa dia sudah tidur?"
"Iya Mas, mungkin sekitar 15 menit lalu Alena tidurnya."
Mas Haris mengangguk kecil. "Aku membelikanmu kebab, makanlah," kata mas Haris pula dan dia serahkan kantung makanan itu padaku.
Ku ambil dengan antusias, sebab kebab adalah makanan kesukaan ku juga. Bagaimana mas Haris bisa tau tentang hal ini?
"Kata ibu kamu suka kebab, jadi aku belikan ketika jalan pulang," ucap mas Haris, padahal aku tidak bicara apapun, tapi seolah dia bisa membaca pikiran ku ini.
"Terima kasih Mas," jawabku.
"Makanlah sekarang, besok sudah tidak enak. Aku akan melihat Alena," jelas mas Haris, dan kali ini aku hanya bisa mengangguk.
Saat mas Haris sudah menuju kamar Alena aku pun pergi ke dapur, mengeluarkan 3 kebab berukuran sedang yang nampak begitu nikmat. Akhir-akhir ini mas Haris sering sekali memberi ku perintah untuk makan di jam malam seperti ini, dia sepertinya benar-benar serius ingin menaikkan berat badanku.
"Bagaimana jika aku jadi gendut," gumamku pula, tapi setelah kesehatan Alena membaik nafssu makan ku memang jadi meningkat juga. Apalagi aku pun masih rutin mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh dokter.
"Bismillahirrahmanirrahim," ucapku sebelum menyantap salah satu kebab.
"Hem, ini enak sekali," gumamku diantara mulut yang mulai terisi dengan makanan. Entah kebabnya memang enak atau karena ini mas Haris yang membelikannya, tapi rasanya begitu cocok dilidahku.
Aku seperti lupa jika ada Namira, seperti orang yang tidak tahu diri aku menikmati semua perlakuan mas Haris.
Sampai semua kesadaran ku pulih, lantas dengan segera ku kumpulkan lagi semua kewarasanku.
"Cukup makan kebab ini, tidak usah beranggapan berlebihan," ucapku pada diri sendiri. Disaat mulai goyah aku harus segera kembali membangkitkan tembok pembatas. Jangan sampai ada rasa yang lebih menguasai daripada pikiran warasku.
Mas Haris hanyalah papanya Alena, tidak lebih.
Aku nyaris tersedak ketika ku lihat mas Haris masuk ke dalam dapur ini. Buru-buru ku ambil segelas air putih dan meminumnya.
"Pelan-pelan, aku tidak akan meminta kebabmu," ucap mas Haris, dia menarik kursi dan duduk di hadapanku, mas Haris juga sudah mengganti bajunya jadi kaos biasa berwarna putih.
Glek! Aku menelan ludah kasar, ku pikir setelah dari kamar Alena dia akan langsung masuk ke kamarnya sendiri tanpa perlu menemui aku lagi, tapi ternyata sekarang mas Haris justru duduk di hadapanku.
"Silahkan Mas, makan juga," ucapku kemudian, ku geser piring berisi dua kebab di dalamnya.
Mas Haris langsung mengambil 1, padahal aku hanya basa basi saja. Jika sudah seperti ini mau tidak mau kami seperti makan malam berdua. Sementara para pelayan pun telah masuk ke dalam kamar mereka masing-masing.
"Besok aku akan mulai bekerja," ucap mas Haris, selesai mengunyah makanannya dia bicara lebih dulu, lalu makan lagi.
Aku menganggukkan kepala. Begini juga lebih baik, untuk mengurangi intensitas pertemuan kami. Jadi aku hanya akan bertemu dengan mas Haris saat malam hari saja. Sementara siangnya dia akan berkerja.
Pratama Kingdom adalah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, penjualan mobil dan motor dari kelas menengahnya hingga kendaraan mewah. Dulu saat aku masih menjadi sekretarisnya mas Haris belum menempati posisi CEO, namun kini posisi tertinggi itu telah dia duduki. Mas Haris telah menggantikan posisinya ayahnya.
"Iya Mas, lagi pula keadaan Alena sudah semakin membaik. Aku bisa menjaganya sendiri," Jawabku, awalnya aku hanya mengangguk mengiyakan ucapannya. Tapi mas Haris terus menatapku seolah menunggu aku bicara, jadi ku jawab seperti ini.
Bahkan setelah aku menjawab dia terus saja menatap, membuatku menurunkan pandangan dan kembali memakan kebab ini.
"Oh iya Mas, besok pagi Namira akan datang ke sini. Aku akan membuatkannya bekal," kataku.
"Aku sudah tau," jawab mas Haris dengan cepat, membuatku menelan ludah kasar. Tentu saja Mas Haris pasti sudah tau, sebab mereka berdua pasti selalu bertukar kabar.
Aku diam lagi, membiarkan suasana canggung menguasai. Lidahku pun kelu untuk menawarinya bekal juga.
Lebih baik tidak usah.
"Makan lagi yang ini," kata mas Haris, dia mendorong piring yang masih bersisa 1 kebab.
"Iya Mas," jawabku patuh, bukan hanya karena patuh saja, tapi kebab ini memang benar-benar enak.
Selesai dengan kebab itu akhirnya kami istirahat di kamar masing-masing. Mas Haris di kamarnya dan aku pun di kamarku, sementara Alena juga istirahat di kamarnya sendiri yang sudah dihias dengan banyak boneka Barbie.
Jam 4 subuh aku sudah bangun dan memeriksa Alena, gadisku masih tertidur dengan nyenyak. Jadi ku putuskan untuk segera ke dapur dan berkutat di sana.
Tak butuh banyak waktu, jam 5 lewat 15 menit semua pekerjaan ku selesai. Aku langsung mandi dan melakukan beberapa hal yang lain, sebelum akhirnya kembali mendatangi Alena dan membangunkan gadisku ini.
"Sayang, ayo bangun Alena," ucapku seraya mengelus puncak kepalanya.
"Alena belum bangun?"
"Astaghfirullahaladzim!" kagetku, karena mas Haris selalu saja datang tiba-tiba. Ku lihat penampilannya pun sudah rapi dengan wajah yang nampak segar.
"Biar aku yang membangunkannya," kata mas Haris lagi, " Semalam kami belum bertemu," timpalnya kemudian.
Aku lantas sedikit menyingkir dan memberinya ruang. Ku lihat dia pun mengelus puncak kepala Alena dengan lembut.
"Kalau begitu aku keluar saja Mas," pamitku.
"Hem, ponselku tertinggal di kamar. Tolong ambilkan ya," pinta mas Haris kemudian.
"Anu Mas ..." aku menjeda ucapan, rasanya canggung sekali jika harus masuk ke dalam kamarnya.
"Aku belum membungkus bekal untuk Namira, jadi ku minta pelayan saja ya yang mengambil ponselnya?" tawarku kemudian.
Namun langsung dibalas dengan tatapannya yang dingin. "Biar pelayan yang membungkus bekal untuk Namira, dan kamu ambil ponselku di kamar," titahnya seolah tak ingin dibantah.
"Tapi Mas, aku tidak enak hati jika masuk-masuk ke kamar mas Haris."
"Kenapa harus merasa tidak enak hati? Pikiranmu saja yang terlalu berlebihan," balasnya hingga membuat ku terdiam.
"Kamu selalu merasa tak enak hati dengan Namira kan? Kenapa? memangnya kamu berniat untuk merebutku darinya?" tanyanya lagi lebih bertubi-tubi.
"Tidak kan? Karena itu cobalah untuk bersikap biasa saja."
"Baik, Mas," jawabku akhirnya.
Setelah puas diomel pagi-pagi, akhirnya aku masuk ke dalam kamar mas Haris seolah ini adalah kamarku sendiri.
ceritanya sangat bagus dan alurnya tidak ribet tidak bertele tele suka sekali
maaf Thor jdi curhat